Pagi menjelang. Mata yang baru terbuka kini tengah memandang ke segala penjuru. Melihat detail yang semalam terlewat karena rasa paniknya.
"Yama-chan? Bagaimana keadaanmu?" Suara itu menyapanya.
"Sudah lebih baik. Aku baru sadar jika melupakan sesuatu."
"Hm? Apa itu?" Tanya Daiki penasaran.
"Hisashiburi, Dai-chan." Wajah Yamada dihiasi dengan senyum tulus yang akhirnya tercetak jelas. Setelah semua senyum kepalsuan untuk menyelamatkan hidupnya.
"Hisashiburi, Yama-chan." Daiki balik membalas.
Keduanya kini terdiam gagu. Harus mulai darimana? Sudah lama tidak bertemu. Hitungan tahun. Rasa suka masih tersisa, bahkan banyak di hati Daiki.
"Bagaimana keadaanmu?"
Suasana berubah canggung.
"Baik."
"Tanpa aku?"
Daiki terpaku. "Entah lah." Jawabnya tak yakin. "Mandilah! Air hangat sudah aku siapkan untukmu." Serunya mengalihkan.
Yamada melirik ke arah jam yang menggantung di kamar. Sudah agak siang. Badannya memang sedikit pegal dan mengeluarkan bau masam. Bulir keringat semalam membuat dia harus segera membersihkan diri.
"Ide bagus." Dia berdiri tegak mengibas selimutnya. Tanpa basa-basi lagi Ryosuke menarik paksa handuk yang menggantung di balik pintu dan masuk ke kamar mandi.
Setelah membersihkan badan dengan air shower, Yamada beralih masuk ke dalam bathub dengan air hangat yang siap menyambut tubuhnya agar lebih rilex.
"Segarnya..." Yamada keluar hanya dengan mengenakan handuk yang ia lilitkan pada pinggang.
"Pakai bajuku dulu saja. Sudah kusiapkan." Daiki menyambut Yamada tanpa melihatnya. Ia terlalu fokus dengan apa yang kini ia lihat.
"Ada apa?"
"Pembunuhan." Jawab Daiki singkat.
"Pem..bunuhan?" Yamada meneguk ludahnya paksa.
"Kejam sekali. Dua laki-laki dan satu perempuan.Dan kau tahu, terjadi di daerah kita bertemu kemarin."
Yamada semakin panik dengan keterangan itu. Jangan-jangan memang berita tentang tiga orang yang sudah dibunuhnya kemarin.
"Aku tidak bisa membayangkan jika jari-jariku terpotong seperti itu." Lanjut Daiki.
"Jari?"
"Salah satu korban, pergelangan tangannya ditebas dan jari-jarinya menghilang. Kejam sekali pelakunya."
Ternyata benar. Pergelangan tangan bocah itu.. Tapi kenapa bisa?
Pikirannya kembali kalut. Jika diingat-ingat lagi, hal yang tidak ia sadari adalah bekas cakaran di punggung tangan. Satu-satunya jejak yang bisa membuatnya menjadi tersangka dengan mudahnya. Tapi, mengenai tangan si korban yang ditebas dan jari-jarinya hilang bukanlah perbuatannya. Apa ini? Ada yang memergokinya? Jika benar, siapa dan mengapa? Dia berusaha menyelamatkan Yamada dari keteledoran yang bisa membuatnya berakhir di penjara.
Senyum jahat dan lega tercipta di wajah Yamada.
Tunggu dulu! Jika ada yang menyelamatkanku, maka aku akan kembali berakhir seperti pertama kali bertemu Yuya, kan? Dimanfaatkan lagi.
Ekspresi wajah yang awalnya tenang seketika berubah agak kesal. Sial, Yamada harus kembali menjadi budak orang yang ingin terlepas dari masalah dengan cepatnya. Sampai kapan dia harus berada di bawah tekanan? Yamada ingin bebas. Ia ingin kembali ke jati dirinya sebelum membunuh Inoo Kei.
"Ada apa?" Suara itu mengejutkan Yamada.
"Tidak ada."
"Dari tadi aku melihat dua ekspresi yang berbeda. Ada masalah?"
"Tidak, aku hanya kasihan pada korban. Selesai dibunuh, jari tangannya juga putus. Untuk apa?"
"Menghilangkan jejak." Sanggah Daiki. Sangat cepat hingga Yamada terbelalak.
"Menghilangkan jejak?"
"Mungkin. Hehe. Sudahlah, seram sendiri jika membayangkannya. Aku jadi tidak mood makan. Setelah ini aku akan berangkat kerja. Yama chan istirahat saja dulu." Ucap Daiki dengan santai.
"U-un.."
Siapa yang membantuku menghilangkan jejak?! Sial!!
Next>>
Siapa?
Ada yang tau?..AkaSaki..
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW [Lengkap]
Mystery / ThrillerBisakah aku kembali? Tidak bisa, ya? Ayo, lanjutkan permainan! --- Start : 2020.05.09 Happy reading♡