09

71 17 4
                                    

"Kasus ini berkaitan!" Yabu menutup buku notes kecilnya. Ia segera keluar dari ruang kerja setelah menyelesaikan analisisnya.

"Bekerja sama dengan kepolisian memang sangat menguntungkan." Ucap Yabu mempersiapkan semua kebutuhannya nanti.

"Tadaima.. Eh? Yabu-san?" Daiki yang baru saja datang dikejutkan dengan Yabu yang sudah rapi dan bersiap pergi.

"Daiki-kun, jika ada client tolong berikan saja kartu namaku. Aku akan ke kepolisian untuk menyelidiki kasus Nakajima Keito." Ucap Yabu kemudian melenggang pergi.

"Haik, Yabu-san."

Daiki membereskan sisa pekerjaan Yabu. Sudah setahun belakangan ini ia bekerja paruh waktu sebagai asisten Yabu Kouta. Dan selama itu pula Daiki mempelajari sifat Yabu yang sangat ceroboh.

"Selalu saja." Daiki membereskan meja kerja Yabu. Merapikan file-file yang berserakan dan memback-up-nya.

"Hilang satu file saja pasti akan sangat merepotkan."

Daiki merenggangkan badannya. Cukup lelah merapikan tempat kerja detektif perfeksionis一kata orang.

"Aku lupa sesuatu." Daiki mengambil smartphone miliknya. Mengetikkan pesan singkat yang ditujukan untuk Yamada.

Aku mungkin akan pulang telat. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.

Daiki langsung menyimpan smartphonenya setelah pesan itu terkirim. Kembali berkutat dengan pekerjaannya yang tidak mudah. Tapi bukan hal buruk menerima pekerjaan sebagai asisten detektif.

~♥~

Yabu berlari secepat yang ia bisa. Semua data telah ia sinkronkan. Artinya hari ini hanya perlu mencari saksi mata. Ia hanya berharap agar saksi mata itu segera ditemukan. Mengingat medan TKP yang berada di lingkungan sepi dan bebas pengawasan CCTV.

"Kau yakin Yabu? Pasalnya jarak kedua kasus ini sangat jauh." Tanya Hikaru mendampingi Yabu.

"Aku sudah menjelaskannya bukan?"

"Tapi, kami saja tidak melakukan autopsi untuk Takaki Kei." Hikaru ngotot.

"Dalam catatan kasus Takaki Kei, terlihat jika luka di lehernya tidak beraturan bukan? Seperti dilakukan oleh orang yang belum berpengalaman. Atau mungkin, orang yang sedang panik?" Hikaru mendengus sebal melihat Yabu yang justru berpikir ulang.

"Jadi sebenarnya kau sudah memahami kasus ini belum?" Tanya Hikaru.

"Ya, aku sudah memahaminya. Lihat, Takaki Yuya, dan Takaki Yuri juga memiliki luka yang tak beraturan. Hanya saja yang menjadi kendala hanya, kenapa jari-jari Takaki Yuri menghilang. Senjata tajam yang digunakan juga berbeda. Inilah sekarang yang harus kita selidiki." Kali ini giliran Yabu yang mengotot.

Beberapa data dari Yabu memang cukup kuat. Hanya tinggal menunggu adanya kejelasan dari saksi mata.

"Yabu, jika kasus ini mengalami jalan buntu.."

"Aku akan berusaha menyelesaikannya. Kehilangan orang yang dicintai, apalagi karena kasus pembunuhan. Aku tidak bisa membayangkannya." Putus Yabu.

~♥~

Yamada selesai menata barang dan menyusunnya di kamar yang sudah Daiki khususkan. Tinggal sementara di sini adalah pilihan yang tepat sampai keadaan benar-benar aman. Setidaknya setelah kasus yang dia buat hilang dan ditutup oleh pengadilan.

Kasus terakhir adalah kecerobohan yang akibatnya sangat fatal. Kuku-kuku tangan Yuri dengan mudah mengantarnya ke penjara. Namun jika ditelaah lebih lanjut, hilangnya jari-jari Yuri adalah bukti nyata munculnya statement bahwa ia mati dibunuh. Bahayanya, kasus ini bisa saja mengungkap beberapa kejadian orang yang mati tiba-tiba dengan alasan yang sama, yakni bunuh diri. Meski dengan cara yang berbeda dan dalam kurun waktu kurang dari satu minggu.

Yamada hanya bisa berharap agar kegelisahannya segera selesai. Rasa bersalahnya segera berakhir. Karena bagaimanapun, ia ingin kembali ke dunianya yang lama. Seorang lelaki nan bersahabat. Bukan seorang pembunuh berantai yang merenggut nyawa sasarannya tanpa rasa bersalah. Kesalahan yang sangat tidak manusiawi dan tidak bisa dimaafkan.

Next >>

Jadi, apa kasusnya memang sudah menemui jalan buntu?

...AkaSaki...

SHADOW [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang