Perlu waktu beberapa menit bagi Sehun sampai ia menyadari kalau ia merasa kecanduan dengan tawa pelan yang lolos dari bilah bibir Jongin. Tawa itu membuatnya tersenyum, secara tidak sadar. Ah, betapa ia rela melakukan segalanya untuk bisa terus mendengar suara tawa Jongin yang lembut itu.
“Aku harap kau suka cheesecake.” ujar Jongin, yang sedaritadi sibuk di dapurnya. Hari ini Jongin tidak ada kelas, dan Sehun masih berada di dalam masa skornya selama empat hari ke depan. Sehun-lah yang mengunjungi Jongin terlebih dahulu selepas kejadian malam itu.
Tidak ada yang membahasnya lagi. Baik Jongin ataupun Sehun sendiri. Entah apa yang ada di dalam benak mereka masing-masing, yang pasti Sehun sendiri takut. Sebab Jongin sewaktu itu sama sekali tak menjawab pernyataan cintanya. Memang betul ia habis minum banyak malam itu, tapi sewaktu itu dia belum mabuk. Dia masih ingat piyama apa yang Jongin kenakan, bagaimana Jongin mendesahkan namanya dan bagaimana ronde terakhir mereka bercinta. Sehun masih mengingatnya!
Bukankah itu suatu bukti kalau Sehun sadar?
Untuk urusan minum-minum, Sehun itu juaranya. Hangovernya tidak sepayah itu. Meski sewaktu pagi, ia langsung pengar dan memuntahkan isi perutnya beberapa kali. Membuat Jongin khawatir bukan main. Yah— bagaimana lagi? Kalau sudah begitu, siapa yang akan percaya kalau Sehun tak mabuk saat mengatakannya?
Ia juga belum memiliki keberanian yang cukup untuk kembali membahas masalah itu.
Oh Sehun kau pecundang level dewa.
Ia mendesis pada diri sendiri.
Sebuah bunyi tepukan tangan membuatnya berjengit, kini Jongin sudah berada di depannya. Menggunakan celemek dan beberapa sisi tangannya belepotan tepung. Dari jarak sedekat ini wangi vanilla Jongin tidak tercium, Sehun sempat mengernyitkan dahinya, tapi pemuda manis itu kini memiliki wangi seperti mentega dan cream cheese.
Manis sekali.
“Kau melamun, Oh Sehun.” Jongin memamerkan senyum lebarnya, menepuk salah satu pipi Sehun dengan lembut.
Sehun memejamkan matanya. Wangi cream cheese. “Tidak. Aku tidak melamun,” sanggahnya. Menepiskan kenyataan bahwa ia memang melamun, memikirkan pernyataan cintanya lusa kemarin. Setelah dipikir-pikir lagi, tidak ada romantisnya. Astaga. Sehun apa-apaan? Bahkan sewaktu dulu ia menyatakan cintanya pada Soojung tak seburuk itu, Sehun bahkan sempat mengajak Soojung untuk dinner di restoran mewah dengan view langsung menghadap ke menara Eiffel lalu berciuman disana.
Mewah dan romantis.
Yang beberapa hari lalu itu apa-apaan? Ia jadi malu sendiri.
Sehun bahkan tak sadar ketika kini Jongin sudah melepas celemeknya dan duduk persis di atas pangkuan Sehun. Pemuda manis itu mengusap rahang Sehun dengan lembut, “Kau jelas-jelas melamun, Sehun.”
Tersadarkan akan lamunannya, Sehun sempat kaget ketika Jongin sudah berada di pangkuannya. Namun, kedua tangannya yang seolah sudah terbiasa langsung melingkari pinggang ramping Jongin dengan erat. Menarik pemuda berkacamata supaya lebih mendekat ke arahnya.
“Sudah selesai membuat kuenya?” tanya Sehun.
Jongin mengangguk, “Sudah, Tuan Oh. Cheese cake itu sudah masuk ke dalam oven dan harus aku keluarkan sekitar tiga puluh menit lagi. Ah— apa kau bisa mencium wanginya?”
Sehun mengangguk.
Ia bisa mencium wangi Jongin yang bertambah manis. Persetan dengan kue itu.
Setelah itu mereka berdiam diri di posisi masing-masing sekitar sepuluh menit atau lebih— entahlah, Jongin sendiri tidak menghitungnya! Kini pertanyaan kembali berkecamuk di dalam hatinya. Benarkah Sehun mencintainya? Mengapa Sehun tak membahas kejadian tempo hari? Dan soal masa lalu Sehun, apa benar Sehun itu pembunuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard On The Desk ㅡ HunKai🔞
RomanceWarning cerita mengandung unsur dewasa pada setiap chapter! 🔞 ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ "Kau harus melakukan semua perintahku atau....." Jongin merengek tak setuju, "Atau apa, hah?!" Sehun menyeringai, lalu merendahkan badannya dan berbisik tepat pa...