Hidup yang dijalani ini memang penuh misteri. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Semua sudah ada yang Mengatur. Detik ini harus begini dan detik selanjutnya harus begini.
Hidup juga tidak pernah luput dari kejutan. Namun responnya yang diberikan oleh si penerima kejutan tentu saja berbeda.
Berbicara mengenai itu, sekarang Arkan dibuat kaget. Dibawah langit yang sudah gelap Arkan duduk bersisian dengan Ayla.
Suasana yang terlihat romantis. Namun agaknya sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi.
Gadis itu menatapnya dengan pandangan yang menuntut. Meminta penjelasan pada Arkan. Pacar yang selama beberapa bulan ini ia percaya.
Namun sepertinya rasa kepercayaan yang ia berikan memudar setelah spekulasi-spekulasi yang bersarang dipikirannya. Ia ingin menyangkal namun kenyataan menghempaskan membawa ia tidak bisa berpikir secara kondusif.
Arkan yang dihadapkan dengan situasi ini dilema. Ia tahu cepat atau lambat pasti semuanya akan terbongkar. Arkan hanya menunggu bom waktu meledak.
Arkan tadi berniat untuk menjenguk Ayla. Lagi. Ia hanya ingin memastikan keadaan cewek itu baik-baik saja. Namun ia malah mendapati hal lain.
"Aku kecewa. Kamu nggak bakal tau selama ini aku selalu ngeyakinin diri aku sendiri kalo kamu nggak akan ngelakuin itu ke aku!"
"Maaf."
"Maaf!? Seharusnya aku itu tampar kamu Arkan. Tapi aku nggak akan ngelakuin itu. Karna tangan aku nggak akan mau nyentuh kamu lagi barang se-inchi pun!"
Ayla memalingkan wajahnya. Selama beberapa minggu terakhir Arkan sangat berubah. Dan saat kedua mata kepalanya sendiri melihat bagaimana Arkan dan Amanda saling menatap dan pulang bersama membuat ia memutuskan Arkan memang tidak patut untuk dipertahankan.
"Aku udah mikir ini udah lama. Tapi aku cuma mau pengakuan itu keluar dari mulut kamu yang sialan itu. Kamu malah selingkuh!" Andai saja Ayla tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Dari sikap Arkan ia memang sudah mencerminkan sikap pengecut. Tentu saja, seharusnya hari dimana ia tahu ia akan dijodohkan Arkan seharusnya berbicara pada Ayla.
Arkan hanya memalingkan muka. Tak berani menatap Ayla.
Ayla itu baik, Ayla itu cantik. Arkan suka Ayla. Mereka pacaran. Sampai sekarang masih belum ada kata putus yang keluar dari mulut keduanya.
Tapi mereka tahu, hubungan mereka tidak baik-baik saja sekarang. Tinggal menunggu kata itu keluar dari salah satu empunya hubungan.
"Kita putus!" Dan seharusnya memang begitu.
"Dengar penjelasan gue dulu. Gue sama Amanda bukan cuma pacaran. Tapi kita udah nikah." Ucap Arkan dengan satu kali tarikan nafas.
Aura ketegangan semakin menguar tatkala kalimat itu meluncur.
"Ha ha ha." Ayla tertawa hambar. Air mata keluar tanpa permisi.
"Jadi hubungan kalian udah sejauh itu. Gue ternyata nggak bisa kasih apa yang cewek sialan itu kasih!" Tentu saja segala pemikiran yang seharusnya bersarang dikepala Ayla.
Arkan pening. Kepalanya berdenyut.
"Lo nggak bisa simpulin itu!"
Ayla terpaku. Arkan sekarang terasa begitu jauh berbeda. "Terus apa lagi kalo bukan itu, brengsek!"
"Gue sama Amanda dijodohin. Orang yang sepatutnya lo salahin itu bukan Amanda!"
Hening.
"Pergi! Pergi sana!"
💍💍
Arkan menepikan motornya dijalan raya ketika ia merasakan getaran yang berasal dari ponselnya. Setelah melihat siapa yang menelfon, Arkan langsung menggulirkan jarinya keatas. Mengangkat panggilan.
"Iya bun, tumben nelfon Arkan."
"Nggak boleh apa nelfon anak sendiri," Cibir seseorang diseberang sana.
"Serius bun, Arkan nanya."
"Kamu dimana sekarang?"
"Ini lagi dijalan. Kenapa bun?"
"Dasar, kamu emang selalu pulang malam yah? Ingat istri dirumah Arkan," Omel Leli.
"Nggak lah bun."
"Alah jangan ngelak, kemarin bunda dateng ke tempat kamu tuh. Tapi kamu belum juga pulang padahal udah malam."
"Kapan bunda ke apart Arkan? Kok Arkan nggak tau?"
"Bunda udah bilang kemarin. Emang Amanda nggak kasih tau kamu?"
Arkan menggelengkan kepalanya. Tidak sadar kalau bunda nya tidak melihat itu.
"Udah, kamu pulang sana. Udah punya istri kok masih keluyuran."
Tut.
Leli langsung menutup panggilannya. Arkan hanya mendengus, moodnya hancur.
Rentetan kejadian hari ini membuat Arkan pusing, ia memjit pangkal hidungnya.
Dimulai dari, Rey yang selalu mengusiknya. Kurang kerjaan memang tuh cowok, papan tulis aja dia hapus pake jari telunjuk, jari yang biasanya dia gunain buat ngupil.
Belum lagi cowok tidak tau diri yang selalu mengintili Amanda kemana-mana. Sok-sokan mengajak Amanda pulang bareng. Modus banget.
Dan kejadian baru beberapa puluh menit yang lalu. Ayla, cewek itu ternyata sadar tentang hubungan dirinya dan Amanda.
Poor Arkan, hari ini benar-benar penuh dengan 'kejutan'.
_______________
Revisi done.
Tbc).
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkan & Amanda Young Marriage (End/Complete)
أدب المراهقين❕Cerita ringan konflik lebih banyak adegan manis yang bikin sampe enek❕ Amanda bukan siapa-siapa Arkan. Amanda juga bukan rival Arkan. Arkan bukan laki-laki yang Amanda sukai secara diam-diam, layaknya novel. Arkan hanya cowok yang sering mangun...