"Kita masuk" ajak Aksen saat mereka tiba di parkiran sekolah.
Mereka mengikuti Aksen. Rupanya menuju pot besar yang dulu.
Pot itu sekarang sudah ditanami. Kata Om Rahmat untuk mencegah kecurigaan."Om" sapa Aksen.
"Kalian sudah datang" kata Om Rahmat.
Satu per satu dari kami menyalami. Dia juga masih kepsek kami kan.
"Maaf ya saya suruh kalian kesini di hari libur" kata Om Rahmat.
"Ngga papa Om, kebetulan kita lagi kumpul-kumpul" jawab Jeff.
"Baguslah kalian semua bisa datang kesini" ucap Om Rahmat.
"Memangnya ada apa Om? " tanya Jeff.
"Saya kebetulan mau ambil berkas di kantor. Saya juga ngga tau kenapa pilih koridor ini. Tapi saya menemukan ini" ucap Om Rahmat sembari menunjukkan sebuah amplop hitam.
Zaron dan Semesta saling berpandangan. Merasa mengenali amplop itu.
"Saya seperti tau ini amplop apa. Apa ini amplop yang sama dengan punya Zaron dan Semesta?" tanya Om Rahmat.
"Om udah baca isinya?" tanya Aksen.
"Belum. Saya tunggu kalian dulu. Kalian saja yang baca" ucap Om Rahmat dan menyodorkan surat itu.
Jeff menerimanya dan mulai membuka amplop itu. Yang lain mengerubungi ingin tau siapa penerima surat yang ketiga.
-----------------------------------------------------------
To : Nath Smith Adelier
Cepat!
Jangan anggap angin lalu surat yang ku berikan. Jangan anggap remeh semua yang ku tuliskan disini.
Yang sudah waktunya pergi memang akan pergi, namun kamu bisa mencegahnya pergi jika kamu mau.Cari rekanmu yang juga memiliki surat dariku. Waktumu tidak lama. Temukan pelakunya, ungkap faktanya!
From : Anonymous
-----------------------------------------------------------
"Nath Smith Adelier?" ucap mereka semua.
"Siapa dia?" tanya William.
"Ngga pernah denger namanya" ucap Zaron menimpali.
"Angkatan kita bukan?" tanya Neska pada Franda.
"Ngga tau" Franda.
"Om tau?" tanya Aksen.
"Ngga. Murid saya kan banyak, ngga mungkin saya hafal semua" ucap Om Rahmat.
"Bener juga" kata Semesta.
"Jadi Nath ini penerima surat ketiga dong" ucap William.
"Kenapa surat ini bisa disini ya? " tanya Neska.
"Mungkin jatuh waktu dia jalan" kata Jeff.
"Saya dapat surat itu di sela-sela pot, bukan di lantai" kata Om Rahmat.
"Kok di pot? Biasanya kan di loker" kata Zaron.
"Sumpah, semakin buat bingung" kata Semesta frustasi.
"Begini saja, kalian semua ikut saya" ajak Om Rahmat.
"Suratnya sementara dipegang saya Om" kata Jeff meminta izin.
Om Rahmat setuju saja.
"Kenapa ke ruang sekretariat Om?" tanya Franda.
"Buat nyari si Nath itu kan Om?" tanya William.
"Pintar kamu Wil. Kita bisa mencari di buku penerimaan siswa" kata Om Rahmat.
William merasa bangga sedikit.
"Kebetulan saya bawa semua kunci ruangan" kata Om Rahmat mulai membuka kunci.
Baru pertama kali mereka memasuki ruangan ini. Ini termasuk ruangan rahasia karena disini menyimpan data diri dan latar belakang seluruh siswa, guru dan pegawai.
"Di rak sebelah sini untuk para siswa. Beberapa ada yang periksa dokumen kelas 12,11 dan 11 ya" suruh Om Rahmat.
Kami menuruti dan mulai mencari2 dokumen bernama Nath Smith Adelier.
"Banyak banget. Besok subuh baru selesai nih" keluh Neska.
"Sabar Nes, murid sini kan emang banyak" kata Om Rahmat.
"Hehe iya Om, maaf" ucapnya tak enak hati.
Hampir satu jam lebih mereka mencari-cari. Hingga akhirnya Aksen berhasil menemukan.
"Ketemu" katanya keras.
Kami segera berkumpul. Om Rahmat yang membuka dokumennya.
"Nath Smith Adelier dia kelas 10 Mipa 7" kata Om Rahmat.
"Hah kelas 10?" tanya Jeff kaget.
"Apa urusan dia sama kita-kita ya?" tanya William.
"Tunggu sebentar, saya baca latar belakangnya" kata Om Rahmat.
Kami menunggu. Om Rahmat membaca dalam hati karena itu memang berkas rahasia.
"Dia anak salah satu komite disini" kata Om Rahmat.
" Anak komite?" tanya Aksen dalam batin.
"Apa besok kita temuin dia?" tanya Semesta.
"Ke kelasnya?" tanya Jeff.
"Engga lah, di ruang osis kaya biasa" kata Semesta.
"Jangan" cegah Aksen.
"Kenapa?" tanya Semesta.
"Kemungkinan dia belum tau apa-apa soal surat itu. Jelas dia belum nerima." kata Aksen.
"Benar. Kalian jangan terburu-buru" kata Om Rahmat.
"Apa gini aja, gue nanti taruh surat itu sampe dia nemuin. Dengan itu dia jadi tau kan" saran Neska.
"Jangan juga" kata Aksen.
"Ih lo kenapa sih Sen, jangan-jangan mulu dari tadi" dengus Neska.
"Lo kalo mau bertindak pertimbangin dulu" kata Aksen.
"Terus kita mau apain surat ini? " tanya Zaron.
"Simpan saja dulu" saran Om Rahmat.
Sepakat, mereka memilih menyimpan. Mereka juga berjanji tidak akan memberitau Nath soal ini.
"Yasudah, saya mau pulang dulu. Setelah ini kalian kemana?" tanya Om Rahmat mulai mengunci pintu setelah mengembalikan dokumen.
Kami semua menunggu di luar.
"Kita juga pulang Om" kata Jeff.
"Oh begitu, ayo ke parkiran." kata Om Rahmat .
Kami mengikutinya. Lalu masuk ke mobil kami. Begitu pula Om Rahmat.
Tin Tin
"Saya duluan ya" teriak Om Rahmat.
"Hati-hati Om" teriak kami.
Mobil kami satu per satu keluar setelah mobil Om Rahmat.
Kami memilih pulang ke rumah, kecuali Semesta yang memilih ke rumah Jeff lagi.Sepertinya dia mulai betah disana.
![](https://img.wattpad.com/cover/207117808-288-k571474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Letter ✔ end
Misteri / ThrillerAda surat beramplop hitam di loker siswa-siswi yang terpilih. Keadaan di sekolah semakin hari semakin kacau. "Kenapa harus kita yang terpilih dari sekian banyaknya murid disini?" batin siswa-siswi yang terpilih. Kalian harus bertindak cepat. Terla...