08

449 62 0
                                    

Kita tidak pernah merasa sangat tidak berdaya mengatasi rasa sakit, terkecuali ketika mencinta; Quote by-Sigmund Freund
______________________________________

PAGI ini, Nabila dan Red berangkat ke sekolah menggunakan mobil bapak Rafa dengan Nabila sebagai pengemudi. Red ceria seperti biasanya, apalagi saat kemarin ibu Hanna meneleponnya dan mengatakan bahwa mereka baik-baik saja.

Detik-detik menjelang kelulusan membuat Raditya super sibuk 3 bulan terakhir ini. Dia bahkan jarang makan dan betapa ingatnya Red saat ibu Hanna sedang mengomeli kakaknya saat telepon mereka masih tersambung kemarin.

Raditya masih sama, dia memulai percakapan bersama Red dengan sangat menyenangkan. Menyembuhkan sedikit kerinduan Red padanya.

"Lo bilang Natha diskors, tapi kenapa dia ada di sana?" tanya Nabila, usai mereka sampai di parkiran dan baru keluar dari mobil. Red yang sibuk membenarkan letak tali tas ranselnya pun mendongak.

Natha tanpa seragam sekolahnya terlihat sedang sibuk memalak siswa-siswi Ciputra yang akan masuk ke dalam sekolah. Dibantu Gilang dan Dion disampingnya. Mereka melakukannya seolah itu adalah hal menyenangkan, tak peduli seraut wajah khawatir dari siswa yang dipalakinya.

"G..gue nggak punya u..uang. Ini cuma buat jatah makan siang," gugup Beny, cowok berkacamata bulat. Gilang mengeplak kepala cowok itu kasar. "Apa lo bilang?" desis Dion, terlihat geram karena Beny tidak memberi uang seperti yang siswa lainnya lakukan.

Melihat keganasan sikap mereka, Nabila bergidik-masih menetap di parkiran bersama Red. "Kita tunggu sampek mereka pergi," putus Nabila, tidak berani mengambil risiko pergi ke sana dan menemui preman-preman itu.

"Tapi, nanti kita bisa telat," sahut Red sambil melirik jam tangan.

"Mendingan dihukum sama Pak Hadi dari pada mati di tangan mereka." Red mengernyitkan dahi, lalu kembali menatap ke arah dimana Natha dan teman-temannya berada.

Beny sudah menghilang dari sana, tanpa sepengetahuan Red tentang bagaimana nasib cowok itu tadi. Target berikutnya, adalah Sisil. Gadis baru itu hanya menatap linglung para cowok yang sedang memblokir jalan masuk ke sekolah.

"Oh iya, lo anak baru ya! Idihh, cakep bener." Dion mencolek dagu Sisil dan membuat gadis itu beringsut mundur. Natha membisikkan sesuatu di telinga Gilang dan setelah itu, mereka bertiga menyeringai menatap Sisil.

"Apa yang bakal mereka lakuin?" tanya Red lirih, tak lepas memperhatikan kejadian di sana. Nabila menghirup nafas dalam. "Itu kenapa gue minta kita nunggu mereka sampai pergi," kata Nabila, mengambil perhatian Red.

"Gilang sama Dion itu playboy kelas kakap. Di antara mereka bertiga, yang paling suka godain cewek ya Gilang sama Dion. Kalau Natha, condong ke kekerasan," lanjut Nabila.

"Lo nggak salah? Lo lihat kan tadi, setelah Natha bisikan sesuatu ke dua temennya. Mereka jadi terpengaruh gitu," ujar Red, tidak menyukai satu fakta itu.

Nabila terdiam, alasan Natha melakukan itu karena dia tau-Sisil adalah tunangan Kevlar dan dengan membahayakan Sisil jelas akan membuat Kevlar marah.

"Jadi ini ya tunangannya si most wanted itu. Lo salah banget bisa masuk ke sekolah ini." Sisil mencoba tak menghiraukan mereka dan menerobos masuk ke dalam. Tapi Gilang dan Dion dengan siaga menghalanginya.

Natha menyentuh dagu Sisil agar gadis itu mau menatapnya. "Semua orang yang ada di sini itu, benci sama lo!" tekan Natha, penuh kesenangan melihat korbannya berangsur sedih.

"Mereka ngomong apa ya Nab? Kok Sisil jadi sedih gitu. Lo bilang Natha nggak suka godain cewek, tapi kenapa dia ngelakuin itu sekarang!" Nabila menatap cemas Red. Tanpa Red sadari bahwa ia menjadi cerewet hanya karena Natha sedang berurusan dengan seorang gadis. Apa, Red mulai menyukai Natha?

Most Wanted Vs Most Gangster (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang