Gadis itu sedang tertidur pulas dan miring membelakanginya sehingga Ari lebih leluasa bergerak, Ari mengintip dari pintu kamar yang sedikit terbuka, menggoda Ari untuk semakin cepat melakukan keinginannya. Hari sudah malam dan ruangan ini sedikit temaram, tetapi mata Ari masih bisa melihat kecantikan di wajah Kiera yang sedang tertidur kelelahan. Dengan hati-hati dia masuk dan makin dekat di sisi tempat tidur. Kiera memang cantik, dan masih ranum, tubuhnya pun masih sangat muda dan segar.
Pikiran itu langsung melintas kembali di otaknya, dia sangat ingin mencicipi tubuh ranum ini sebelum ada yang datang untuk menjemputnya, rasanya pasti nikmat. Dengan penuh nafsu Ari duduk di pinggir tempat tidur, tangannya dengan leluasa mengelus betis Kiera. Kiera yang sedang tertidur langsung terjaga dan waspada. Matanya membelalak ketika melihat Ari sedang duduk di pinggir tempat tidurnya dan menyeringai misterius, dan jemarinya menggerayangi betisnya.
“Apa yang kamu lakukan?!” Kiera berteriak panik, membuat laki-laki itu ikut panik. Dia menyergap Kiera dan berusaha mendekap mulutnya, tetapi Kiera meronta-ronta dan mencoba berteriak sekeras mungkin, membuat laki-laki itu semakin kewalahan. Dia hanya berdua di rumah ini bersama dengan Ari dan bodohnya dia mempercayai laki-laki ini. Seharusnya dia curiga.
“Jangan berteriak, lagi pula percuma saja kamu berteriak sekeras apapun, di rumah ini hanya ada kita berdua dan tidak ada yang tahu keberadaan kita, sekeliling kita hanya pohon-pohon yang akan menjadi saksi bisu dari apa yang akan kita lakukan di atas tempat tidur ini, cantik,”
Mata Ari menelusuri tubuh indah di bawah tindihannya. Kecantikan Kiera yang begitu memikatnya, dengan matanya yang coklat dan lebar, kulitnya yang lembut menyentuh kulitnya. Bahkan tubuh di bawah tindihannya ini terasa begitu menggairahkan. Ari adalah seorang laki-laki normal, dan berada di kamar yang temaram bersama seorang gadis yang cantik dan seksi dengan gaun tidur yang dikenakannya, tentu saja membangkitkan gairahnya.
Kiera melihat di matanya. Mata laki-laki itu penuh dengan nafsu, ia baru mengerti, seringainya tadi bukanlah seringai misterius, melainkan seringai mesum. Tangannya mencoba mencakar, kakinya menendang sekuat yang dia mampu, tetapi apa dayanya, ia hanyalah perempuan mungil di bawah kuasa lelaki yang jelas-jelas lebih kuat darinya. Kiera hanya melukai dirinya sendiri, ketika Ari menggunakan kekuatannya untuk menahan kaki dan tangan Kiera, beberapa bagian tubuhnya mulai memar.
Dengan penuh nafsu, Ari merobek gaun tidur yang dikenakan oleh Kiera di bagian dadanya, robekannya begitu kasar hingga tanpa sadar tangannya mencakar dada Kiera dan menimbulkan bilur kemerahan yang terasa perih. Kiera berusaha melindungi dadanya sekuat tenaga, ia memeluk dadanya agar tidak terlihat oleh Ari, sementara tangan Ari berusaha menyingkirkan tangan Kiera yang melindungi dadanya.
Paha Ari mencoba membuka paha Kiera yang tertutup rapat, napas keduanya terengah-engah atas pergulatan itu. Pada saat Ari mulai lengah, Kiera menggigit tangan Ari dan membuat Ari marah, lalu menamparnya keras-keras hingga darah mengalir di sudut bibirnya. “What the fuck are you doing? Shut up, bitch!” Ari berseru sambil menahan kedua tangan Kiera, laki-laki itu menyeringai lagi mengamati dada Kiera yang ranum. “Wow… betapa beruntungnya aku, malam ini aku akan mendapatkan banyak hal indah, dan aku kaan sangat menikmatinya…”
Ari berusaha mendekatkan bibirnya untuk melumat bibir kiera. Kiera memejamkan matanya jijik, berusaha memalingkan kepalanya untuk menghindari ciuman itu. Kedua tangannya ditahan dan kedua kakinya ditindih hingga ia tidak bisa bergerak lagi.
Tangannya terasa semakin ringan dan sangat mudah untuk digerakan seakan tidak ada yang menahannya lagi. Kakinya juga bisa bergerak dengan leluasa, benar-benar tidak ada yang menindihnya. Tidak terjadi apa-apa, kenapa laki-laki itu melepaskannya? Tanya Kiera dalam hati. Kiera membuka matanya pelan-pelan, lalu memekik ketakutan.