6

113 26 2
                                        

Hari beranjak malam dan Yiren belum ditemukan sama sekali. Jinyoung berinisiatif mengantarkan Yerim pulang dan memutuskan untuk mencari Yiren sendirian. Saat hampir sampai di depan rumah Yiren, ekspresi wajah Yerim berubah seketika.

"Yiren unnie!"

Teriakan sang adik dan berlari ke kakaknya. Melihat sang adik, Yiren dengan cepat memeluknya dan meminta maaf karena membuatnya cemas. Yerim hanya tersenyum dan memeluk kakaknya kembali.

"Aku tadi diantar Jinyoung oppa saat mencarimu, unnie"

Yiren menatap Jinyoung yang sekarang sedang berdiri tepat di belakang Yerim. Yiren melepas pelukan mereka, dan menyuruh Yerim untuk masuk duluan ke dalam rumah. Meninggalkan Yiren dan Jinyoung yang masih diam satu sama lain.

"Sebenarnya kau kemana?"

"Apa urusanmu kepadaku?"

"Apakah kau tidak kasihan dengan Yerim? Dia tadi mencarimu sendirian ditengah keramaian, bagaimana kalau ada orang lain yang punya niatan jahat kepadanya?"

Yiren menghela nafasnya pelan dan menunduk. Dia antara senang dan sedih karena disatu sisi Jinyoung masih peduli kepadanya dengan mau membantu Yerim mencarinya, namun di satu sisi kejadian kemarin malam masih belum bisa ia maafkan. Melihat betapa sakit hatinya saat dihina seperti itu oleh dirinya dan kakaknya.

"Sudah selesai bicara? Pulanglah, kau tahu jalan pulangnya, kan?"

"Yak! Wang Yiren?"

"Mau kuantar sampai depan gang? Oiya, terima kasih karena sudah mengantarkan adikku pulang. Apa aku harus membayarmu sebagai imbalannya?"

Jinyoung menyipitkan matanya, ia tidak mengerti kenapa Yiren berubah menjadi sedingin ini kepadanya. Tapi disatu sisi bagaimana pun juga entah Yiren mau berubah atau tidak, bukan urusan Jinyoung. Karena sampai detik ini Jinyoung masih sakit hati karena apa yang telah Yiren perbuat kepadanya.

"Tidak usah, aku masih memiliki banyak uang. Lebih baik kau simpan uang dari om-om itu"

Ucapan Jinyoung sangat menyakitkan hati Yiren lagi. Yiren putus asa, ia tidak tahu harus berbuat apa agar Jinyoung dan kawan-kawannya mengubah pemikiran mereka tentang dirinya.

Bukannya masuk ke dalam, Yiren pun duduk tepat di depan pintu gerbang sambil menangis, Jinyoung telah pergi dari beberapa menit yang lalu setelah melontarkan kalimat yang berhasil membuat Yiren menangis kembali.

Di depan pintu gerbang. Sendirian. Disitulah Yiren menangis sejadi-jadinya. Ia merasa kecewa tentang kenyataan yang ia alami di dunia ini, orang tuanya yang sudah meninggalkan dirinya dan adiknya, ditambah beban yang diberikan oleh teman-temannya dan orang yang ia cintai hingga detik ini. Hinaan dan perlakuan kasar lainnya yang bahkan dirinya tidak bisa melawannya.

"Bahkan, walau kau menyakitiku, aku tetap mencintaimu, Jinyoung-ah"

**********

Kim Chaewon berjalan sendirian menuju atap sekolah sesampainya disana ia tidak melihat siapapun disana. Akhirnya ia memutuskan untuk ke taman sekolah, yang dicari pun tidak ketemu. Dengan berat hati ia kembali menuju kelas namun di jalan ia bertemu Wang Yiren yang hendak ke perpustakaan.

"Kau darimana? Hilang tiba-tiba"

"Mian, aku tadi ke kamar mandi"

"Kamar mandi? Kok arahnya dari sini? Bukannya kamar mandi disana?"

Tanya Yiren dengan menunjuk arah yang tepat. Dengan cepat Chaewon mencari alasan agar sahabatnya itu tidak curiga padanya.

"Ya, habis dari kamar mandi aku menemui seseorang, biasa urusan pribadi"

Truth • [ Jinyoung - Yiren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang