Bagian Kedua Puluh Sembilan

680 105 4
                                    


"Taehyung-ah, bisa kau kemari? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan tentang Jungkook. Kau bisa kan membolos untuk satu hari ini saja?"

Taehyung tanpa pikir panjang langsung bergegas meninggalkan kelas. Dia tidak memperdulikan teriakan guru ataupun pekikan teman-temannya, bahkan dia sampai menerobos begitu saja gerbang sekolah yang terbuka.

Taehyung segera menghentikan taksi lalu masuk ke dalam.

"Rumah sakit Hang tolong."

Supir taksi itu menganggukkan kepalanya lantas segera melajukan taksi tersebut. Taehyung membuang nafasnya kasar. Dia mengambil handphone nya lantas menghubungi nomor Hoseok yang diberikan Yoongi tadi malam.

"Siapa?"

"Hoseok hyung, ini Taehyung."

"Ah ada apa Tae? Apa ada informasi tentang Jungkook?"

"Sepertinya hyung. Jimin mengetahui sesuatu tentang Jungkook dan sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Hyung bisa datang juga kan ?" Tanya Taehyung.

"Benarkah ? Ten----Tentu, aku akan segera kesana.Terima kasih"

Taehyung kembali menyimpan handphone nya saat panggilan sudah berakhir. Dia menatap kearah jalanan dengan gelisah.

"Bisa lebih cepat pak?"

*****

Yoongi kini sudah berada di dalam apartment Minho. Saat ini dia tengah menunggu Minho yang sedang membuatkan minuman untuknya.

Yoongi tersenyum saat melihat foto Minho dan keluarganya. Disana terdapat sosok yang sangat berjasa dalam hidupnya. Seseorang yang juga membuat dia akhirnya bisa mengenal dan menjalin pertemanan dengan Minho. Dunia memang sempit, karena ternyata Minho sendiri merupakan senior sewaktu kuliah. Oleh karena itu sampai sekarang, Yoongi lebih senang memanggil Minho dengan sebutan sunbae daripada hyung.

"Andai ahjussi masih ada disini."

Yoongi bergumam dengan tatapan sendu. Benar, appa Minho merupakan psikolog yang menanganinya saat itu. Namun beliau sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu akibat serangan jantung. Kepergian beliau tentu saja memberikan duka yang mendalam bagi Yoongi terlebih pada Minho sendiri.

"Maaf aku hanya buat teh."

Yoongi tersenyum saat Minho datang lalu meletakan gelas yang berisi teh hangat itu di atas meja.

"Tidak apa sunbae," ucap Yoongi.

Minho hanya tersenyum tipis lalu duduk disamping Yoongi.

"Tapi aku masih heran, bagaimana bisa anak itu mengenali sunbae ?"

"Aku juga tidak terlalu yakin. Saat aku lihat keadaan nya, telinganya terluka dan aku yakin saat ini dia tidak bisa mendengar. Sepertinya dia mengenali ku karena aku memakai jas yang sama saat aku merawatnya dulu," ucap Minho sambil menunjuk jas yang sudah dia gantungkan di dekat sofa.

Yoongi menganggukkan kepalanya meskipun dia sempat merasa terkejut saat Minho mengatakan bahwa orang yang sudah menyelamatkannya itu kini tidak bisa mendengar. Hal itu entah mengapa justru membuat dia teringat pada Jungkook.

Minho menghela nafasnya, dia menyenderkan tubuhnya pada sofa lalu menatap langit-langit ruang tamu.

"Aku kembali merasa takut Yoongi-ah, bagaimana jika dia atau bahkan keluarganya tidak akan memaafkan aku?"

Prosopagnosia [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang