Bagian Dua Puluh

1.1K 157 23
                                    

Tataplah kedua bola mataku, selamilah sedalam-dalamnya. Disana, kau akan menemukan sebuah rindu besar yang terpendam hanya untukmu.

Sepasang mata yang memilki bulu lentik bergerak terbuka secara berlahan untuk menyesuaikan cahaya lampu yang masuk dalam rentinanya setelah tidur dengan tenang selama beberapa jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang mata yang memilki bulu lentik bergerak terbuka secara berlahan untuk menyesuaikan cahaya lampu yang masuk dalam rentinanya setelah tidur dengan tenang selama beberapa jam. Gerakan tangannya yang patah-patah dan masih tertanam selang infus ikut menunjukan jika gadis itu akan segera terbangun.

"Irene!!" Pekik Jennie yang tak sengaja saat melihat pergerakan itu. Secara reflek dia berdiri dan berlari kearah ranjang dimana gadis cantik itu terbaring.

"Syukurlah kau sudah terbangun, aku bener-benar mengkhawatirkanmu Ren." Senyum lega tak dapat Jennie sembunyikan setelah mengetahui Irene benar-benar telah sadar. Begitupula Jisoo yang ikut berdiri dan kini berada disamping Jennie untuk melihat Irene.

Jisoo bingung mengekpresikan dirinya sekarang. Antara senang dan juga gelisah. Senang karena Irene akhirnya siuman, dan gelisah karena kemungkinan besar Sooyoung akan menjadi kambing hitam lagi disini. Dia dan Jennie tahu kronologis mengapa Irene mengalami kecelakan, sebab Taehyung telah menceritakan semuanya.

"Aku akan keluar sebentar untuk memanggil dokter." Ujar Jisoo karena bel yang berada di samping ranjang Irene sepertinya tak berfungsi dengan baik. Dia berusaha menampik perasaan gelisahnya untuk saat ini.

Selama beberapa menit, Irene masih berdiam diri. Kepalanya yang terperban berupaya memproses kejadian-kejadian beberapa jam lalu, hingga akhirnya dia terbaring disini. Sedikit meringis, saat denyutan nyeri di kepalanya menghentikan proses berpikirnya.

"Irene, ada apa?, kepalamu sakit?" Jennie berkata khawatir saat ringisan Irene yang sedikit keras.

"Jangan memikirkan sesuatu yang berat dulu. Kau belum sepenuhnya sembuh Irene." Peringat Jennie meski dia tahu Irene tak akan mudah untuk menurut. Terbukti saat ini gadis itu malah mengambil posisi duduk, meski dalam keadaan yang masih sangat lemah.

"Apa ini dirumah sakit?" Tanyanya setelah rasa nyeri itu sudah agak menghilang.

Jennie mengangguk sekilas, dengan kedua tangan sibuk membantu dan merapikan bantal supaya dapat dijadikan sandaran Irene.

"Lalu bagaimana keadaanku? Dokter berkata apa?"

Jennie membasahi bibirnya yang kering. Mengela nafas panjang, karena dia memutuskan untuk berkata jujur pada Irene tentang keadaan gadis itu. "Keadanmu tak begitu serius, hanya saja tangan kananmu harus di gif sebab beberapa tulangnya ada yang patah."

Secara otomatis mata sayunya tergelincir pada tangan kanannya yang raanya memang sakit saat dia ingin terduduk. Entah mengapa, sileut penyebab dirinya mengalami kecelakaan membuat salah satu tangannya terkepal.

"Aku harus menemui Park Sooyoung, dialah yang membuatku harus menerima keadaan ini."

Jennie terhenyak saat perubahan nada bicara Irene yang kembali seperti biasa. "Jangan bertingkah yang aneh-aneh Ren, kau masih sakit dan harus banyak istirahat agar kau cepat pulih."

I'M FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang