Bagian Kedua Puluh Lima

672 100 5
                                    


"Jimin sudah bisa kau jenguk. Dia sudah sadar saat ini."

Taehyung membelalakan matanya saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Namjoon. Lantas dengan tergesa, bahkan dia tidak mengatakan apapun pada Jungkook yang hanya bisa menatap kepergian dirinya dengan bingung. Fokus utamanya hanya Jimin sekarang.

"Aku tidak tahu apakah nanti bisa mengenalimu lagi atau tidak saat kau datang kembali," ucap Jungkook sambil tersenyum miris.

Jungkook dengan perlahan turun dari bangsal rumah sakit nya itu, lantas berjalan tertatih menuju sofa yang sering Hoseok duduki untuk mengerjakan pekerjaannya.

"Buku ini." Jungkook berucap dengan senang saat melihat buku catatan. Dia duduk dengan perlahan lalu meraih buku itu.

Tangan nya yang rapuh itu membuka halaman demi halaman buku catatan itu dengan perlahan. Matanya membaca setiap kalimat yang terukir disana. Ada tulisan Hoseok, Jimin, dan juga Namjoon disana. Jungkook tersenyum haru.

"Meskipun tidak bisa mendengar apapun lagi, setidaknya aku masih harus bersyukur karena masih ada media yang bisa aku gunakan untuk dapat berkomunikasi dengan yang lain. Dengan cara seperti ini, aku juga bisa belajar mengenali orang lain melalui gaya tulisannya. Walau sulit, setidaknya aku harus mencoba bukan ?"

Jungkook kembali tersenyum sambil terus membaca kembali tulisan-tulisan yang sangat berharga itu. Namun tiba-tiba dia juga ikut merasa khawatir akan keadaan Jimin.

"Apa aku ikut melihat Jimin hyung saja ? Benar. Aku bisa bertanya pada perawat lalu untuk memastikan apa benar dia Jimin hyung atau bukan, aku hanya perlu melihat plester pada pergelangan tangannya. Seperti yang Jimin hyung katakan disini."

Jungkook menganggukkan kepalanya yakin. Dia pun kembali meletakan buku catatan itu lantas bangkit lalu berjalan dengan tertatih sambil membawa tiang infus nya.

Saat sudah berada diluar, Jungkook mendadak ragu. Banyak orang berlalu lalang di depannya, bisakah dia melalui semua ini ?

"Tidak. Aku pasti bisa. Jika aku terus merasa takut, bagaimana caranya aku akan bertahan ?"

Jungkook memantapkan tekadnya. Akhirnya dia pun kembali melangkahkan kakinya meskipun dengan kepala yang tertunduk.

"Permisi pasien! Tolong minggir." Teguran itu tidak berarti apa-apa ditengah keadaan Jungkook yang seperti ini.

"Ada apa dengan pemuda itu?"

"Tidak bisakah dia melihat ada pasien yang harus segera mendapatkan pertolongan?"

"Apa dia tuli?"

"HEI KAU!"

Seorang laki-laki menarik Jungkook kasar dan itu tentu saja membuat Jungkook terkejut.

Kedua mata mereka bertemu, dan entah mengapa Jungkook dapat melihat ada tatapan kebencian dari laki-laki itu. Apa dia melakukan kesalahan?

"Kau lagi! Kenapa kau dan kakak mu sama-sama menyusahkan!"

Laki-laki itu adalah Jin. Dia mencengkeram tangan Jungkook begitu kuat, tanpa memperdulikan Sang pemilik tangan yang terlihat kesakitan.

"Bawa kekasih ku. Tolong selamatkan nyawa nya."

Para perawat itu kembali mendorong brankar yang membawa Yejin itu dengan langkah cepat.

"Tuan, bisa anda lepaskan cengkeraman anda pada tangan saya ?" Tanya Jungkook pelan.

Bukannya melepaskan, Jin justru menarik Jungkook pergi darisana. Tanpa memperdulikan Jungkook yang kesusahan mengimbangi langkahnya dan infus yang tertarik kesana-kesini karena pergerakannya.

Prosopagnosia [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang