"Cepat bicara!" bentak salah satu polisi.
"Sa-saya Gibran" ucap Gibran mulai berbicara.
Ruangan sangat hening. Semua pandangan menatap ke arahnya.
"Sa-saya minta maaf" ucapnya bergetar, mungkin dia sedang menahan tangis.
"Saya mengakui, saya yang membunuh mereka. Namun, tidak semuanya. Saya hanya membunuh Putra dan Nath. Sisanya orang di sebelah saya yang membunuh"
"Alasan saya melakukan ini semua hanya karena sebuah janji. Janji yang sebenarnya saya tau tidak akan ditepati."
"Saya menuruti semua keinginan dia. Termasuk dengan membunuh adik kelas saya" ucap Gibran menatap orang berhoodie.
"Saya minta maaf. Hiks, kepada Bapak kepala sekolah dan teman-teman yang lainnya. Karena kebodohan saya dan karena rasa sayang saya kepadanya, saya tega melakukan ini"
"Saya melakukannya karena dia berjanji akan membalas perasaan saya. Namun saya salah. Saya berjanji, saya akan bertanggung jawab dan menerima semua hukuman seadil-adilnya" ucap Gibran.
"Dalang dari semua ini berawal dari dia" ucap Gibran menatap orang berhoodie itu.
"Buka penyamarannya" perintah Om Rahmat.
Ini yang kami semua tunggu-tunggu. Siapa sebenarnya sosok itu.
Salah satu polisi membuka tudung hoodienya.Betapa terkejutnya kami saat melihat rambut panjang tang tergerai. Saat dibuka maskernya, kami semua benar-benar tercengang.
"Naomi" lirih Aksen pahit.
Kami semua tau siapa Naomi, tidak ada yang kenal dengannya.
Naomi Seya Arsetta
Dia adalah mantan ketos tahun kemarin.
Dia juga mantan Aksen. Jelas saja kami semua mengenalinya. Dia duduk di kelas 12 Mipa 4."Naomi?" panggil Om Rahmat tak percaya.
Dia adalah Anonymous yang selama ini kita kira laki-laki. Karena dia memakai celana dan hoodie hitam. Pantas saja, sepatu yang di tunjukkan Pak Barjo sangat tidak asing dimata Aksen.
"Naomi? Ini benar kamu?" tanya Om Rahmat bergetar. Beda sekali dengan nada bentakan ke Gibran tadi.
Naomi mengangguk.
"Saya benar Naomi. Mantan ketua osis tahun lalu yang selalu Bapak bangga-banggakan. Yang selalu menjadi panutan teman-teman. Saya pembunuh sebenarnya" ucap Naomi bergetar.
"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Om Rahmat tak percaya.
"Saya tidak punya pilihan lain Pak. Apa Bapak dan semuanya bersedia mendengarkan saya? Jika memang kalian ingin tau" tanya Naomi.
"Silahkan bicara" kata Om Rahmat.
"Saya membunuh Putra, anak Bapak. Saya membunuh Citra, Ervanka, dan Nath karena keinginan saya."
"Saya tidak suka, saat Jeff Rian Antama, menggantikan posisi saya sebagai murid yang selalu dibanggakan. Sebagai ketua osis yang berprestasi"
Jeff kaget mendengarnya.
"Saya membenci anda, Pak Rahmat Ali Diningrat. Dan semua peraturan di sekolah ini"
"Saya berasal dari kalangan tidak mampu. Masuk ke sekolah ini dengan jalur beasiswa yang saya perjuangkan mati-matian. Saya berusaha mempertahankan nilai saya. Namun saya selalu kalah dengan murid VIP"
"VIP yang notabennya diduduki oleh kalangan orang kaya selalu mendapatkan nilai A+ karena sogokan dana. Putra, Citra, Ervanka dan Nath adalah VIP yang terunggul disini. Saya tidak suka dengan adanya mereka. Maka saya bunuh mereka"
Ini gila! Naomi ternyata mempunyai dendam pribadi disini.
"Beasiswa perguruan tinggi saya dicabut hanya karena saya berpacaran dengan adik kelas saya, Aksendo Dimas. Saya merelakan hubungan pribadi saya demi beasiswa itu"
Aksen mulai mengerti alasan dari Naomi memutuskan dan menjauhinya. Kenapa Naomi tidak cerita semua ini kepadanya?
"Saya benci dengan seluruh kapten ekstrakulikuler yang baru. 8Rich. Mereka selalu angkuh dan sombong."
"Selama saya menjabat, saya sudah berusaha memperbaiki peraturan sekolah dengan visi misi saya. Namun tidak ada yang mau mendengarkan dan menerima."
"Saya minta maaf jika dendam saya membuat teman-teman merasa resah. Saya patut dihukum dan dibenci. Saya akan terima apapun hukumannya"
"Hal terakhir yang saya minta, tolong bongkar tembok lab komputer. Ada seseorang di dalamnya" kata Naomi yang berhasil membuat kami takut.
"Waktu habis. Ikut kami ke kantor polisi" ucap salah satu polisi.
Mereka membawa Kak Gibran dan Kak Naomi pergi.
Om Rahmat dan salah satu polisi berjabat tangan karena berhasil menangkap pelaku pembunuhan. Setelahnya polisi pergi meninggalkan sirine dan ketegangan di ruangan ini.
"Rahmat, saya sudah memanggil beberapa tukang bangunan yang ahli. Mereka sudah menunggu di gerbang" kata Pak Soleh.
Kami semua ingin tau. Lalu kami semua memutuskan untuk melihat dari bawah lab komputer.
Om Rahmat dan Pak Soleh naik ke atas beserta tukang bangunan itu.
Sekitar setengah jam menunggu, Pak Soleh berteriak dan menginterupsi.
"Ada mayat!" teriak Pak Soleh.
Warga sekolah dan guru-guru berteriak takut.
Mereka membawa mayat itu turun ke lantai bawah. Semua mengerumuni.
Betapa terkejutnya kami, mayat itu adalah Bu Susi Haryati.
Kepala sekolah kita yang lama , dia menjabat 4 tahun yang lalu.
Entah sejak kapan mayatnya tertanam disana. Mungkin itu yang membuat jam dinding di tembok itu selalu jatuh.
Hanya Naomi pula yang selama ini tau keberadaannya. Maka dia meminta Pak Soleh untuk membongkarnya waktu itu.
Mungkin juga hanya Naomi yang tau, apa penyebab Bu Susi meninggal dan siapa yang menanamkan mayatnya di dalam tembok.
Sekolah kami menjadi sekolah penuh misteri. Banyak hal-hal aneh yang terjadi sejak kematian-kematian teman kami.
Percaya atau tidak, hantu itu ada kan?
-TAMAT-

KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Letter ✔ end
Mystery / ThrillerAda surat beramplop hitam di loker siswa-siswi yang terpilih. Keadaan di sekolah semakin hari semakin kacau. "Kenapa harus kita yang terpilih dari sekian banyaknya murid disini?" batin siswa-siswi yang terpilih. Kalian harus bertindak cepat. Terla...