"Woiii semuanya, woii perhatian!" Erika dengan mantap berdiri didepan kelas. Penghuni kelas mau tak maupun menoleh pada Erika. Pada heran semuanya.
"Mau ngapain lo markonah?" Tanya Evin.
Erika memutar kedua bola mata. Kesal. Ia lalu berdehem, "Jadi gini, tadi kan kita dikumpulin di aula_"
"Eh? Kapan njir? Perasaan nggak ada tuh kita ke aula," Sergah salah satu siswa.
"Bisa nggak sih kalian diem dulu?! Seret nih gue teriak-teriak!"
Semuanya tersenyum mengejek namun tak urung memilih diam sesuai permintaan Erika.
"Tadi Amanda disuruh ke aula. Katanya nanti mau lomba nyanyi harus ada temen duetnya. Tapi harus cowok."
Semuanya berpandangan mereka lalu beralih pada si perwakilan menyanyi dari kelas mereka. Amanda.
Amanda tersenyum kikuk menaikkan kedua alisnya, "Terserah siapa aja, kok."
"Gue aja deh," Evin mengusulkan dirinya dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
"Nggak ya, enak di lo tapi Amanda nya nggak," Tolak Erika mentah-mentah.
"Hee yang nyanyi siapa coba?"
"Sahabat gue, wlekk."
"Richard aja gih. Lo kan bisa nyanyi? Main gitar juga bisa, kan?" Usul si sekretaris kelas.
Mendengar itu Amanda menelisik Richard. Dari tampangnya sih tidak meragukan. Seingat Amanda suaranya juga bagus.
💍💍
Amanda mengetikkan pesan untuk Arkan. Ia ingin memberikan tahu kalau ia akan telat pulang.
"Udah lama?"
Amanda mendongkak, lalu tersenyum canggung, "belum kok."
"Lo nggak keberatan kan, gue yang jadi teman duet lo?"
"Ha? Nggak kok. Gue nggak keberatan. Justru gue berterima kasih karna lo mau jadi teman duet gue," Aku Amanda jujur.
"Jadi kita mulai latihan sekarang?"
Amanda mengangguk. "Lo main pake apa?" Tanya Amanda menatap Richard.
"Ini gue pake gitar aja. Soalnya gue cuma bisa itu doang," Kata Richard terkekeh.
"Lo udah siapin lagunya?" Lanjut Richard bertanya pada Amanda.
Amanda mengangguk.
💍💍
"Ntar latihannya kapan lagi?"
"Kayaknya nggak usah deh, tandingnya kan besok. Nanti kalo capek gimana?" Ano menyahut.
"Bener banget tuh."
Arkan hanya diam tidak ikut nimbrung percakapan teman-temannya. Suasana hatinya sedang tidak bagus.
"Gue belum liat Amanda seharian," Batin Arkan.
Arkan lalu meminum air mineral yang memang sudah disediakan. Sekarang sudah sore dan Arkan masih berada disekolah.
Membasahi rambutnya dengan air mineral, Arkan mencoba mengurangi rasa panas yang menjalar ditubuhnya.
Dan sialnya itu malah menambah kadar ketampanannya."Woi, Kan diam-diam bae lo!"
"Apaan? Latihannya udah selesai, kan? Kalo udah gue mau pulang," Tukas Arkan.
"Lo nggak asik. Nongkrong dulu yuk."
"Sorry, gue nggak bisa. Lain kali aja."
Arkan lalu bertos ria dengan para rekannya. Ia pun berlalu. Arkan mengambil ransel miliknya. Cowok itu juga sempat mengecek ponsel.
"Kan, tungguin gue!"
Arkan membalikkan badannya. Ternyata Rey.
"Ck gue manggil lo dari tadi."
"Ya maap gue kagak denger," Ucap Arkan.
"Serah lu. Gue mah orangnya pemaaf."
Mereka hanya terdiam lalu berlanjut ke parkiran yang memang sudah sepi.
"Lo kenapa?" Tanya Arkan melihat gelagat tidak biasa Rey. Cowok itu terlihat memikirkan sesuatu.
"Gue mau ngomong. Tapi gue lupa mau ngomong apa."
Wajah Arkan cengo. Ini? Wajar sih.
"Coba deh lo inget-inget dulu," Saran Arkan.
"Bentar-bentar. Iya gue udah inget," Sumringah Rey. Ia tersenyum lalu duduk diatas jok motor milik orang lain.
"Itu bang Torik masih nanyain lo nih. Katanya lo benar-benar berhenti yah? Heran gue dia ngotot banget buat ngerekrut lo lagi."
"Menurut lo?"
Rey menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mukanya sudah masam. Ia mendelik. Menatap Arkan dengan pandangan kesal.
"Lo nggak usah suruh gue mikir. Males nih, otak gue udah mumet ama pelajaran."
Arkan menabok Rey, "nih, biar otak lo encer sekalian."
"Woii sakit nih kepala!"
"Kalo lo mau nyuruh gue buat masuk SENTRA lagi gue nggak mau."
"Yaelah, masuk lagi kenapa, sih?"
Arkan menahan kesal, "Gue udah ada tanggung jawab. Nggak mau main-main lagi."
"Lo udah kerja?"
"Belom."
Rey terlihat berpikir. Ia menatap Arkan dari atas sampai kebawah, "trus sangu istri lo apaan?"
"Ya ada pokoknya."
Arkan nggak bisa jawab. Uang saku yang ia berikan kepada Amanda selama ini adalah uang dari orangtuanya.
Rey abai, "Tapi kata bang Torik, Egi masih sering nantang lo buat adu jotos. Kayaknya tuh anak belum bisa nerima kalo dia kalah dari lo."
"Itu udah nggak urusan gue, oh iya Ditto kemana? Gue udah lama nggak liat dia," Ucap Arkan.
"Gue masih sering kali ngumpul sama dia. Lo aja yang sekarang sibuk sama istri lo."
"Gue pikir dia sibuk sama urusan kuliah nya," Gumam Arkan.
"Gue masih penasaran siapa sebenarnya istri lo itu. Anak sekolahan sini nggak? Gue kenal nggak? Kenalin dong sama gue," Tanya Rey beruntun tak sabar.
"Nggak. Gue nggak mau ngenalin istri gue sama manusia kayak lo."
"Sialan lo."
_______________________
Jujur aku nggak bisa dapat feel dari part ini:)
P.S : revisi habis-habisan.
Revisi done.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkan & Amanda Young Marriage (End/Complete)
Fiksi Remaja❕Cerita ringan konflik lebih banyak adegan manis yang bikin sampe enek❕ Amanda bukan siapa-siapa Arkan. Amanda juga bukan rival Arkan. Arkan bukan laki-laki yang Amanda sukai secara diam-diam, layaknya novel. Arkan hanya cowok yang sering mangun...