Bagian kedua

2K 167 9
                                    


Pukul 02.23 KST

Hoseok hanya bisa menatap sendu Jungkook yang kini tengah tertidur disampingnya. Sejak mata adiknya itu terpejam, sejak saat itulah Hoseok tidak dapat tidur. Dia hanya tidak ingin melewati momen dimana dia dapat melihat wajah damai adiknya tanpa raut kebingungan ataupun ketakutan.

Suara gaduh dibawah sana pasti adalah suara yang ditimbulkan oleh para pekerjanya. Ya, setelah menenangkan Jungkook hingga membuat adiknya itu terlelap, Hoseok pun segera menghubungi para pekerjanya untuk datang ke rumah. Dia memerintah mereka untuk menyingkirkan semua lemari kaca, ataupun hal-hal yang dapat memantulkan bayangan dan menggantikannya dengan barang yang berbahan kayu. Kejadian dimana Jungkook kambuh membuat Hoseok memilih untuk mengorbankan semua koleksi kedua orang tuanya yang berbahan kaca di ruang tamu ataupun ruangan lainnya untuk disingkirkan.

Bahkan kamar Jungkook sendiri kini tidak memiliki benda yang terbuat dari kaca ataupun benda yang dapat memantulkan bayangan. Hoseok menyingkirkan semua kaca yang semula tertata dengan apik di dalam kamar adiknya. Hoseok sadar, jika Jungkook selalu kesakitan disaat dia tidak menemani Jungkook di rumah.

Hoseok memainkan rambut Jungkook sambil tersenyum sendu.

"Kenapa kau jadi seperti ini Jungkook-ah ? Sebenarnya ada apa ? Kenapa semua ini harus terjadi kepada mu ?"tanya Hoseok dengan suara pelan.

Dengkuran halus dan deru nafas yang teratur menjadi jawaban dari semua pertanyaan yang Hoseok lontarkan.

Hoseok berhenti memainkan rambut Jungkook, dia bangkit lalu berjalan menuju balkon. Hoseok membaringkan dirinya diatas sofa panjang yang memang sengaja diletakkan disana.

Hoseok menatap langit yang masih tampak gelap namun kini banyak bintang yang terlihat memancarkan sinarnya. Seolah mereka tengah menyatukan  energi mereka untuk Hoseok.

"Eomma, appa, aku sudah menjaga Jungkook dengan sebaik mungkin. Tapi, bisakah aku meminta kepada kalian ? Tolong sampaikan kepada Tuhan agar membuat Jungkook sembuh. Aku tidak tega melihat adikku yang terus merasa kebingungan, bahkan ketakutan saat bertemu dengan orang lain. Bisakah ? Tolong jangan membuat bingung adikku terlalu lama," ucap Hoseok dengan mata yang berkaca-kaca.

Kerlipan bintang diatas sana seolah menjawab pertanyaan Hoseok itu. Hoseok mengangkat tangan kanan nya, dia membuat kelinci dengan menyatukan ibu jari dan jari tengah kemudian mengarahkan kearah bintang yang cahaya nya lebih terang dari bintang yang lain.

"Aku ingin adikku sepertimu. Bersinar dengan terang daripada yang lainnya. Meskipun terlihat berbeda, namun adikku dapat mendapatkan perhatian lebih daripada yang lainnya. Aku ingin adikku seperti itu. Dikenal dan dicintai oleh banyak orang, bukan dibenci dan dianggap aneh oleh semua orang," ucap Hoseok dengan suara bergetar.

Nada dering handphone nya membuat Hoseok tersentak. Dia bangkit kemudian kembali masuk ke dalam kamar adiknya.

Hoseok meraih handphone yang berada diatas meja belajar adiknya. Nama Jin tertera disana. Hoseok pun mengangkat panggilan itu.

"Ada apa ?"tanya Hoseok langsung. Terdengar kekehan diseberang sana.

"Ternyata kau belum tidur. Kenapa kau tidak datang ? Kami semua sudah menunggumu asal kau tahu. Bahkan Yejin sampai menangis karena merasa kau bohongi, "ucap Jin yang terdengar kesal.

Hoseok menghela nafasnya.

"Aku lupa jika aku ada janji untuk kumpul bersama kalian. Maafkan aku," ucap Hoseok.

"Benarkah ? Atau kau tidak bisa datang karena adik mu yang aneh itu kembali berbuat ulah ? Alasan mu itu tidak cocok sekali dengan mu Hoseok-ah. Semua orang tahu jika ingatan mu itu yang paling bagus."

Prosopagnosia [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang