Bagian Sepuluh

1.2K 141 4
                                    

Mencintai seseorang pasti akan merasakan sakit.

Taehyung dan Jimin baru saja mendudukan diri dengan semangkuk ramyeon di meja keduanya saat tak sengaja melihat pemandangan yang menyita penglihatan seorang Kim Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung dan Jimin baru saja mendudukan diri dengan semangkuk ramyeon di meja keduanya saat tak sengaja melihat pemandangan yang menyita penglihatan seorang Kim Taehyung. Dan seolah hukuman untuknya, setiap kali melihat Sooyoung ingatan kesakitan yang wanita itu rasakan membuatnya merasa menyesal.

"Apa aku bisa?" Taehyung menatap penuh ketidak pastian pada objek yang tengah duduk dengan tenang dari puluhan kursi yang berjejer rapi. Kedua mata indah yang kini terlihat tajam saat menelaah rentenan aksara dengan kembali terbungkus kaca mata yang dulu selalu gadis itu pakai. Taehyung jadi rindu.

"Ckck.. jika kau masih berdiam diri, dia akan pergi darimu untuk selama-lamanya." Mungkin Taehyung tak menceritakan semuanya tentang kisahnya dengan Sooyoung, tapi Jimin cukup pintar untuk mengerti semuanya.

"Tapi kesalahan ku sangat fatal untuk memulainya kembali Jim. Dia akan menolakku untuk kesekian kalinya."

"Yaya.. aku tahu itu. Tapi apa kau tak berniat untuk memperbaiki kesalahanmu itu?."

Taehyung malah menunduk, bahunya terlihat mengendur, tak setegang tadi. Gelengan pelan adalah jawabannya. "Aku tak tahu harus bagaimana, aku masih dilema."

Jimin berdecak. "Aku jadi tidak yakin jika kau itu lelaki sejati. Setidaknya tanamankan keyakinan di pikiran dangkalmu itu bahwa kesempatan kedua akan datang."

Taehyung tak menjawab. Dia masih terdiam memikirkan langkah apa yang akan dia lalukan sekarang. Menemui Sooyoung dan menjelaskan semua atau hanya menonton dari kejahuan tanpa ada pergerakan sama sekali?. Bisa dibilang menjadi pengecut.

Jimin memegang bahu Taehyung. "Aku paham bagaimana perasaanmu Taehyung. Menyadari cinta yang kau punya padanya datang terlambat bukanlah perkara yang biasa-biasa saja. Tanpa kau sadari hatimu akan menjadi kacau, dan akan menimbukan suatu pertanyaan, mengapa harus merasakan cinta disaat telah terlepas di gengaman?"

Park Jimin meremas pelan pegangannya pada bahu Taehyung. Kedua lelaki tampan tersebut sempat terdiam dengan pandangan menerawang dan kosong.

"Lihat lah sepasang manusia disana. Bukan kah mereka masih muda daripada kita?, tapi kisah cinta keduanya jauh lebih membahagian dari pada kakak-kakaknya ini."

Jimin melepas pegangan itu dan berganti jari telunjuknya menunjukan sepasang kekasih yang tengah tertawa di sudut kantin tempat mereka beristirahat. Jelas sekali tercetak dari wajah kedua remaja tersebut yang memancarkan betapa mencitainya mereka satu sama lain.

"Entah menjadi seperti apa nantinya Jim. Aku pasrah dengan takdir." Guman Taehyung pelan.

Jimin menghela nafas. Melihat Taehyung yang nelangsa, mencerminkan dirinya yang dulu. Ketika suatu hal berharga hilang dalam hitungan detik, tentu akan mencari-carinya tanpa memperdulikan keadaan diri sendiri. Bertingkah bodoh dengan menyakini bahwa kehilangan yang terjadi hanyalah sementara. Tapi kenyataannya, semua tak sesimple apa yang tengah terpikirkan. Dia benar-benar kehilangan. Kehilangan yang menjadi kunci akan cintanya yang besar akan seseorang.

I'M FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang