22

379 53 1
                                    

Kau adalah jantungku, hidupku, satu-satunya yang aku pikirkan; Quote by-Arthur Conan Doyle
______________________________________

PAGI ini hari pertama Natha pergi ke sekolah dengan dandanan berbeda. Rambut panjangnya ia potong rapi dan selamat tinggal pada poni panjang Natha yang kini berubah style coiffed poof bangs atau gaya poni ke atas tanpa menutup kening.

Ada hal bagus lainnya juga. Pertama, ia datang tepat waktu. Kedua, memakai sabuk, dasi dan menyetrika rapi seragam sekolahnya. Ketiga, dia membawa lengkap buku sesuai pelajaran hari ini.

"Woow, gangster!" seru salah seorang gadis sambil mengigit jari, terpesona pada perubahan Natha.

"Nat, lo cakep kalau gitu," teriak Reza, anak IPA-I temen nongkrongnya. Natha nyengir dan memberi acungan jempol sebagai balasannya. Lalu saat berbalik lagi, seseorang menabraknya.

Salsha, gadis berkacamata itu terjatuh dan buku-buku bawaannya berhamburan di lantai. Ia meringis lalu beringsut mundur saat tahu bahwa kesalahan besar telah menabrak si most gangster.

Natha berjongkok, memungut buku-bukunya dan membantu Salsha berdiri. "Lain kali, hati-hati," kata Natha. Tersenyum seraya menyerahkan buku-buku ke tangan Salsha.

Salsha melongo melihat kepergian Natha dari hadapannya. Pertama kali Natha tidak marah dan sebaliknya, ia malah tersenyum. Kedua pipi Salsha merona, Natha tampan juga kalau gitu.

♫Saat rintangan datang hadirkan kesegaran.

Buat harimu jadi lebih cerah.

"♫Saat ingin berhenti, saat ingin menyerah. Segarkan nafasmu, teruslah melangkah." Natha terkekeh saat baru sampai kelas dan mendengarkan suara Dion bernyanyi. Mengikuti suara musik berasal dari interkom yang memang di pasang di setiap kelas.

"♫Sambut harimu yang baru. Tanpa ra...guu..uhuhu.." Gilang menyahut sambil menggunakan penghapus papan tulis sebagai microphone. Dia mencoba nada tinggi dan terkesan memaksa.

Natha menggeleng-gelengkan kepala menertawakan sikap bodoh dua sahabatnya. Mereka seperti tengah melakukan konser dan menjadi tontonan murid sekelas.

"Eh Natha, kinclong banget lo!" seru Dion, mengurungkan niat Gilang untuk menyahut bagian reff lagunya. "Wah, gue kangen sama lo Nat," kata Gilang, berlari memeluk dramatis Natha.

Tapi Natha tidak mengomel, ia membiarkan Gilang memeluk erat tubuhnya. "Kenapa lo pakek dasi? Terus ini?" Gilang menatap heran penampilan Natha, terutama pada tas buncit Natha yang biasanya tepos.

Dion menempeleng Gilang, "Banyak bacot lu. Yuk Nat, karena udah mau datang pagi. Kita langsung capcuss cari duit." Dion merangkul pundak Natha, sementara Gilang mengelus kepalanya yang sakit akibat ulah Dion.

Natha menggeleng, "Mulai sekarang. Kita nggak akan malakin siswa-siswi lagi." Rahang mereka rasanya jatuh ke bawah ketika mendengar Natha berbicara tidak seperti biasanya.

Gilang menggaruk-garuk kepala, sambil berfikir-memang sedikit ada kejanggalan pada Natha hari ini. "Lo mau berubah baik? Kenapa?" tanya Dion, tidak mengerti.

Natha menyentuh hatinya seraya berujar, "Karena hati." Mereka terkekeh melihat sikap melankolis Natha. "Tanpa perlu pakai malak, kalian masih bisa makan gratis. Hari ini, gue traktir kalian berdua sepuasnya!" teriak Natha, membangkit semangat Dion dan Gilang.

"Okeeehh. Mari kita habiskan uang Natha, dengan sarapan kedua pagi ini!" pekik Gilang. Natha sontak terdiam dan memandang malas wajah laki-laki itu. "Kenapa?" Gilang bertanya innocent.

Natha mendesis sebal, "Nanti kalau di jam istirahat! Dasar, serakah." Dion mengangguk, memihak Natha. Gilang memberenggut, lalu berlari mengikuti Natha menuju bangkunya.

Most Wanted Vs Most Gangster (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang