Occasion

170 38 4
                                    

.
.
.

Tuhan menciptakan manusia saling berpasangan, tanpa membedakan satu dengan yang lain. Bukan berarti setiap manusia akan mendapatkan belahan jiwa dengan mudah. Karena ada proses panjang atau singkat menanti. Semua bisa berkata jodoh itu rahasia Tuhan. Memang seperti itu, bahkan tanpa kita duga, seseorang yang kita jaga selama ini bukanlah yang terbaik untuk kita.

Masih dalam posisi berpelukan, tanpa ada paksaan Lenxa yang tadinya kaget mulai membalas, mengusap pungung Pandu dengan lembut. Harusnya ini salah. Harusnya Lenxa tak seperti ini. Tapi hatinya tak bisa bohong juga, Pandu menjadi bagian hidup Lenxaa entah dimana letak yang tepat.

Lenxa mendengar detak jantung Pandu, amat sangat teratur. Pria ini bahkan sudah membiasakan diri dengan segala hal tentang Lenxa.

"Jangan menghindari ku." Pandu menghirup aroma tubuh Lenxa yang amat sangat di rindu. Walau baru tiga hari tak jumpa, tetap saja ada yang kurang.

"Ndu, jangan lagi." Lenxa amat tak ingin ada pertengkaran hebat antara Pandu dan Bimo. Sudah cukup yang lalu, Lenxa harus mundur dari perasaan yang mungkin ada untuk Pandu.

"Semua akan baik baik saja. Aku bertanggung jawab atas segala hal, tetap disisi ku." Pandu mengeratkan pelukannya.

"Ini semua salah Ndu, semua salah." Lenxa ingin menangis rasanya, mata Lenxa sudah berkaca kaca, suara serak juga muncul, karena Pandu sangat keras kepala.

"Jangan nangis sayang, aku benar benar tak akan bisa jauh darimu." Bukannya menghentikan kekacauan yang ada, Pandu justru menggoda Lenxa dan terkekeh pelan. Tangan Pandu mengusap wajah Lenxa penuh dengan kelembutan. Hati Pandu cukup tenang dan bahagia saat ini.

"Menyebalkan." Lenxa mau tak mau ikut tertawa. Pandu benar benar nekat dan tak bisa dihentikan sekarang.

"Cukup katakan apapun yang kamu rasakan, aku usahakan membuat segalanya mudah. Jangan pendam semua sendiri, ada aku yang bisa kamu andalkan." Pandu kembali berkata manis, Lenxa terbuai juga pada akhirnya memilih membenamkan kepala ke dada bidang Pandu.

"Ayo, aku antar pulang." Pandu sejujurnya tak ingin melepas momen ini, tapi sekali lagi waktu membatasi. Sekarang sudah pukul sepuluh malam, harusnya Lenxa sudah di rumah. Tidak baik menahan Lenxa terlalu lama, pasti orang tua gadis ini khawatir.

Pelukan terlepas, tangan Pandu segera berpindah mengengam tangan munggil Lenxa. Senyum Pandu sangat tulus, hanya untuk Lenxa.

Suasana di dalam mobil pun terasa sangat syahdu, dimana tangan Lenxa tak lepas dari tangan besar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di dalam mobil pun terasa sangat syahdu, dimana tangan Lenxa tak lepas dari tangan besar itu. Pandu sejujurnya juga tak sengaja bisa bertemu dengan Lenxa. Setelah keluar dari bar, Pandu memang ingin mencari Lenxa. Entah dimana, hingga melewati cafe. Pandu ingin membeli kopi atau susu, tapi takdir berkata indah. Lenxa ada di tempat yang sama dan waktu yang amat tepat, karena jika Pandu terlambat mungkin Lenxa sudah pergi dari tempat itu.

BACK (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang