.
.
.Apa yang ada di hati tak sama dengan yang ada di pikiran. Iya seperti harapan yang tak bisa jalan dengan kenyataan. Seandainya waktu bisa diputar maka Lenxa akan merubah alur hidupnya. Keinginannya adalah hidup damai dengan orang yang mencintainya dan dirinya juga cinta. Tapi memang Tuhan punya sekenario yang terbaik, jadi harus nya ikhlas. Hanya saja kata sederhana itu sulit sekali dilakukan.
Lenxa duduk termenung di kelas. Dirinya hari ini datang diantar supir. Bimo ? Pria itu memberi waktu untuk Lenxa berpikir jernih katanya. Masih berkomunikasi tapi tak bertemu sejak dua hari lalu. Bimo mulai berubah menjadi perhatian sekali, sangat berbeda dari biasanya. Tatapan Bimo lebih lembut, tulus dan teduh. Saat Lenxa yang tak sengaja bertatapan mata merasa deg deg an sendiri.
Tak ada yang menghakimi Lenxa, karena posisi gadis itu adalah pusat dari dua pria most wanted sekolah. Bahkan semua yang melihat ketiga orang itu di sekolah hanya diam. Tak berani berkata atau bergunjing bebas.
"Lenxa." Suara wanita yang tak pernah di sangka gadis itu akan datang menemuinya, ya dia mantan Pandu.
"Iya." Lenxa tak mengenal secara pribadi gadis itu. Tapi melihat gadis itu, Lenxa merasa bersalah. Dirinya seperti pelakor dalam hubungan mereka. Padahal kan bukan.
"Bisa bicara sebentar." Laras, sudah sejak tahu hubungan Lenxa dan Pandu terbongkar, ingin sekali bertemu gadis ini. Hanya ingin berbicara biasa tak ada niat lain.
"Boleh, mau dimana ?" Lenxa mulai beranjak dari kursinya. Kebetulan ini sudah jam pulang sekolah.
"Di cafe depan sekolah aja gimana ?" Laras terpesona, suara lembut Lenxa dan sikap gadis itu memang angun. Pantas saja banyak pria suka.
"Tentu, ayo." Lenxa merasa Laras gadis baik, jadi kenapa Pandu menyakiti gadis ini.
Berjalan melewati lorong IPS, hingga sampai lift. Lanjut berjalan santai hingga di area parkiran. Disana terlihat sosok yang menjadi luka bagi Laras. Iya benar, Pandu. Pria itu berada disisi mobilnya.
"Pandu." Laras menyapa Pandu seperti mereka tak pernah ada masalah. Padahal kan hubungan mereka sangat rumit. Lenxa hanya diam saja, tak ingin terlibat percakapan mereka.
Pandu menoleh dan menatap dua gadis itu, hanya saja fokusnya tentu ke Lenxa. Pandu rindu, sangat rindu sekali. Tangan Pandu ingin sekali merengkuh Lenxa ke pelukannya. Tapi dirinya tak punya hak itu sejak dulu, bahkan hubungan mereka sudah berakhir sebelum di mulai.
"Mau kemana ?" Pandu mencoba bersuara senormal mungkin. Walaupun terdengar ada getaran aneh, dan itu hanya Lenxa yang tahu. Pandu menahan segala rasanya saat ini.
"Makan di cafe depan, mau gabung ?" Laras hanya menawarkan, walaupun sejujurnya berharap Pandu bilang tidak. Karena ini urusan sesama wanita.
"Oh ngga usah, aku ada urusan." Pandu tahu jika berlama lama melihat Lenxa, hatinya tak akan bisa menahan lagi. Dirinya saja sudah tersiksa saat ini, perasaanya tak pernah berubah bahkan bertahan dengan takaran yang amat besar.
"Oke duluan." Laras dan Lenxa kembali berjalan beriringan, dan menjauh.
Pandu masih melihat Lenxa, astaga dirinya tak kuat lagi. Tangan Pandu mengepal, menyalurkan emosi hatinya. Kenapa ada cinta jika tak bisa memiliki ? Kenapa hatinya tetap untuk Lenxa ? Kenapa hanya gadis itu yang menjadi fokus Pandu ? Astaga, Pandu bisa gila sepertinya.
...
Dua gadis itu sudah berada di cafe, di bangku paling pojok. Mereka sudah memesan beberapa menu. Walaupun hanya berbincang ringan, mereka juga lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK (✅)
FanfictionHanya kamu yang tahu, seperti apa diriku. Kisah yang tak seharusnya ada antara aku, kamu dan dia. Salahkah rasa ini ? Dosakah diri ini ? Hanya ingin memiliki mu seutuhnya. Tuhan lebih tahu. -------------------------------------------------- Sedikit...