Part 16

4.2K 179 1
                                    

Hampir pukul sepuluh malam. Jeanette hanya menatap Alvin dengan pandangan kosong, pikirannya entah melayang kemana. Perasaannya yang begitu takut terus merayapi setiap sisi tubuhnya yang gemetar di atas tempat tidurnya. Alvin berniat untuk menginap malam ini di rumah Jeanette, tidak pernah sebelumnya ada laki-laki yang menginap di rumah Jeanette.

Tubuhnya semakin berguncang ketika Alvin berjalan mendekati tempat tidurnya. “Sshh... Jangan tegang, sayang, it's gonna be fine, I can do it slowly,” jemarinya bermain-main di paha Jeanette yang halus seperti sutra. Jeanette hanya bisa menguatkan dirinya untuk tetap berada di tempatnya saat ini.

Perlahan Alvin membelai rambut Jeanette sambil menciumi bibir Jeanette dengan penuh gairah. Bahkan ketika ciuman itu merambat hingga ke telinga Jeanette dan ke lehernya, ia hanya bisa memejamkan matanya dan merasakan matanya mulai memanas. Dengan gerakan yang lembut, Alvin menyingkap gaun tidur Jeanette yang tipis hingga perutnya yang begitu ramping terlihat jelas oleh Alvin.

Ia mulai menciumi perut Jeanette dan tangannya mulai menjamah dada Jeanette. Bulu matanya mulai basah, karena ia masih belum membuka matanya, atau lebih tepatnya Jeanette tidak berani membuka matanya. Jeanette tidak bisa lagi mengatur napasnya, sama seperti Alvin yang sudah tidak beraturan frekuensi napasnya.

Alvin menarik gaun tidur Jeanette hingga ke kepala dan lepas dari tubuh Jeanette yang indah dan begitu seksi di matanya. Jeanette membuka sedikit matanya untuk memastikan apa yang sedang dilakukan oleh Alvin, karena ia tidak lagi merasakan sentuhan Alvin di tubuhnya. Ia melihat Alvin sedang melucuti pakaiannya sendiri hingga hanya tersisa celana dalamnya.

“Ah!” Jeanette sedikit menjerit ketika melihat sesuatu yang janggal dari tubuh Alvin, ia menutup kedua matanya dengan tangannya. Namun, Alvin dengan sengaja menarik tangan Jeanette dengan kasar dan menyuruhnya untuk memegangnya. Tangannya gemetar. Alvin melepaskan tangan Jeanette dan mulai menaiki tubuh Jeanette, kini tubuh Jeanette ada di bawah tindihannya dan ia berada tepat di atas pahanya.

“Honey... I know you want it...” bisik Alvin dengan nada menggoda dan sedikit mendesah disela kata-katanya agar Jeanette terangsang. Jeanette langsung menggeleng dengan cepat untuk menyangkal pernyataan yang diucapkan oleh Alvin tentang dirinya, karena dirinya tidak serendah itu. Ia memang suka dikelilingi banyak laki-laki, tapi dia bukan seorang perempuan jalang. Kalau aku benar-benar kehilangan keperawananku, aku akan bunuh diri. Ucapnya dalam hati yang terdengar seperti sumpah.

Sesaat setelah ia mengucapkan sumpahnya, seseorang membuka pintu kamar Jeanette dengan kasar hingga menimbulkan bunyi yang sangat keras ketika berbenturan dengan dinding. Sontak Jeanette dan Alvin langsung menoleh ke arah pintu dengan cepat. Ekspresi Alvin seperti marah, tetapi juga malu.

Tanpa mengeluarkan suara, Simon langsung menarik tubuh Alvin dan meninju wajahnya berkali-kali seperti orang yang lepas kendali. Belum puas hanya dengan membuat wajah Alvin babak belur dan tersungkur ke lantai, Simon mengangkat tubuh Alvin dan membantingnya ke lantai. Simon langsung naik ke atas tubuh Alvin yang jatuh dalam posisi tengkurap dan menarik kepala Alvin ke belakang seperti siap mematahkan lehernya. Alvin mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah dan Simon melepaskan tangannya dari kepala Alvin.

Simon mengambil gaun tidur Jeanette di lantai dan memberikannya kepada Jeanette. Bertepatan dengan itu, Alvin menendang punggung Simon hingga jatuh dan menabrak lampu tidur yang berada di atas laci di samping tempat tidur. Alvin langsung menarik rambut Simon ke belakang, tetapi Simon masih belum menyerah, ia menendang perut Simon yang tepat berada di belakangnya. Alvin mundur beberapa langkah dari tempatnya semula.

Jeanette lari keluar kamarnya dan memanggil security untuk melerai kedua pria yang masih berseteru di kamarnya. Dua orang security masuk ke kamar Jeanette dan menarik Alvin untuk keluar dari kamarnya atas perintah Jeanette. Jeanette langsung menutup pintu kamarnya dan duduk di lantai dengan punggung disandarkan ke pintu. Ia menutup mukanya dengan kedua tangannya dan menangis.

I Give You My DestinyWhere stories live. Discover now