Tak terasa sudah dua minggu berjalan Kinanti melakoni pekerjaannya. Gadis itu mampu beradaptasi dengan sangat cepat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Meskipun tugasnya bisa dibilang lumayan banyak, namun ia tidak pernah mengeluh tentang hal itu. Baginya, itu merupakan sebuah resiko dari pekerjaan yang harus ia tanggung.
Setiap hari ia akan berkutat dengan laporan yang berisi tentang pendataan dan rekapitulasi mengenai pesanan klien. Selain itu, Kinanti juga bertugas memonitoring dan mengonfirmasi perkembangan dari setiap pesanan klien yang menggunakan jasa percetakan di kantornya.
Meskipun awalnya terasa sangat berat dan sering melakukan kesalahan, namun semakin ke sini ia semakin terbiasa dengan ritme pekerjaan yang dilakoninya. Menurutnya tugas-tugas itu sangat sebanding dengan gaji UMR Jakarta berikut bonus yang akan ia terima di setiap akhir bulan nanti.
Di kantor ini Kinanti juga banyak mendapatkan teman baru yang tentunya berusia lebih tua darinya. Mereka sangat mengayomi Kinanti sebagai junior mereka. Terkadang mereka membantu setiap kesulitan-kesulitan yang dialami Kinanti dalam menyelesaikan pekerjaan. Kinanti lagi-lagi sangat bersyukur mendapatkan teman baik seperti mereka di kota ini.
Selama dua minggu ini pula Sagara masih setia mengantar dan menjemput Kinanti dalam bekerja. Kinanti tahu ia tidak akan pernah bisa menolak bantuan dari Sagara. Setiap Kinanti berusaha menolaknya, Sagara akan mengungkit-ungkit ucapan Kinanti yang berjanji akan selalu menerima apapun bantuan yang diberikan oleh Sagara, dua minggu yang lalu. Ah.. Kinanti jadi sedikit menyesal telah menjanjikan hal itu terhadap Sagara. Akhirnya ia harus terjebak dalam hutang budi yang sangat banyak pada pria itu. Ia sendiri bingung hendak membalasnya dengan apa.
Hari ini adalah hari Sabtu, itu artinya jam kerja berakhir lebih cepat dibanding hari biasa. Jika hari Senin sampai Jum'at Kinanti bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, maka di hari Sabtu ia hanya akan bekerja sampai jam 3 sore saja.
Kini mereka baru saja tiba di depan kost Kinanti. Gadis itu meminta untuk langsung diantarkan pulang karena ada sedikit pekerjaan rumah yang belum ia selesaikan tadi pagi.
"Makasih udah nganterin Kinan pulang, Mas. Jangan tolak ucapan terima kasih Kinan karena Kinan nggak akan pernah bosan mengucapkan hal itu setelah Mas Elang bantuin Kinan."
Kinanti menyerocos lebih dulu sebelum Sagara menyela ucapannya. Seakan gadis itu sudah hapal di luar kepala dengan tingkah Sagara ketika ia mengucapkan kata terima kasih kepada pria itu. Sagara akan menutup telinga dan berpura-pura bosan mendengar ucapan terima kasih Kinanti.
"Terserah lah, asal kamu senang. Kalo gitu saya narik lagi, ya. Nanti malam saya jemput, saya mau ajak kamu ke suatu tempat."
"Memangnya mau kemana, Mas?"
"Nanti juga kamu tahu."
Sagara menarik kedua sudut bibirnya tinggi-tinggi. Selalu saja seperti itu. Tanpa banyak bicara, Sagara melajukan motornya menjauhi Kinanti yang masih terheran-heran dengan sikap Sagara yang masih saja sok misterius.
Ah.. Kinanti tidak tahu bahwa kini betapa penuhnya hati Sagara dengan nama gadis itu. Seakan-akan ia tidak bisa menahan diri saat Kinanti berada sedikit jauh dari jangkauannya. Pria itu akan terus mendekati Kinanti apapun alasannya. Terkadang ketika hari minggu, ia akan datang ke kost Kinanti untuk sekadar mengantar makanan yang ia beli berbarengan dengan membelikan pesanan customer-nya.
Sagara sendiri tidak pernah tahu bagaimana perasaan Kinanti terhadapnya setelah setiap hari mereka bertemu belakangan ini. Yang jelas Sagara merasa sangat nyaman berada di dekat gadis itu.
***
Saat Kinanti sudah masuk ke dalam rumah kost, ia dikejutkan dengan suara sapaan dari arah belakangnya. Kinanti berbalik menghadap ke sumber suara, sementara tangannya sibuk menarik tali sling bag untuk dilepaskan dari bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFORT ZONE
ChickLitKinanti terpaksa merantau jauh-jauh dari Jogja menuju Jakarta demi membantu perekonomian keluarganya. Ia baru mengetahui jika keluarganya terlilit hutang yang cukup besar. Rupanya hal itu merupakan bagian dari takdir yang menuntunnya pada seorang L...