"Baiklah. Ayo kita mulai bicara. Kali ini dengan tenang," ucap RM serius.
Eunha menatapnya malas.
"Sebelum itu perkenalkan aku Kim Namjoon. Nama panggungku RM. Kau bisa memanggilku apa saja yang kau mau."
"Apa saja? Bagaimana jika kupanggil idiot?" tanya Eunha dengan senyum meledek.
"Aku belum selesai. Apa saja tapi tak mengandung hinaan."
"Hah ... ya ya baiklah ku panggil kau Joon-ssi. Omong-omong aku Eunha. Cha Eunha."
RM tersenyum. Ternyata Eunha tak terlalu sulit untuk didekati. "Salam kenal Eunha. Nah langsung saja, alasanku mengikutimu adalah karena aku ingin meminta bantuanmu."
"Bantuan? Apa? Jangan yang sulit." Eunha was-was. Ia akan berpikir beribu kali jika itu bantuan yang menguras banyak biaya.
"Aku tak menjamin ini akan mudah tapi bantu aku mencari arwah teman-temanku."
"Maksudmu teman se-grupmu?"
"Nee. Aku mohon karena hanya kau yang bisa membantuku. Aku sudah menemui orang-orang terdekatku tapi mereka tak bisa melihat dan mendengarku."
Eunha menatap RM yang kini tertunduk pasrah. Ia sepertinya kesulitan sekali. Tapi apapun itu Eunha tak mau melakukan ini jika bisa merugikannya. "Lalu apa untungnya bagiku jika membantumu?"
"Apa?" RM tersentak. Benar, ia bahkan tak memikirkan itu sama sekali. Diam sejenak, lalu kembali ditatapnya gadis itu dengan yakin. "Aku akan membelikanmu komik-komik yang kau mau. Sepuasmu." RM menunjuk rak buku di belakangnya yang penuh dengan komik shoujo.
"Tapi kau hantu, bagaimana bisa membelikanku itu."
"Akan kubelikan jika aku sudah bangun dari koma. Karena itu bantu aku," pinta RM. Kini ia benar-benar memohon. Rasanya ia akan menyerah saja jika Eunha menolak permintaannya.
Mereka terdiam cukup lama. Diam-diam gadis itu meliriknya, menangkap ekspresi RM yang pasrah seperti itu ia lantas mendengus. "Hah ... Baiklah. Jangan langgar janjimu. Aku akan menagihnya tanpa belas kasih!"
RM melompat senang dan refleks memeluknya. Sementara Eunha terdiam kaku.
"Ah! M ... mianhae ... dan gomawo. Aku tak akan lupa. Baiklah bagaimana kalau kita mulai mencari besok? Kau libur kan?" tanya RM sambil menggaruk tengkuknya .
Eunha mengangguk dan mereka berjabat tangan tanda keduanya setuju dengan kesepakatan, "Nee. Tapi sebelum itu kau dilarang masuk ke kamar mandi dan jika ingin ke kamarku harus mengetuk pintu dulu. Jika kau langgar maka perjanjian kita batal," ucap Eunha lalu berjalan ke dapur.
RM kaget sekaligus senang, "Aku boleh tinggal di sini?!" tanyanya dengan wajah berseri. Sebenarnya jika Eunha memintanya pergi, RM berencana pulang ke Dorm. Tapi sepertinya lebih baik tinggal di Apartemen ini bersama Eunha agar tak repot jika ia perlu sesuatu.
"Nee," jawab Eunha singkat. Sekilas ia tersenyum karena melihat senyum cerah RM yang tampak seperti anak-anak.
***
Sinar matahari masuk melewati jendela kamar Eunha. Memaksanya untuk segera bangun memulai pagi.
Tok tok tok tok tok tok tok
RM mengetuk pintu kamar Eunha tak sabar. "Eunha wake up! Kajja! Kajja!" panggilnya terus mengetuk pintu.
Dengan malas gadis itu bangkit dari kasurnya dan membuka pintu, "Annyeong," sapa RM dengan senyum dimplenya. Kalau ARMY yang melihat mungkin akan jatuh pingsan. Tapi ini Eunha dan ia tak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost7
FanfictionBTS mendapat insiden saat konser tengah berlangsung. Insiden itu sampai membuat mereka koma. RM terbangun sebagai arwah dan bertemu seorang gadis yang mungkin dapat membantunya. Bagaimana kisah mereka setelah itu? Akankah semuanya kembali normal?