Rambut Daiki sudah mengering. Ia pamit ke kamar lebih dulu untuk menyisir dan bersiap-siap istirahat di atas tempat tidurnya. Ryosuke mengemasi piring dan gelas sisa makan mereka berdua. Mencucinya dan mengelap meja makan yang sedikit terkena tetesan cokelat hangat.
Sudah rapi dan kembali bersih.
Lagi-lagi Ryosuke melirik jam dinding. Ternyata bincang-bincangnya dengan Daiki tadi lumayan juga. 2 jam bahkan. Waktu paling lama setelah mereka berpisah sekian waktu.
Ryosuke masuk dan menyusul Daiki ke dalam kamarnya. Pria itu ternyata sudah bersantai di atas kasurnya sambil menulis sesuatu di buku kecil.
"Sudah malam masih saja sibuk. Dasar wanita karir."
"Aku laki-laki!"
Daiki menyentak. Yamada tertawa dan mendekat. Ia duduk di sebelah Daiki dan ikut menyandar di kepala ranjang.
"Apa itu?"
"Bukan apa-apa." Daiki menutup buku kecil itu dan meletakkannya di dalam laci. Ia duduk memunggungi Yamada dan melepas kacamata yang digunakannya saat menulis tadi.
Slup
Daiki terdiam. Sesuatu yang hangat membungkus punggungnya. Tangan seseorang tengah melingkar di lehernya. Dipastikan itu adalah Yamada. Siapa lagi orang yang ada di sana selain mereka berdua. Napas yang terasa hangat menyapa kulit lehernya.
"Yamada!"
"Terima kasih karena masih menyukaiku."
"Untukmu juga. Terima kasih karena masih ingin bersamaku."
Yamada melepas pelukannya dan memutar tubuh Daiki hingga wajah pria manis itu terlihat penuh dalam jangkauan matanya. Tidak ada lagi hal yang lebih ia inginkan selain bisa menatap Daiki sedekat ini.
Pandangan Yamada membuat Daiki risih. Jujur saja, jantungnya masih belum aman jika terus-terusan ditatap seperti ini.
"Jangan lihat aku seperti orang asing." Protes Daiki.
"Kau kelihatan berbeda, Dai-chan."
"Apanya? Apa aku terlihat lebih maco?"
Yamada tertawa. Kalimat Daiki barusan seperti lelucon yang menggelitik perutnya. Dilihat dari perubahan bentuk wajah, Daiki bahkan terlihat semakin muda dan seperti bocah di taman kanak-kanak.
"Lucu?" Sarkas Daiki.
Yamada mengangguk masih dengan tawanya yang menggema di kamar itu.
"Sana kembali ke kamarmu!" Daiki tersinggung. Ia camberut dan memukul dada Yamada dengan punggung tangannya.
Yamada mengaduh, suara cekikikan berusaha ia tahan agar Daiki tidak semakin marah. Meski hal itu terasa sulit sampai-sampai air matanya keluar tanpa disuruh.
"Maaf. Aku hanya mencoba menghibur diri." Daiki tak merespon. "Ayo katakan padaku, kemana kau selama ini? Mengapa meninggalkanku tiba-tiba? Kenapa bisa berada di kota ini? Dimana kau bekerja dan..."
"Sssttt! Pertanyaanmu terlalu banyak. Kau menerorku?"
"Iya!"
"Besok akan aku ceritakan kenapa bisa terdampar di kota ini. Sekarang, oyasumi."
Daiki merebahkan diri dan memunggungi Yamada. Saklar lampu kamar yang berada di samping ranjangnya ia tekan kebawah hingga cahaya putih terang berganti dengan cahaya lampu tidur yang remang-remang.
"Oyasumi." Yamada berbisik. Badannya merapat ke punggung Daiki dan tangannya melingkar di pinggang Daiki.
Daiki menikmati dan tidur dengan lelap dalam pelukan Yamada.
~♥~
Daiki terbangun. Matanya terbuka karena sinar matahari yang masuk tanpa dihalangi gorden jendela telah mengganggunya. Tangannya meraba tempatnya tidur.
Dimana Yamada?
Daiki bangkit dari kasur. Kakinya perlahan melangkah keluar kamar. Suara spatula yang berdenting menghantam wajan terdengar dari arah dapur.
Daiki mendekati sumber suara. Semakin dekat langkahnya menuju dapur, aroma masakan semakin menyeruak menyapa hidungnya. Lezat. Indra penciuman Daiki seperti dimanjakan.
"Ohayou." Sapa Yamada yang masih sibuk mengaduk masakannya. Dia terlihat segar dengan celemek yang yang membungkus tubuh bagian depannya.
"Un, ohayou." Balas Daiki.
"Kau terlihat berantakan sekali." Yamada tertawa. "Mandilah, kita sarapan."
Next>>
Semakin dekat ke penghujung cerita
Hihihi..AKASAKI..
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW [Lengkap]
Mystery / ThrillerBisakah aku kembali? Tidak bisa, ya? Ayo, lanjutkan permainan! --- Start : 2020.05.09 Happy reading♡