Kejadian semalam membuat sekolah benar-benar diliburkan. Dengan beberapa alasan Pak Rahmat membuat seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Buktinya, dia mengedarkan pengumuman libur dengan alasan rapat besar. Beberapa murid mungkin akan mudah dan bahkan senang mengetahui libur ini. Tetapi bagi kami tidak.
Karena itu, libur ini kami gunakan untuk berkumpul di rumah besar kapten futsal ini. Ya, William.
Dia jatuh sakit. Deman lebih tepatnya. Mamanya sangat cemas karena Jeff sudah menceritakan penyebab William seperti sekarang ini.
Kami semua berkumpul di kamarnya yang luas. Seperti luas lapangan futsal.
Semesta juga hadir disini.Kami tidak menyangka, member dadakan kali ini adalah Semesta. Orang yang selalu mencibir geng kami dan juga musuh bebuyutan si Aksen.
"Minum puyer aja sono" ledek Jeff.
"Apaan si! Gue udah di kompres mommy" jawab William.
"Cemen amat" ejek Semesta.
"Balikin kuaci gue sini" teriak William tak terima karena Semesta mengejeknya namun justru asik melahap kuacinya.
Semesta menyengir membalasnya.
"Jadi gimana kelanjutannya?" tanya Zaron.
" Kita stop" ucap Aksen tiba-tiba.
"Hah! Stop? Gila lo " ucap Neska.
"Kenapa? Ini bahaya buat kita" jelas Aksen.
"Ada benernya tapi ada salahnya" ucap Semesta.
"Apaan sih lo" dengus Aksen.
"Kita udah setengah jalan" ucap Franda.
"Bener tuh. Gue juga masih penasaran sama si Anonymous itu" ucap Zaron.
" Kalian ngerasa aneh ngga si" ucap William.
"Apa?" tanya Jeff.
"Semalem, korban ketiga itu Kak Ervanka. Kakak kelas kita. Selama ini gue pikir korban-korban selanjutnya dari geng kita. Rich. Tapi Kak Ervanka bukan" jelas William.
Kami menyetujuinya. Memang benar.
"Gue juga ngerasa aneh" ucap Neska.
"Kenapa?" tanya William.
"Kenapa lo yang ditunjukin sama bayangan itu? Secara lo kan paling takut diantara kita" ucap Neska.
Iya juga.
"Lo ngeliatnya cewe apa cowo Will? " tanya Aksen.
"Ngga terlalu jelas. Dia cepet banget, makanya gue lari." ucap William.
"Apa yang buat lo milih untuk lari ngikutin dia?" tanya Zaron.
"Gue ngga tau. Saat gue lari, rasanya takut gue hilang sekejap. Yang ada cuma rasa kepo dan kepo. Tapi sampe disana gue takut." jelas William.
"Cerita lo mirip artikel yang pernah gue baca di blog" ucap Franda.
"Ada yang bilang. Bisikan makhluk gaib bisa menyeret manusia secara tak sadar. Mereka membawa manusia menuju tempat yang ingin mereka beri tau. Mungkin, arwah Kak Ervanka adalah bayangan itu" ucap Franda.
"Hari gini kalian masih percaya hantu" ucap Semesta.
" Tapi gue yakin seratus persen kalau itu bayangan manusia. Bukan hantu" ucap William.
"Mending kita telaah satu per satu" ucap Zaron.
Franda menyiapkan notes nya untuk mencatat. Yang lain ikut mendengarkan.
"Kematian Putra, Sore hari di toilet"
"Kematian Citra, Siang hari di taman"
"Kematian Kak Ervanka, kita ngga tau kapan kejadiannya, di pot besar koridor deket mading"
"Dari semua ini, kematian terjadi di sekolah. Waktunya juga kemungkinan jam sekolah karena Kak Ervanka masih pake seragam kan" ucap Zaron.
"Apa mungkin, surat yang kalian berdua dapet adalah petunjuk-petunjuk" ucap Jeff.
"Coba liat lagi suratnya, apa kalian bawa?" tanya Franda.
Semesta dan Zaron menggeleng.
"Tapi gue sempet foto" ucap Zaron lalu mulai membuka galerinya.
-----------------------------------------------------------
To: Zaron Sidney SiregarCepat!
Jangan anggap angin lalu surat yang ku berikan. Jangan anggap remeh semua yang ku tuliskan disini.
Yang sudah waktunya pergi memang akan pergi, namun kamu bisa mencegahnya pergi jika kamu mau.Cari rekanmu yang juga memiliki surat dariku. Waktumu tidak lama. Temukan pelakunya, ungkap faktanya!
From : Anonymous
-----------------------------------------------------------
"Tunggu-tunggu, apa si Anonymous ini baik?" tanya Neska.
"Baik gimana? Kemungkinan dia yang bunuh mereka" ucap Jeff.
"Dia suruh penerima surat untuk cari rekan dan ungkap faktanya Jeff" ucap Neska.
"Sejauh ini yang dapet surat baru kalian berdua kan?" tanya William.
Semesta dan Zaron mengangguk.
"Semakin menarik. Mungkin kalian orang terpilih yang bisa bantu selesain kasus ini" jelas Neska.
"Kenapa harus gue?" tanya Zaron dam Semesta bersamaan.
"Takdir" jawab Aksen datar.
Kami semua terdiam. Semakin rumit dan semakin pusing bagi kami.
"Bentar, Pak Barjo telefon gue" ucap Jeff.
"Angkat, loudspeaker" ucap Aksen. Jeff menurutinya.
"Halo, Mas Jeff?" tanya Pak Barjo.
"Halo, iya Pak saya Jeff" ucap Jeff.
"Mas dimana ya?" tanya Pak Barjo.
"Saya di rumah William" jawab Jeff.
"Begini Mas, saya masih di sekolah, Pak Rahmat juga. Ada keganjalan Mas" ucap Pak Barjo yang mulai berbisik.
"Keganjalan apa Pak?" tanya Jeff ingin tau.
"Saya barusan ke ruang cctv. Saya lihat ada mobil lain selain mobil kalian dan Pak Rahmat. Di rekaman juga ada seseorang yang tertangkap kamera" jelas Pak Barjo.
"Ciri-ciri nya Pak?" tanya Jeff.
"Tidak begitu jelas Mas. Tapi saya sudah zoom sepatunya. Dia memang menggunakan pakaian hitam. Namun, sepatunya sedikit berwarna mencolok" ucap Pak Barjo.
"Bisa bapak kirimkan ke saya foto sepatunya sekarang" pinta Jeff.
"Baik Mas saya akan kirim. Saya sudah ceritakan hal ini kepada Pak Rahmat dan kepolisian. Mereka masih menyelidiki" ucap Pak Barjo.
"Baik Pak, terimakasih infonya. Saya tunggu fotonya." ucap Jeff.
Kemudian Pak Barjo mengakhiri dan mengirimkan foto sepatu yang diminta Jeff.
Kami semua merapat untuk melihat lebih jelas sepatu yang di zoom Pak Barjo.
Warnanya hitam namun bawahnya putih dan ada sedikit corak abu-abu. Merknya Nike.
Sial! Sepatu ini jelas banyak yang menggunakan. Tidak mudah juga memprediksi bahwa ini laki-laki atau perempuan. Karena sepatu ini cocok untuk segala gender.
"Kaya ngga asing" batin Aksen.
![](https://img.wattpad.com/cover/207117808-288-k571474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Letter ✔ end
Детектив / ТриллерAda surat beramplop hitam di loker siswa-siswi yang terpilih. Keadaan di sekolah semakin hari semakin kacau. "Kenapa harus kita yang terpilih dari sekian banyaknya murid disini?" batin siswa-siswi yang terpilih. Kalian harus bertindak cepat. Terla...