♡CHAPTER 13♡

109 22 2
                                    

HAPPY READING♡!

Rara berjalan menuju parkiran dengan tatapan kosong, pulang sekolah ini Rafa mengajaknya untuk pergi ke cafe kemarin, berniat menghibur Rara.

Rafa melambaikan tangannya didepan wajah Rara, Rara masih saja tak sadar.
Tak! Rafa menyentil dahi Rara, sehingga Rara tersadar dari lamunannya.

"Jangan ngelamun lagi oke?" Rara mengangguk dan segara naik motor Rafa.

Suara lonceng cafe berbunyi saat sepasang anak muda memasuki cafe itu, Rafa memilih duduk dimeja pojok agar tidak terlalu terganggu.

"Mau pesan apa dek?" Tanya waiter cafe.

"Ra lo mau pesen apa? hari ini lo bebas mau pesen seberapa banyak pun" tawar Rafa

"Tapi abisin ya" ujar Rafa mengusap kepala Rara. Rara hanya tersenyum dan mengangguk.

"Rara mau pesen red velvet cake dua, es krim ukuran besar, matcha green tea satu, satu lagi terserah mbak aja" Rara terkekeh melihat wajah bingung mbaknya.

"Bebas de?" Tanyanya dan Rara mengangguk.  Kemudian waiter itu pergi.

Rara menunjukkan jari kelingkingnya dihadapan Rafa.

"Apa ra?" Tanya Rafa

"Rara mau Rafa janji gak akan pernah ninggalin Rara" ujar Rara.

"Hmiya gue janji" Kelingking mereka bertautan, tak lama pesanan Rara sudah tiba.

"Ini menu spesial untuk kalian" ternyata waiter itu memberikan cake berbentuk love yang sangat lucu. Rara langsung saja memakannya sesekali mengobrol dengan Rafa.

"Cita cita Rafa apa sih?" Tanya Rara

"Gue mau jadi Tentara Ra" Rara berdecak kagum ternyata sahabatnya ini mempunyai cita cita menjadi abdi negara.

"Kalo lo?"

"Rara pengen banget jadi dokter" Rafa mengangguk mencubit pipi Rara

"Semoga mimpi kita tercapai ya Ra"

"Aamiin, pasti tercapai" Yakin Rara.

Setelah makanannya habis, mereka tidak langsung pulang malah mengobrol ngobrol. Untungnya cafe ini tidak mengusir pengunjung yang hanya numpang nongkrong.

"Rara belum pernah liat Rafa deket sama cewek deh"

"Emang kenapa?" Tanya Rafa heran

"Rafa normal kan?" Tanya Rara curiga.

Rafa menoyor kepala Rara "Gue normal Ra, masih suka cewek anjir"

"Syukur deh" Rara tampak berpikir sejenak "Mau Rara bantuin cari cewek? Si Amel cantik Raf" goda Rara

"Boleh, kenapa lo nanya nanya?"

"Yaudah iya Rara patah hati lagi ini mah" ujar Rara dalam Hatinya.

"Eem cuma kasian sih gak ada yang perhatian sama Rafa selain keluarga, Nanti depresi kekurangan perhatian" ledek Rara sedangkan Rafa hanya menatapnya datar.

"Ohya Rafa bentar lagi Rara ulang tahun loh" ujar Rara semangat. Rafa membuka kalender di handphonenya.

"Lo mau hadiah apa dari gue?" Tanya Rafa.

"Bebas gak nih?"

"Anything for you" Ujar Rafa mengusap pipi Rara.

"Eem Rara mau Rafa biayain kuliah kedokteran Rara sampe Rara jadi dokter" Rara terkekeh dengan hadiah yang ia minta pada Rafa.

Bola mata Rafa membelalak mendengar permintaan Rara "Heh emang gue suami lo! Gak! Gak! Yang lain Ra"

"Yaudah Rafa jadi suami Rara aja" ujar Rara santai

"Sekolah dulu yang bener baru mikirin nikah"

"Berarti kalo udah sekolah Rafa mau nikah sama Rara?" Tanya Rara semangat.

"Jodoh gak ada yang tau Ra" ujar Rafa. "Lo mau gue beliin apa?"

"Rara pengen boneka teddy bear yang paling besar, tapi itu mahal banget" 

"Yee pemerasan lo ah" sewot Rafa membuat Rara tertawa.

Rafa mendengar lonceng cafe yang berbunyi saat ia melihat siapa yang masuk ternyata itu Putra yang berpakaian casual dengan seorang wanita berpakaian cukup seksi terlihat Putra merangkul pinggang wanita itu posesif. Rafa melirik Rara, untungnya Rara sedang memainkan handphonenya. Tapi sangat besar kemungkinan Rara melihatnya.

"Raf" panggil Rara.

"Ra tatap mata gue!" Pinta Rafa

"Kenapa?" Rara terkekeh

"Tatap mata gue!"

"Kenapa sih Raf?"

"Ra please, Tatap mata gue" mohon Rafa agar Rara tak melihat kearah lain.

"Apasih Raf gak jelas banget" Rara terkekeh geli namun saat ia melihat sekitar Cafe, ia sangat terkejut melihat Putra sedang berjalan bersama wanita lain. Ia melihat Putra duduk dimeja belakang Rafa, namun Putra tak melihatnya.

"Raf.."

"Ra..." panggil mereka bersamaan.

"Raf itu beneran Putra? Rara salah liat kan? Pasti bukan putra itu!" Tanya Rara pelan dengan nada yang bergetar.

Rafa tak menjawab ia hanya menatap wajah Rara dengan air mata yang sudah mengalir.

"Raf jawab! Apa perlu Rara samperin mereka?" Tanya Rara.

"Gak usah! Biar nanti gue yang kasih pelajaran buat dia Ra" Rafa menarik Rara kedalam dekapannya sama seperti kejadian disekolah tadi.

Rara melepaskan pelukannya "Rara mau pulang Raf" Rafa mengangguk mereka segera pergi. Namun Rafa malah berjalan menghampiri meja Putra, Rara menggenggam Tangan Rafa erat.

Rafa menepuk pundak Putra "brengsek banget lo!!" Tanpa menunggu balasan dari Putra, Rafa dan Rara segera keluar dari cafe itu. Putra membeku seketika, ia sangat terkejut ternyata Rara ada dicafe yang sama dengannya.

♡♡♡♡

"Ra kita teduhan dulu ya!" Ujar Rafa kencang.

"Gak Rafa!"

"Ini hujannya makin gede Ra"

"Turutin kemauan Rara satu hari ini ya Raf" pinta Rara menahan tangisnya.

"Hujan hujannan nih?" Rara meng'iyakan sehingga mereka menerobos hujan yang semakin deras. Rara bersandar dipunggung Rafa membiarkan wajahnya terkena air hujan, agar tidak ada yang mengetahuinya sedang menangis.

Rafa menarik lengan Rara agar memeluknya, meskipun hujan cukup deras tapi ia masih bisa mendengar isakan kecil Rara.
Rara mempererat lengannya yang memeluk pinggang Rafa, sakit Rasanya.

Hujan sudah reda, mereka telah sampai dihalaman rumah Rara. Rara memberikan helmnya dan berterima kasih dengan suara yang sumbang mungkin karena menangis selama perjalanan.

Rara berjalan memasuki rumahnya, baru beberapa langkah Rafa menarik tangannya hingga ia membentur dada Rafa. Rafa kembali memeluknya berusaha memberikan ketenangan pada Rara.

Rara kembali menangis pilu membuat siapapun yang mendengar isakannya akan ikut merasakan kepiluannya.

"I'm fine..." Rara jatuh tak berdaya, Rafa segera membopong Rara memasuki rumahnya.

♡♡♡♡





Jangan lupa berjemur ya:v jangan rebahan terus

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang