Dua wanita duduk berdampingan di atas sofa panjang sebuah ruang tamu. Meskipun usia keduanya terpaut lumayan jauh, namun gaya berpakaian mereka nampak tidak berbeda, sama-sama mengenakan setelan dress mahal dan berkelas.
Adalah Sarah Natalie, seorang fashion designer ternama di ibukota. Di usianya yang menginjak 26 tahun, karya-karyanya sudah banyak digandrungi oleh jajaran artis dan sosialita di Indonesia. Ia mulai menekuni dunia fashion semenjak SMA. Kemudian setelah lulus, ia memilih melanjutkan kuliah ke The Fashion Institute of Technology, sebuah sekolah fashion ternama di New York.
Sarah termasuk jajaran designer muda yang sering wira-wiri di televisi dan media lainnya. Tak heran wajah blasterannya yang cantik membuat sosoknya semakin dipuja-puja oleh banyak orang terutama kaum adam. Bentuk tubuhnya yang sangat ideal tentunya menjadi impian banyak kaum hawa lainnya.
"Tante... dua minggu kemarin Sarah ke Milan. Ada beberapa pameran fashion yang harus Sarah handle, terus jadwalnya juga mendadak, jadi Sarah nggak sempat pamit sama Tante. Coba kalo nggak dadakan pasti Sarah udah ajakin Tante sama Mama kemarin. Maaf banget ya, Tante."
Sarah yang merasa bersalah menyentuh punggung tangan Audi, wanita paruh baya di sampingnya. Sarah sudah menganggap Audi seperti Ibunya sendiri. Begitupun sebaliknya, Audi sangat menyayangi Sarah seperti ia menyayangi Sagara, putra semata wayangnya. Kebetulan Audi dan Reni, ibunda Sarah sudah berteman sejak masih sama-sama mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Ketiganya sering berkunjung ke luar negeri untuk sekedar berlibur atau shopping.
"Sayang.. Kamu nggak perlu minta maaf, lagipula kemarin Tante juga harus ke Singapore jengukin Papahnya Saga di sana. Kasihan Om kamu itu, harus menetap sementara di Singapore, soalnya ada sedikit trouble sama perusahaan yang di sana. Sedangkan Saga juga sibuk mengurus perusahaan yang di Jakarta. Mereka sama-sama sibuk, jadi Tante yang kesepian memilih berkunjung ke Singapore. Ini juga Tante seneng banget soalnya nanti sore Papahnya Saga pulang ke rumah."
Audi berusaha meyakinkan Sarah bahwa ia tidak marah pada wanita itu.
"Syukurlah kalau Tante enggak marah. Soalnya kan bulan lalu Sarah ada planning buat ajak Tante sama Mama ke Milan. Udah sempat ngomong sama Tante juga. Sarah jadi nggak enak sama Tante. Mama kemarin juga lagi sibuk ngurusin butik yang di Bali. Jadi aku juga nggak ajak Mama."
Audi mengibaskan tangan kanannya ke udara mendengar perkataan Sarah.
"Sudah jangan dipikirkan. Lain waktu bisa kita reschedule masalah itu. Kamu mau minum apa, biar Tante ambilkan?"
Audi hampir beranjak dari duduknya untuk menuju ke pantry rumahnya, namun Sarah buru-buru menahannya.
"Udah Tante, nggak perlu repot-repot. Aku nggak lama kok di sini. Cuma mau antar sedikit oleh-oleh ini buat Tante."
Sarah mengangsurkan dua paperbag berisi buah tangan yang ia beli dari Milan kemarin.
"Thank you, Sayang, kamu baik sekali."
"Sama-sama Tante. By the way, Saga masih tinggal di apartemen ya Tante?"
"Iya, dia belum balik ke sini lagi setelah 1,5 tahun yang lalu memilih tinggal di apartemen. Katanya mau tinggal di sana dulu untuk sementara. Padahal Tante di rumah kesepian banget, eh dianya susah banget disuruh pulang ke rumah."
Sarah tersenyum mendengar penjelasan Audi. Tiba-tiba ia teringat punya janji temu dengan klien butiknya siang ini. Ia memutuskan untuk pamit pada Audi.
"Ya udah, kalau gitu Sarah pamit ya, Tante. Mau meeting sama klien di luar."
"Kok buru-buru banget sih sayang. Ya udah kamu hati-hati ya. Salam untuk Mama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFORT ZONE
ChickLitKinanti terpaksa merantau jauh-jauh dari Jogja menuju Jakarta demi membantu perekonomian keluarganya. Ia baru mengetahui jika keluarganya terlilit hutang yang cukup besar. Rupanya hal itu merupakan bagian dari takdir yang menuntunnya pada seorang L...