Saat ini Kinanti telah siap dengan penampilan terbaiknya. Tidak seperti kemarin, hari ini dirinya mengenakan stelan celana panjang kain berwarna hitam serta sebuah blouse lengan panjang warna biru laut. Rambutnya masih ia kuncir seperti biasa. Sebelum menuju ke perusahaan, ia perlu memperbanyak fotokopi KTP-nya. Masih ada waktu 45 menit sebelum interview dimulai. Itu artinya, ia masih sempat untuk membeli sarapan. Ia putuskan untuk membeli bubur ayam di sebuah gerai pinggir jalan. Meskipun ramai, ia tetap memaksakan diri untuk ikut mengantre membeli bubur itu.
Hari ini Kinanti datang sendiri ke perusahaan percetakan yang kemarin menghubunginya. Semalam, setelah memberitahu Sagara yang ia kenal sebagai Erlangga perihal panggilan interview-nya, pria itu berniat untuk mengantar Kinanti kembali seperti kemarin. Namun Kinanti menolaknya secara halus karena ia memikirkan kata-kata Mbak Tika juga teman-teman barunya di kost. Akhirnya Kinanti memutuskan untuk sedikit menjaga jarak dari pria itu. Kinanti beralasan bahwa ia telah sampai di tempat interview. Dirinya sengaja membalas pesan itu 30 menit sebelum interview dimulai.
Kenyataannya, Kinanti saat ini masih harus mampir di sebuah warung fotokopi untuk melengkapi berkas-berkas yang ia butuhkan.
"Permisi, Mas. Saya mau fotokopi KTP 5 lembar, sama mau beli map warna coklat yang itu satu."
Kinanti menyodorkan KTP-nya, kemudian bergantian menunjuk stok map yang ada di belakang si tukang fotokopi.
"Iya, Neng. Ini mapnya. Untuk kopiannya silakan ditunggu bentar, ya."
Kinanti hanya mengangguk menanggapi. Ia berkali-kali melirik ke arah jam di ponselnya. Takut-takut ia akan terlambat sampai ke sana. Salahnya juga tadi terlalu memaksakan diri mengantre untuk membeli sarapan bubur ayam di pinggir jalan, sekarang ia jadi panik sendiri.
"Ini, Neng kopiannya. Jadinya 3 ribu rupiah."
Kinanti segera memberikan uang pas dari dalam dompetnya. Kemudian ia buru-buru mengambil fotokopi KTP-nya dan langsung berlari menuju ke tempat interview yang berjarak sekitar 500 meter dari posisinya sekarang. Saking buru-burunya, ia sampai tidak sadar ada barang miliknya yang tertinggal.
***
Di tempat lain, Sagara tengah memandangi layar ponselnya. Kembali membaca balasan pesan dari Kinanti yang sekitar 15 menit lalu ia terima.
Kinanti K.
Mksih atas tawarannya, Mas. Tp Kinanti sdh smpai di tmpt interview. Mas Elang hari ini narik aja, Kinan nggk papa brgkt sendiri.Sagara merasa ada yang aneh dengan gadis itu. Biasanya Kinanti akan dengan senang hati menerima bantuan darinya. Sagara tidak melanjutkan dugaan macam-macamnya karena kini ia mendapati sebuah notifikasi orderan dari aplikasi ojeknya. Ia mendapat tugas untuk mengambil dan mengirimkan sebuah barang.
Tak menunggu lama, ia langsung meluncur ke lokasi. Ternyata ia mendapat orderan untuk mengambil sebuah barang di sebuah warung fotokopi.
"Permisi, Mas. Saya mau ngambil barang atas nama Edo."
"Oh.. Ini Mas, silakan."
Sagara menerima barang itu yang ternyata merupakan sebuah fotokopian tugas sekolah. Setelah memberikan barang itu, si tukang fotokopi sudah sibuk kembali dengan pekerjaannya. Meninggalkan Sagara yang sedang memeriksa barang yang ia terima. Awalnya Sagara hanya fokus memperhatikan barang di tangannya. Namun seperti ada magnet yang menarik pandangannya untuk melirik ke suatu tempat. Ketika ia melirik tempat itu, yang merupakan permukaan atas etalase, matanya menangkap sebuah benda berupa KTP.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFORT ZONE
ChickLitKinanti terpaksa merantau jauh-jauh dari Jogja menuju Jakarta demi membantu perekonomian keluarganya. Ia baru mengetahui jika keluarganya terlilit hutang yang cukup besar. Rupanya hal itu merupakan bagian dari takdir yang menuntunnya pada seorang L...