06

471 63 0
                                    

Jangan menjadi pohon kaku yang mudah patah. Jadilah bambu yang mampu bertahan melengkung melawan terpaan angin; Quote by-Bruce Lee
______________________________________

SENJA datang menemani kesibukan Natha dan Red mencari sebelah sepatu kets Red yang hilang. Mereka berkeliling lapangan, menyapu seluruh pandangan namun tak kunjung menemukannya.

Red melemaskan otot-ototnya pegal. "Udah Nat, gausah di cari lagi. Biarin aja ilang," dengus Red, menyerah. Natha berpaling dari kesibukannya mencari di rerumputan. Di tatapnya wajah lelah Red, "Semua gara-gara gue. Maaf ya," kata Natha, melangkah mendekati Red.

Red menggelengkan kepala sembari tersenyum. Ia memang sedih karna kehilangan sepatunya, tapi ini sama sekali bukan salah Natha. "Lo nggak perlu minta maaf. Gue nggak apa-apa kok," kata Red, duduk bersimpuh tanah.

Kepala Red mendongak, menatap rona jingga di atas langit bertambah pekat. Bola mata Natha ikut berlarian melihat langit. Mengamati semua keindahan di cakrawala. Andai hidup bisa seindah senja, Natha akan memilih menjadi semburat jingga itu. Warna terindah paling di nantikan semua orang.

"Akhir pekan ini, lo punya waktu nggak?" Red menoleh menatap Natha. Laki-laki itu berbicara tanpa memandang wajah Red. Matanya berkilau menatap semburat jingga di atas langit.

"Mama sama papa gue lagi pergi ke luar negeri. Lo tau Nabila kan? Sahabat gue yang tadi lo liat lagi sama gue waktu di kelas. Dia sekarang tinggal di rumah gue. Jadi mungkin, akhir pekan nanti gue habisin bareng dia," jawab Red.

Natha mendengus kecewa, "Nggak bisa ya? Padahal gue pengin banget jalan berdua bareng lo." Pipi Red merona, jalan berdua? Dua kata itu seolah membuat Red salah tingkah.

"Lo boleh kok main ke rumah," ajak Red, dalam hati merutuki ajakannya karena Red tau Nabila pasti marah. Natha memandang wajah polos Red, kemudian memicingkan mata. "Kalau ada cewek tinggal sendiri di rumah, dan ajak cowok buat main ke rumahnya. Itu biasanya berarti-"

"Enggak kok. Kan ada Nabila di rumah," sela Red, pipinya berubah merah seperti buah tomat akibat godaan Natha. "Dasar, Natha mesum!" maki Red, memalingkan wajahnya kesal.

Tawa Natha menderai. Red terlihat imut saat sedang malu. Dan mulai sekarang, wajah itu akan menjadi daya tarik Natha.

***

Pertama kali hal yang Red lihat setelah membuka pintu rumahnya, adalah wajah garang Nabila. Red nyengir, seraya menyodorkan kantung belanjaannya kepada Nabila.

"Lo main kemana aja? Tinggalin gue sendirian di rumah, dan nggak bantu nyiapin makan malam," omel Nabila, ikut berjalan masuk di sebelah Red.

Red mencuci tangan kemudian duduk di meja makan yang sudah terdapat banyak makanan hasil buatan Nabila. "Tadi gue ketemu Natha. Maaf ya, besok pagi. Gue deh yang masak," jawab Red, meraih piring dan sendok.

Nabila duduk sambil menggebrak meja makan. Beruntung makanan di atas meja tidak tumpah karena gebrakan mautnya. Red mengerjabkan mata sambil menatap wajah terkejut Nabila.

"Lo ketemu Natha!!" Entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan, Red hanya menjawabnya dengan diam.

"Red, gue udah bilang kan ke lo. Jangan berhubungan sama Natha lagi. Dia itu monster," sambung Nabila. Red tertawa kecil, "Natha itu manusia Nab. Gue udah pastiin itu." Jawaban Red membuat Nabila mengusap wajah frustasi.

Mau segencar apapun Nabila melarang Red untuk tidak berteman dengan Natha. Red tetap akan melakukannya, karena cara berteman Red selama ini hanya memandang kebaikan dari orang yang di temuinya.

Tanpa perlu mengurusi sikap buruk yang mungkin bisa membahayakan dirinya sendiri.

***

Sebelum bell masuk berbunyi. Suasana kelas begitu riuh, beberapa anak gadis membentuk kerumunan bergosip, anak laki-laki berceloteh membicarakan permainan sepak bola Persebaya melawan Persik Kediri kemarin malam di televisi.

Most Wanted Vs Most Gangster (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang