"Eonnie? Kenapa mengemas barang? Kau mau ke mana?" Gadis kecil itu mengusap matanya, ia baru saja terbangun karena mendengar suara berisik.
"Aku akan pergi untuk menjadi Idol. Kau akan mendukungku kan?"
Ia tersenyum lebar sembari mengangguk mantap. "Tentu! Aku suka melihatmu menari dan bernyanyi, menakjubkan!"
Tampak samar, terlukis senyuman hambar dari gadis yang lebih dewasa beberapa tahun darinya, perlahan menghela napas berat lalu kembali buka suara. "Karena itu aku akan pergi cukup lama."
"Ke mana? Aku ikut ...."
"Aniya, kau harus di sini. Jaga Appa dan Eomma untukku nee? Aku percayakan mereka padamu," sela gadis itu sembari menatap lekat adiknya.
Tak terima, sang adik mulai merengek dengan mata berkaca-kaca, mengulum bibir bawahnya seraya menunduk.
"Eunha ... aku sudah memikirkan ini sejak tiga tahun lalu. Kau tahu itu kan?"
Gadis kecil itu mengangguk pelan, mengusap bulir air yang masih tertahan di pelupuk mata. "Arayo ... tapi haruskah kau pergi?"
Kakaknya mengangguk lemah. "Nee."
"Dan ... jangan menungguku. Aku tak tahu kapan harus kembali tapi aku janji kita akan bertemu lagi," lanjutnya lalu memeluk erat adik kecilnya, menahan tangis yang sejak tadi telah memaksa ingin keluar.
Diliriknya sekilas jam dinding yang menunjukkan pukul dini hari, sejenak mempererat pelukannya lalu mendorong pelan pundak adiknya.
"Nah sekarang aku harus pergi. Sampai jumpa dan ...
... saranghae."
"Eonnie andwae. Aku tak yakin bisa menjaga mereka sendirian, biarkan aku ikut. kumohon Eonnie! Uh hiks Eonnie ...."
"Mianhae ... jaga dirimu."
"Eonnie gajima! jangan tinggalkan
aku! Eonnie! Eonnie!! Eon--!""EUNHA IREONA!!"
Eunha terbangun di kasurnya, menatap langit-langit kamar dengan mata yang basah entah sejak kapan.
"Eunha! Ini sudah pagi. Ayo bangun! kajja! kajja! kajja!" seru V dari luar kamar. Ia terus mengetuk pintunya dengan keras seperti punya dendam kesumat.
Eunha bangkit dari tidurnya, duduk sambil menatap datar ke arah pintu. "Sialan ... padahal mimpinya sedang seru."
"Oh? Memang aku mimpi apa?"
"EUNHA!!"
"Aah nee! Aish ... menyebalkan." Segera gadis itu turun dari kasurnya dan bergegas mandi.
Setelah selesai dengan ritual paginya, ia lantas menuju dapur untuk sarapan. Ternyata sudah berkumpul Bangtan yang sarapan bersama di sana.
"Annyeong ...," sapanya lalu menarik salah satu kursi di samping Jin dan duduk.
"Nee!" balas mereka serentak.
Jin meliriknya sinis. Ia kesal karena gadis itu tak membantunya membuat sarapan, padahal sebelumnya sudah berjanji untuk membantu.
"Ya kenapa kau lama sekali? Apa kau begadang? Aish ... jinjja. Walau sudah tak bekerja, bangun pagi itu wajib! Tak baik bagi seorang gadis tidur sampai kesiangan. Bagaimana jika--"
BRAK!
Eunha menghentak meja dengan sumpitnya. "Ah hajimara ... moodku sedang buruk. Berhentilah mengomel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost7
FanfictionBTS mendapat insiden saat konser tengah berlangsung. Insiden itu sampai membuat mereka koma. RM terbangun sebagai arwah dan bertemu seorang gadis yang mungkin dapat membantunya. Bagaimana kisah mereka setelah itu? Akankah semuanya kembali normal?