Bagian Keenam

1.8K 182 3
                                    


Pukul 19.23 KST

Hoseok tidak bisa untuk tidak tersenyum saat melihat Jungkook yang tengah asik memakan makanan buatannya. Ya, dia memutuskan untuk tidak ke kantor dan tetap menemani adiknya itu di rumah. Biarkan saja, lagipula dia tidak akan bangkrut hanya karena tidak datang ke perusahaan selama satu hari.

Mereka saat ini tengah berada di ruang makan yang sekaligus terhubung dengan dapur. Hoseok saat ini tengah membuat kopi kesukaannya, namun matanya tidak lepas memandang kearah Jungkook yang tengah lahap makan itu.

"Hyung, hati-hati tangan mu bisa terkena air panas," ucap Jungkook yang tentu saja membuat Hoseok tersentak. Hoseok terkekeh, malu karena terpergok oleh adiknya sendiri.

Setelah selesai, Hoseok pun berjalan mendekati Jungkook kemudian duduk di depan Jungkook.

"Haha..Habisnya adik ku ini manis sekali. Makan mu begitu lahap," ucap Hoseok sambil tersenyum gemas.

"Aku tidak manis," sebal Jungkook yang mana membuat Hoseok tertawa kecil. Ah, dia seperti sedang berhadapan dengan Jungkook yang masih berusia tujuh tahun, manis sekali.

"Kau iya," ucap Hoseok sambil meminum kopinya. Jungkook mendelik sebal sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Hoseokie hyung menyebalkan."

Dan tawa renyah itu kembali keluar dari bibir Hoseok. Senang sekali melihat Jungkook kesal seperti itu karena demi apapun, hal ini justru lebih baik daripada melihat adiknya menangis karena merasa kebingungan dan ketakutan.

"Habiskan makanan mu," ucap Hoseok sedangkan Jungkook hanya menurut saja. Jujur, saat ini dia tengah bahagia sekali. Kini dia juga sudah berusaha untuk menerima takdir nya yang membuatnya harus seperti ini. Berkat perkataan Hoseok, dia sadar bahwa tidak ada salahnya untuk terlihat berbeda dengan orang lain, karena Jungkook yakin, masih ada sesuatu hal dalam dirinya yang justru membuatnya spesial dibandingkan orang lain.

"Bagaimana kalau kita pergi ke psikolog ?" Tanya Hoseok yang membuat Jungkook berhenti makan. Dia terlihat terkejut.

"Untuk apa ?"Kaget Jungkook.

"Untuk berkonsultasi. Mungkin saja kau bisa untuk sembuh. Lebih baik mencoba dulu bukan?" Ucap Hoseok lembut.

"Tapi bagaimana jika aku tidak bisa sembuh ?" Tanya Jungkook pelan sambil menundukkan kepalanya.

Hoseok mengusap kepala Jungkook pelan. Dia tersenyum.

"Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha Kook-ah. Lagipula dengan hal ini kita juga bisa sedikit tahu kenapa kau bisa menjadi seperti ini," ucap Hoseok. Jungkook menggelengkan kepalanya.

"Aku takut. Bagaimana jika aku semakin terlihat aneh nanti."

Hoseok menghela nafasnya. Dia juga tidak bisa memaksa Jungkook jika adiknya itu tidak mau. Dia tidak ingin membuat Jungkook kembali sakit dan malah memperparah kondisinya.

"Yasudah, gwenchana. Hyung tidak akan memaksa jika kau tidak mau," ucap Hoseok yang membuat Jungkook mendongak.

"Maaf hyung," sesal Jungkook yang merasa bersalah.

Hoseok menggelengkan kepalanya dengan seulas senyuman manis yang dia berikan kepada adiknya itu.

"Tidak perlu meminta maaf, Kook-ah. Lakukan apa yang membuatmu nyaman dan bahagia. Selama itu tidak membuat mu terluka, hyung akan selalu mendukung mu."

Jungkook kembali dibuat terharu oleh Hoseok hari ini. Hoseok benar-benar sosok kakak yang sangat sempurna dan dia bersyukur karena sudah ditakdirkan untuk menjadi adik dari Hoseok.

Prosopagnosia [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang