Part 13

4.2K 162 1
                                    

Theodore melepaskan pelukannya ketika mendapati ponselnya berdering. Ia merogoh saku celananya dan melihat nama penelpon yang tertera pada layar ponselnya. Theodore tidak menjawab telepon itu, ia hanya meletakkan ponselnya di atas laci di sampong tempat tidur Kiera.

“Kenapa tidak kau jawab?”

“Aku sedang tidak ingin berdebat,”

“Kalau punya masalah, jangan membiarkannya berlarut-larut,”

Ponsel Theodore kembali berdering, ia melihat nama pada layar ponselnya. Ia menghela napas dan meminta ijin kepada Kiera untuk keluar dan menjawab teleponnya. Menyadari siapa yang menelpon Theodore, Kiera hanya bisa menganggukkan kepalanya perlahan walau dengan berat hati.

Seorang pria dengan tubuh tegapnya yang lengkap terbungkus seragam dokter masuk ke kamar inap Kiera. “Hai, Kiera... Bagaimana keadaanmu? Apa sudah merasa lebih baik?”

“Sudah, Dok,” Kiera berusaha memaksakan seulas senyum untuk membalas senyuman yang diberikan oleh dokter yang baru memasuki kamarnya. Kiera tidak bisa menahan air matanya begitu lama di depan dokter yang terus memasang senyum manis di wajahnya. Matanya mulai berkaca-kaca.

“Hei... Ada apa?” dokter itu mendekati tempat tidur dimana Kiera terbaring dan menyentuh lengan Kiera dengan lembut. “Kenapa Kiera? Apakah kamu baik-baik saja?”

kiera menganggukkan kepalanya dan mengucap air mata di sudut matanya dengan malu, “Saya baik-baik saja, dok...”

Dokter muda itu duduk di tepi tempat tidur dengan canggung, “Apa kamu bertengkar dengan kekasihmu?”

Kiera memicingkan matanya menatap dokter yang masih memegang lengannya. Bagaimana dokter bisa tahu kalau Theo adalah kekasihku? Tanya Kiera pada diri sendiri. “Tidak, hanya ada sedikit masalah,”

“Baik, saya suntikan vitamin dulu, ya,”

Tak lama setelah dokter menutup jarum suntik dan memasukkannya ke dalam jasnya, Kiera merasa kelopak matanya sangat berat. Ia memejamkan matanya dan tidak menyadari lagi apa yang terjadi setelahnya. Dokter itu menyabut jarum infus yang ada di tangan Kiera dan membopong tubuh Kiera untuk dipindahkan ke kursi roda yang dibawanya.

Setelah Kiera duduk di kursi roda, dokter menyelimuti tubuh Kiera dari kaki hingga leher, bahkan ia mengatur rambut Kiera agar mengarah ke samping dan menutupi wajahnya. Dokter mendorong kursi roda itu keluar dari kamar inap Kiera menuju parkiran mobil. Ia menggendong tubuh Kiera dan memasukkannya ke dalam mobil.

Setelah meletakkan kursi roda itu di bagasi mobil, dokter itu masuk ke dalam mobil. Ia mengamati wajah Kiera yang tampak tertidur pulas di sampingnya. Tangannya tergerak untuk menyentuh pipi Kiera dan mengelusnya dengan lembut. “Fantastic, aku akan mendapatkan dua keuntungan,” Dokter itu melajukan mobilnya keluar dari area rumah sakit.

***

Theodore kembali memasuki kamar inap Kiera, tapi tidak menemukan penghuni kamar itu di dalamnya, di kamar mandi pun tidak ada, yang ada hanya ponselnya yang masih tergeletak di atas laci di samping tempat tidur. Ia mengambil ponsel Kiera dan langsung keluar dari kamar itu. Wajahnya menunjukkan kecemasan, ia berkeliling-keliling rumah sakit, tapi hasilnya nihil, ia tidak menemukan apa yang dicarinya.

Ia kembali ke kamar Kiera, dan masih tidak ada di dalamnya. Ia menanyakannya kepada perawat-perawat yang berjalan di sekitar kamar inap Kiera. Namun, tak satupun perawat yang mengetahui keberadaan Kiera, ia mendorong roda kursi rodanya dengan lemas.

Seorang perawat setengah baya menghampirinya, seakan tahu apa yang akan ditanyakan oleh Theodore kepadanya, ia mengatakan apa yang tadi dilihatnya. “Ia ada dalam penanganan dokter Ari, tadi dia yang membawa Kiera,”

I Give You My DestinyWhere stories live. Discover now