9. Pembicaraan Sore

56 11 2
                                    

"Emang urusan lo penting banget ya Za?" tanya Jeff.

"I-iya penting. Makanya gue minta maaf banget ngga bisa ikut kalian" ucap Zaron seolah menyesal.

"Mau kemana emang?" tanya Neska.

"Gue ada janji sama temen Mama" ucap Zaron berbohong.

"Ngga papa nih ngga ikut?" tanya Franda.

"Iya ngga papa." ucap Zaron meyakinkan.

"Yaudah kita balik duluan" ucap Wiliam.

Zaron mengangguk lalu melambaikan tangan pada teman-temannya yang pulang terlebih dahulu.

Sebenarnya mereka mengajak Zaron untuk hangout. Tetapi dia menolak karena rencananya ia akan bertemu dengan Semesta sore ini saja, bukan malam.

Direct Message

Zaronsidney
Ta, sore ini aja.
Gue gabisa malem.

Semesta
Ok, gue anter Kintan dulu

Zaronsidney
Iya

"Dih, bucin juga nih orang" cibir Zaron.

Hubungan Semesta dan Kintan memang sangat konyol. Mereka jadian pun diam-diam. Tau-tau sering pulang dan jalan bareng saja.

Semesta yang sedikit cuek memang tidak mau ber-aku kamu dengan Kintan. Kintan pun sama. Pokoknya mereka adalah sejoli yang sangat simpel tidak lebay sedikitpun.

Zaron mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Cafe Candas , sesuai permintaan Semesta.

Sesampainya disana ia memakai hoodie dan topi hitam untuk sedikit penyamaran jika ada teman sekolahnya yang mengenalnya kan bisa di gorok Kintan dia.

Zaron memilih meja nomor 41, pojok dekat jendela. Ia memesan Matcha latte dan dessert dari pada bosan menuggu Dunia Semesta itu.

Lama sekali memang, lihat saja, Matcha nya sebentar lagi tandas dan Semesta belum juga datang. Apa jarak rumah Kintan sepanjang sungai musi!

"Sorry-sorry lama" ucap Semesta datang juga.

"Matahari sebentar lagi terbenam." sindir Zaron sembari melihat-lihat jendela.

"Ya maaf, kaya ngga tau jalanan aja lo" ucap Semesta.

"Hmm" ucap Zaron.

"Jadi gimana?" tanya Semesta to the point.

Namun, Zaron malah menjulurkan tangannya.

"Apa?" tanya Semesta.

"Gue Zaron" ucap Zaron.

Semesta mengerti lalu membalas jabatan tangan Zaron.

"Semesta" balasnya.

"Gue dapet surat itu tepat di hari kematian Citra. Lo tau Citra kan?" tanya Zaron.

"Ya tau, gue tau geng alay lo kok. Rich-rich itu kan" ejek Semesta.

Zaron memutar bola mata malas, sedangkan Semesta terkekeh.

"Gue dapet di loker, keselip gitu. Awalnya gue b aja sama surat itu. Gue simpen di rumah sekarang." jelas Zaron.

"Gue mau cerita asal lo mau janji bisa jaga rahasia. Kayanya surat ini bukan main-mainan" ucap Semesta sambil memesan segelas kopi.

"Gue janji" ucap Zaron setuju.

"Siang itu gue ribut sama Aksen.. " ucap Semesta menceritakan semua hal yang terjadi, termasuk tulisan darah di rooftop.

Zaron terkejut? Sangat!

"Lo yakin itu darah asli?" tanya Zaron.

"Gue yakin, baunya anyir" ucap Semesta sembari menyesap kopinya.

"Kintan bakal bisa jaga rahasia ini?" tanya Zaron.

"Lo tenang aja, dia orangnya pelupa akut" jawab Semesta.

"Lo cerita sama geng lo?" tanya Semesta.

"Engga, baru lo yang tau. Gue ngga mau gegabah dulu." jawab Zaron.

Keduanya hening sejenak.

"Lo ngga pengen tau arti surat itu?" tanya Semesta.

"Ya pengen, apa lagi setelah ada orang kedua yang dapet. Secara logika, loker kita ke kunci kan" ucap Zaron.

"Tulisan di rooftop itu, gue yakin ulah Putra" kata Semesta.

"Ngga mungkin Ta, temen gue udah ngga ada" ucap Zaron melotot.

"Gue tau!  Ngga usah lo tekanin gue tau. Tapi mau gimana lagi, kenyataannya itu." ucap Semesta menatap Zaron tajam.

"Gue mau lo anter gue ke sana. Gue pengen liat sendiri" pinta Zaron.

"Oke. Besok jam istirahat. Ngga usah ajak Kintan. Senatural mungkin kita ketemu tanpa di sengaja. " kata Semesta.

"Oke" tukas Zaron.

"Yaudah, udah sore, balik" ucap Semesta setelah memanggil waiter dan membayar pesanan.

Zaron sempat menolak saat Semesta membayar pesanannya. Tapi mau bagaimana lagi, makhluk ini tipe orang pemaksa.

Keduanya pulang dengan kendaraan masing-masing. Berkecamuk menanti esok entah bagaimana. Apa Anonymous itu akan meracau lagi? Entahlah.

Anonymous Letter ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang