16. Pak Soleh

43 8 0
                                    

"Sepatu siapa sih?" tanya Zaron.

Semuanya menggeleng tak tau.

"Itu artinya. Ada yang tau misi kita" ucap Neska.

"Apa jangan-jangan dia adalah bayangan yang diliat William" kata Jeff.

"Kemungkinan" balas William.

"Kita harus semakin hati-hati" ucap Franda.

"Kenapa gue ngerasa, dia itu si Anonymous itu ya" ujar Semesta.

"Semoga aja kita bisa selesein masalah ini secepetnya. Gue ngga suka hidup berasa di teror" ucap Semesta.

Kami semua saling terdiam. Memikirkan beberapa rencana dalam diam. Memikirkan pula apakah nyawa kami akan tetap ada.

____________________________________

Sehari setelah libur kemarin, rupanya tempat kejadian sudah tidak lagi di beri garis kuning.

Kami mendengar informasi dari kakak kelas jika Kak Ervanka pindah sekolah. Lucu sekali. Kenyataannya teman mereka sudah berpulang.

Kami tidak tau bagaimana respon orang tua Kak Ervanka. Namun, seperti tidak ada angin tidak ada hujan, keadaan seolah tidak terjadi apa-apa.

Guru-guru kami rasa tau. Namun memilih diam dan tutup mulut demi menjaga akreditasi sekolah.

"Ta" panggil Franda pada Semesta.

"Apa" balas Semesta.

"Nanti disuruh kumpul di tempat biasa" kata Franda.

"Oke" balas Semesta lalu pergi.

"Saran gue kita ngga usah akrabin dia deh. Cukup dia terlibat aja gue risih tau" ujar Neska jujur.

"Justru itu, gue ada rencana sih sebenernya" kata Franda.

"Rencana apa?" tanya Zaron.

"Bukan apa-apa sih, gue curiga aja sama dia. Secara dia kan musuhnya Aksen. Gue juga sering sih ngeliat kelakuannya aneh. Kaya senyumnya gimana gitu " jelas Franda.

"Apaan sih lo, Semesta ngga gitu kayanya" ucap Zaron tak setuju.

"Emang lo udah berapa lama kenal dia Za, baru juga kemarin" ucap Neska.

Mereka bertiga melahap bakso masing-masing dalam diam.
Sampai bel masuk menginterupsi mereka agar segera kembali ke kelas.

"Gue sama Zaron duluan ya" ucap Neska.

"Iya. Bye" ucap Franda.

Kami bertiga berpisah untuk kembali ke kelas.

"Zaron" panggil seseorang.

"Pak Soleh, ada apa Pak?" tanya Zaron.

"Saya mau bicara sebentar. Neska kembali ke kelas dulu ya" ucap Pak Soleh.

"Oh iya Pak" ucap Neska lalu masuk ke kelas.

"Ada apa Pak?" tanya Zaron.

"Ikut saya sebentar" ajak Pak Soleh.

Zaron menuruti dan mengikutinya dari belakang. Sebelumnya Zaron cemas jika ia akan membolos di pelajaran nanti. Namun Pak Soleh ternyata sudah meminta izin kepada guru mapelnya. Jadi setidaknya ia tenang.

Lama mengikuti Pak Soleh, rupanya mereka menuju ke arah gedung olah raga. Tepatnya lapangan basket.

"Kenapa kesini Pak?" tanya Zaron.

"Disini sepi, jadi aman" ujar Pak Soleh.

"Sebenarnya begini, saya sudah mendengar kabar kematian Ervanka kemarin. Jujur saya kaget. Saya bukan tipikal guru yang hanya diam saat tau jika ada masalah yang tidak beres disini" jelas Pak Soleh.

"Maksud bapak?" tanya Zaron.

"Pak Rahmat sengaja meminta kami menutup mulut. Kamu tau apa alasannya?" tanya Pak Soleh.

Zaron menggeleng tak tau.

"Untuk kebaikan akreditasi. Sebenarnya, sejak kematian Putra, beberapa media sudah ada yang membuat artikel. Namun Pak Rahmat sengaja menghentikan artikelnya sebelum tersebar. Sama seperti kematian Citra"

"Ini masalah besar Zaron. Saya tau kamu murid yang cukup berprestasi dan berpengaruh disini. Saya bicara ini semua ke kamu juga karena ada alasannya"

"Kemarin saya mendengar percakapan kalian tentang sebuah misi pencarian mayat. Saya belum pulang saat rapat selesai, saya tau kalian sedang berbicara di ruang kepsek. Saya dengar semuanya"

"Apa hasil misi itu adalah mayat Ervanka?" tanya Pak Soleh.

Zaron tak menyangka jika Pak Soleh tau sejauh ini. Padahal, sudah cukup melibatkan Pak Rahmat dan Pak Barjo. Sekarang, Pak Soleh juga akan terlibat.

"Benar Pak, itu Kak Ervanka" jawab Zaron.

Pak Soleh mengusap wajah kasar.

"Dia salah satu murid kesayangan saya." kata Pak Soleh sedih.

"Siapa yang tega melakukan ini semua?" tanya Pak Soleh.

"Saya kurang tau Pak" jawab Zaron seadanya.

"Apa boleh saya bantu-bantu kalian?" tanya Pak Soleh menawarkan diri.

"Emm, masalah ini harus dirundingkan bersama Pak, soal keterlibatan Bapak , teman-teman saya juga Pak Rahmat harus tau"ucap Zaron.

"Lebih baik begini, saya membantu kamu dari belakang saja, secara diam-diam. Sebenarnya saya dan Rahmat tidak begitu akrab. Jadi saya yakin dia pasti tidak setuju dengan keterlibatan saya" jelas Pak Soleh.

"Tapi Pak-" cegah Zaron.

"Saya bisa bantu banyak Zaron. Kamu percaya sama saya. Saya janji akan menjaga rahasia atau kejadian apapun selama saya terlibat" ucap Pak Soleh.

"Emm baik Pak" ucap Zaron menyerah.

"Terimakasih atas kerja samanya ya, ya sudah kamu kembali ke kelas. Biar nanti info-infonya kamu bisa chat ke saya" ucap Pak Soleh.

Zaron mengangguk lalu berjalan keluar gedung olahraga.
Sedangkan Pak Soleh memandangi punggung Zaron yang menjauh.

"Aku tidak akan ikhlas jika kamu mati Ervanka" lirih Pak Soleh.

Anonymous Letter ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang