19

122 19 0
                                        

"Wang Yiren!"

Sontak saja Yiren dan Felix menoleh ke sumber suara, mereka melihat ada Jihoon yang tengah berdiri tidak jauh dari mereka. Dengan emosi Jihoon menghampiri Felix dan memukulnya. Melihat perlakuan Jihoon itu membuat Yiren mencoba untuk melerai mereka berdua. Namun nihil Jihoon tetap memukuli Felix.

"Jihoon oppa hentikan!"

Bentak Yiren, dan berhasil membuat Jihoon berhenti. Yiren membantu Felix untuk bangun dan segera minta maaf kepadanya.

"Kau pulanglah, Felix. Biar Jihoon aku yang urus"

Felix mengangguk dan pergi, meninggalkan Jihoon dan Yiren yang masih diam satu sama lain.

"Mengapa kau memukulinya?"

"Aku cemburu, karena kau menatapnya dalam"

"Kau tahu dia lelaki yang di sukai sahabatku, tidak mungkin aku menyukainya"

Yiren yang kesal hanya dapat menangis dan itu membuat Jihoon merasa bersalah karena sikapnya tadi.

"Kau tidak perlu memukulnya, dia sudah banyak membantuku"

"Maaf, tapi sebagai pacar aku tidak rela jika kalian saling bertatap seperti itu"

"Pacar?"

Yiren melayangkan ekspresi bingung dengan kata 'pacar' yang di lontarkan dari mulut Jihoon. Jihoon hanya bisa mengangguk.

"Sejak kapan kita pacaran, oppa?"

"Maksudmu?"

"Kapan aku menerimamu menjadi pacarku?"

"Bukankah waktu itu kau menerimaku?"

Yiren dengan ekspresi bingungnya hanya menggeleng pelan. Jihoon mengacak rambutnya kasar frustasi dengan hubungan yang tidak jelas ini.

"Lalu, jika kau tidak menerimaku apa maksud kebersamaan ini semua, Wang Yiren?"

Nada suara Jihoon sedikit membesar membuat Yiren sedikit takut karenanya. Dia bingung harus menjawab apa, karena dia sendiri juga tidak tahu jawabannya apa.

"Mianhae, oppa"

Hanya itu yang bisa diucapkan oleh Yiren, kalimat itu semakin membuat Jihoon marah dan mengacak rambutnya kesal.

"Bae Jinyoung? Itu alasanmu, bukan? Akan kuhajar Bae Jinyoung sekarang!"

"Andwae! Oppa, hentikan. Jangan sakiti Jinyoung"

Tangisan Yiren pecah saat Jihoon hendak pergi untuk memberi Jinyoung pelajaran. Tentu saja Yiren tidak mau orang yang ia cintai terluka, sebisa mungkin Yiren menghalangi niat Jihoin itu.

"Jangan kau lakukan itu, oppa. Aku minta maaf, sungguh. Maaf jika membuat dirimu terluka. Tapi aku benar-benar menyayangi Jinyoung, ku mohon jangan lukai dia"

Jihoon menghela nafasnya dan mencoba untuk mengatur emosinya. Di tatap yeoja yang ada di depannya itu dan ia menyeka air mata Yiren.

"Sepertinya sulit menggantikan Jinyoung dihatimu, Yiren-ah"

"Aku sudah mencobanya, oppa"

"Tidak apa, walau akhirnya kau memang tidak bisa mencintaiku. Aku akan pergi, Yiren-ah"

"Kita masih bisa berteman, bukan?"

Bukannya menjawab Jihoon hanya melepas genggaman Yiren dan mengelus pipi Yiren sejenak kemudian pergi. Seketika ucapan sang ibu terlintas dipikirannya, apakah Jihoon orang yang pantas untuknya? Tapi dia juga tidak bisa berhubungan dengan orang yang ia sendiri tidak mencintainya.

Yiren berjalan masuk ke dalam rumah dengan lemas. Ia semakin bimbang dengan memikirkan ucapan sang ibu mengenai Bae Jinyoung. Yiren terus saja memikirkan hal itu sampai akhirnya ia tertidur.

**********

Pinky sedaritadi memperhatikan jam tangannya menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Hingga 10 menit kemudian yang ditunggu pun datang.

"Ada apa, Pinky-ya?"

"Apa kau sudah menjalankan tugasmu?"

Yang ditanya hanya diam dan memasang ekspresi bingung. Melihat responnya tersebut membuat Pinky memutar kedua bola matanya malas sembari menghela nafas.

"Memisahkan Yiren dari Bae Jinyoung, kau tidak lupa, kan?"

"Soal itu aku sudah mengatakannya kepada Yiren, jadi tidak perlu khawatir"

"Baguslah, kalau begitu aku bisa tidur nyenyak"

Ucap Pinky senang dan meminum lemon tea pesanannya.

"Kau tidak lupa, kan? Dengan perjanjian kita jika aku bisa membuat Yiren menjauhi Jinyoung?"

"Tentu, aku akan merestui hubunganmu dengan appa"

Kim Ga Eun tersenyum bahagia karena akhirnya tidak ada penghalang lagi untuknya bersama dengan lelaki yang ia cintai saat ini.

**********

Sepulang sekolah Jihoon pergi ke rumah Woojin bersama dengan Hyungseob. Sedaritadi Woojin dan Hyungseob asik bermain ps tanpa mereka sadari ada seseorang yang diam saja karena baru patah hati.

"Jihoon-ah, ayo main bersama kami"

Ajak Hyungseob tanpa mengalihkan pandangannya, yang diajak hanya diam tidak merespon. Woojin dan Hyungseob mengakhiri acara bermain ps mereka karena kasihan melihat sikap Jihoon yang hanya diam semenjak di sekolah tadi.

"Kau sebenarnya ada apa?"

"Wang Yiren, ya?"

Pertanyaan Hyungseob mendapatkan anggukan dari Jihoon dengan wajahnya yang masih melas. Woojin dengan romantisnya memeluk sahabatnya itu dengan cukup erat dan mengelus pucuk kepalanya.

"Jihoon kita sedang galau rupanya"

Jihoon segera menjauh dari Woojin karena sikapnya yang membuat Jihoon ketakutan. Hyungseob hanya tertawa dan sesekali menepuk lengan Woojin.

"Ceritalah pada kami, Jihoon-ah. Siapa tahu kami bisa membantumu"

Tawar Hyungseob. Jihoon pun mulai menceritakan semuanya hingga kejadian tadi malam yang membuat dirinya seperti saat ini. Mendengar ucapan Jihoon, Hyungseob hanya mengangguk dan diam. Berbeda dengan Woojin yang tertawa daritadi karena cerita Jihoon.

"Jadi kau di PHP Wang Yiren, ya? Huahahahah"

Jihoon menatap Woojin sinis lalu menatap Hyungseob seperti memberi isyarat 'suruh dia diam'. Hyungseob pun memukul lengan Woojin kembali dan menyuruhnya diam.

"Kau ini kalau tertawa tidak kenal kondisi"

"Mian, ceritanya lucu sih"

"Jihoon-ah? Kalau memang Yiren sulit melupakan Jinyoung, lebih baik kau mundur, toh masih ada wanita yang lain seperti Minjoo, Tzuyu, Wonyoung, kau tinggal milih"

"Betul kata Hyungseob, lagian kau kan tampan. Untuk mendapat yeoja yang disebutkan Hyungseob tadi bukanlah hal yang sulit"

Bagi Jihoon ucapan kedua sahabatnya itu sangat tidak membantu. Karena walaupun ada yeoja yang cantik daripada Yiren, hatinya tidak bisa berpaling karena baginya hanya Yiren lah orang yang bisa membuatnya jatuh cinta kembali setelah Eun Byul pergi.

"Kau pikirkan lagi saja Jihoon-ah. Yang menjalani hidup kan dirimu kita hanya orang lain yang jika dirimu susah, kita sebagai penyemangat. Jika kau masih mau bertahan dengan Yiren, ya dirimu harus siap terluka"

Untuk pertama kalinya Woojin memberikan Jihoon kata-kata yang bijak, dan hal itu tentu membuat Hyungseob terperangah dan bangga dengan kemajuan sahabatnya itu. Jihoon hanya masih dalam kondisi patah hati, hanya bisa mengangguk dan diam. Ia bingung keputusan apa yang nantinya harus ia ambil.

To Be Continue...

Hai... terima kasih sudah setia membaca sampai part ini. Semoga selalu terhibur dengan ceritaku.

💫💫💫

Truth • [ Jinyoung - Yiren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang