Hanya kamu yang tahu, seperti apa diriku.
Kisah yang tak seharusnya ada antara aku, kamu dan dia.
Salahkah rasa ini ?
Dosakah diri ini ?
Hanya ingin memiliki mu seutuhnya.
Tuhan lebih tahu.
--------------------------------------------------
Sedikit...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana sunyi di sekitar tangga darurat sudah biasa. Siswa jarang menggunakan tangga ini karena letaknya diantara bangunan gedung IPA dan IPS. Selain itu mulai dua tahun lalu, sudah terpasang lift di masing masing gedung demi kenyamanan siswa.
Pembelajaran terakhir sudah berlalu, sekitar 20 menit lalu alarm pulang sekolah berbunyi. Siswa mulai berhamburan pergi, hingga kawasan sekolah mulai sepi. Hanya siswa yang ada kegiatan ekstra masih berada di lingkungan sekolah.
Lenxa hari ini tidak pulang bersama Bimo, karena ada keperluan. Bimo sendiri juga tak bisa mengantar, karena ada tugas kelompok. Mereka satu kelas, dan biasanya Bimo akan memaksa Lenxa untuk satu kelompok denganya, tapi kali ini Bimo tumben sekali membebaskan pacarnya itu. Mungkin moodnya sedang baik.
Bimo tipe pacar yang memaksa kehendak, tapi soal hati pria itu bisa memberikan sepenuhnya. Buktinya Lenxa mampu bertahan di tahun ketiga mereka bersama. Bukan hal mudah punya pacar yang fansnya ada dimana mana. Walaupun dirinya juga sama populer. Tapi siapa berani yang mendekatinya, ketika tahu dia pacar Bimo. Jika ingin cari masalah, silakan.
Langkah kaki Lenxa menuruni tangga terdengar jelas. Lenxa memang biasa melewati tangga jika pulang sendirian tanpa Bimo, alasanya ingin olahraga kecil, ya seperti pemanasan karena seharian hanya duduk di kelas, kurang bergerak lah. Lenxa sedikit bernyanyi kecil, mengusir kesunyian. Saat tiba di tangga lantai dua, ada seseorang yang bersedekap dada, dan bersandar di dinding.
Lenxa melihat sekeliling, benar benar sepi. Jadi kenapa dia disini, perasaan biasanya ngga ada, bagaimana jika ada orang yang lihat, pasti gosip akan mudah menyebar. Dua hari ini memang Lenxa tak menemui pria itu, alasannya Lenxa sedang tak ingin. Dirinya tak mau memberi harapan pada pria itu, tapi ini sudah terlambat. Karena nyatanya pria itu masih berusaha ada di dekat Lenxa.
Lenxa melewati begitu saja, seolah tak melihat apapun. Tapi sebelum turun ke tangga berikutnya, ada tangan menariknya hingga tubuhnya bersentuhan dengan pria itu.
"Sudah mengacuhkan ku dua hari ini, apa salah ku hem ?" Pandu bersuara tajam walaupun masih terdengar lembut. Pria ini mau menunggu gadis yang membuat dua harinya tak tenang. Bagaimana tidak, pesan tak di balas, telpon ditolak, dicari di sekolah tak ketemu, pergi ke rumah tapi gadis ini tak mau menemui Pandu. Semua itu membuat Pandu merasa tersiksa. Rindu itu berat.
"Siapa yang mengacuhkan mu, aku hanya sedang sibuk." Lenxa menjawab seolah tak ada masalah diantara mereka. Dirinya membela diri, karena memang tak ada hubungan apa pun.
"Tatap mata ku, jika berbicara." Pandu mengangkat dagu Lenxa, mata mereka bertemu. Lenxa berbohong padanya.
"Apa aku menyulitkan mu ?" Pandu berusaha menekan amarahnya, sejak kejadian suap suapan di kantin itu, Lenxa menghindarinya. Padahal yang cemburu itu Pandu, harusnya Lenxa berusaha mengatakan sesuatu. Ah, bodoh memangnya siapa dirimu ? Pandu sadar, kamu itu hanya pemeran kedua di hidup Lenxa.