9

1K 107 162
                                    

Eunha bersiap-siap untuk bekerja. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dan tersenyum. Entah mengapa hari ini ia begitu bersemangat untuk bekerja.

Eunha berjalan ke dapur untuk sarapan. Disana sudah ada RM, V, dan Jin yang sedang melahap makanan mereka masing-masing. Pagi ini Eunha dibantu Jin untuk membuat sarapan. Awalnya Eunha ragu tapi ternyata masakan Jin sangat lezat.

Selesai sarapan Eunha langsung berangkat kerja. Sementara RM, V dan Jin bersantai sambil menonton TV.

Eunha merasa ini adalah good day nya karena sejak pagi ia tak mendapat masalah apapun. Hari ini pun semua pelanggannya sangat ramah. Bahkan ia tak merasa lelah sampai waktu kerjanya habis.

Di perjalanan pulang Eunha bersenandung ria. Andai saja setiap hari selalu seperti ini akan nikmat sekali hidupnya.

Sampai di depan Apartemennya, Ahjumma pemilik Apartemen menunggunya di depan pintu dengan ekspresi gelisah. Eunha menghampirinya dengan senyum cerianya tapi Ahjumma itu tetap terlihat resah.

"Annyeong Eommonim. Kau mencariku?" tanya Eunha dengan sopan.

Ahjumma itu menatapnya lama. Dan itu membuat Eunha merasa ada yang janggal. Lalu Ahjumma itu mengajak Eunha ke rumahnya yang berada di lantai bawah.

"Eommonim.. sebenarnya ada apa?" tanya Eunha lagi setelah Ahjumma itu memberinya teh matcha kesukaannya.

"Eunha.. kau sudah kuanggap seperti anakku. Kau tahu itu kan?" ucap Ahjumma itu tiba-tiba.

Eunha mengangguk dan tersenyum. Ia dan Ahjumma itu memang sangat dekat. Selain karena Eunha yang pertama kali tinggal di Apartemennya, juga karena Eunha adalah anak yang sopan dan Ahjumma itu menyukai anak muda seperti Eunha.

Panggilan 'Eommonim' dari Eunha juga membuatnya semakin menyayangi Eunha karena ia tak punya anak perempuan.

"Karena itu aku benar-benar minta maaf," lanjut Ahjumma itu dan menunduk.

"Ah wae? Eommonim kau ada masalah? Kenapa meminta maaf?" tanya Eunha dan mengusap pelan bahu Ahjumma itu.

Ahjumma itu melepaskan tangan Eunha dari bahunya, "Mianhae, sebenarnya aku tak masalah tapi suamiku meminta bayaran sewa Apartemenmu secepatnya atau.. kau harus pergi," katanya kemudian.

Eunha kaget. Cobaan apa lagi ini? Ia baru saja merasa senang dan bersemangat beberapa jam yang lalu. Bagaimana caranya ia membayar secepatnya?

Tiba-tiba Eunha ingat tentang gajinya yang dipotong. Untuk makan saja itu tidak cukup, apalagi harus membayar uang sewa. Ia pun teringat kalau ia juga belum membayar uang sewa untuk bulan lalu.

"Jeongmal mianhae Eunha.. kami sedang memerlukan uang untuk pengobatan Hyunsik, dia terkena DBD sehabis pulang dari kemah. Aku tahu ini bukan jatuh temponya uang sewa mu bulan ini tapi.." Ahjumma itu diam. Ia juga tak enak hati menagih uang sewa pada Eunha. Sebelumnya ia tak pernah melakukan ini.

"Dan jika kau pergi, ada yang akan menyewa tempatmu. Dia sudah bayar uang mukanya. Tapi tenang, kalau kau bisa membayar dalam waktu dekat, aku akan mengembalikan uang orang itu," lanjut Ahjumma itu.

Eunha mencoba menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan. Tapi semakin ia memikirkannya, terus saja berakhir untuk pindah dari Apartemen itu karena ia tak punya pilihan lain.

Eunha menepuk pelan bahu Ahjumma itu dan tersenyum, "Gwaenchana Eommonim, aku akan pindah. Mianhae tapi aku tak punya uang untuk membayar sekaligus dua bulan uang sewa. Bahkan untuk satu bulan pun aku juga tak bisa, gajiku baru saja dipotong Bosku.." ucap Eunha dengan senyum yang dipaksa.

Ghost7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang