Kinanti kini telah duduk di kursi panjang depan kostnya. Beberapa saat yang lalu ia sempat mengambil ponselnya di dalam kamar. Kini ia sedang mencari kontak Atika. Dirinya ingin menepati janjinya tadi pagi untuk menelepon sahabatnya.
Tepat pada nada dering kedua, panggilan itu tersambung.
"Hallo Assalamu'alaikum, Mbak Tik?"
"Wa'alaikumsalam, Nan. Gimana kabarmu di sana? Baik-baik aja, kan?"
"Alhamdulillah, baik Mbak Tik. Mbak Tika sama dedek bayi apa kabar?"
"Kita semua baik di sini. Ngomong-ngomong kamu kok malah nelpon Mbak, memangnya kamu sudah ngabari Pak Lik sama Bu Lik?"
"Udah, Mbak Tik. Kinan udah nelpon Bapak sama Ibu kemarin waktu pertama kali sampai sini."
"Syukurlah kalau begitu.. Gimana kamu di sana? Udah dapat kerja?"
"Hari ini Kinan ngirim tiga lamaran, Mbak. Terus sekarang masih nunggu panggilan."
"Alhamdulillah. Mbak lega dengernya. Ngomong-ngomong kamu sekarang tinggal dimana?"
"Kinan ngekost di daerah Jakarta Selatan. Seneng banget Kinan, di sini dapet teman baru yang baik-baik semua. Ada Mas Elang, Mbak Resti, Mbak Febri, Mbak Vina, ada juga teman-teman kost Kinan yang lain, Mbak Tik."
"Ohh ya..? Alhamdulillah.. Itu artinya, niat baikmu dimudahkan oleh Allah."
"Iyo, Mbak Tik. Oh.. iya, Kinan mau cerita soal Mas Elang. Dia itu baik banget sama Kinan, Mbak. Orangnya lucu. Dia banyak bantuin Kinan dari kemarin. Mulai dari nganterin Kinan nyari kost-kostan, nyariin lowongan kerja juga, terus hari ini dia nganterin Kinan keliling-keliling masukin lamaran kerja. Kinan sebenernya nggak enak sama dia, Mbak. Tapi dia bilang nggak repot sama sekali. Dia itu driver ojek yang Kinan order pas pertama sampai di terminal."
"Oalah.. Gini ya, Nan. Bukannya Mbak mau nakut-nakuti kamu. Mbak cuma mau mengingatkan, kamu harus tetap hati-hati ya sama orang baru. Bukan cuma sama Mas Elang yang kamu barusan ceritain aja, tapi juga sama orang-orang baru yang nantinya akan kamu temui di sana. Meskipun dia sekarang baik banget sama kamu. Tapi kan kamu belum kenal banget sama dia, Nan. Kamu inget kan pesan Pak Lik sama Bu Lik kemarin. Menjaga diri kamu itu hal yang paling utama."
"Enggih, Mbak Tik. Mbak Tika nggak usah khawatir ya. Aku bakalan terus inget sama pesen Mbak Tika. Mbak Tika juga baik-baik di sana. Nanti kalau dedeknya udah mau lahir, jangan lupa kabari Kinan lho ya."
"Iyalah, pasti itu. Nanti Mbak akan kabari kamu kalo dia sudah lahir."
"Yo wis, tak tutup disik yo mbak, telpune. Jaga kesehatan terus Mbak Tik. Salam buat Mas Deni sama dedek bayi, ya."
"Iya, kamu juga hati-hati di sana. Ngabari orang rumah terus biar mereka ndak khawatir."
"Pasti, Mbak. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Kinanti menutup teleponnya. Dirinya yang tengah duduk di sandaran kursi terperanjat seketika saat membaca sebuah SMS yang masuk ke dalam ponselnya.
Dari : 0823xxxxxxxx
Pesan :Assalamualaikum wr. wb.
Perkenalkan, saya Ibu Emy HRD CV Sumber Jaya.
Terima kasih sudah mengirim lamaran dan mengisi form data diri.
Untuk proses selanjutnya, Silakan datang langsung pada :
Hari : Kamis, 17 September 2020
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Kantor Sumber Jaya di Jl. Wakhid Hasyim No.108
Bisa buka di gmaps http://bit.ly/sjayaidKeperluan : psikotest dan wawancara.
Silahkan membawa kelengkapan berkas
Mohon konfirmasi kedatangan, bisa atau tidak melalui pesan ini ya. Terima kasih.Wassalamualaikum wr.wb.
Kinan bahagia sekali membaca pesan tersebut. Setelah membalas pesan tersebut, dirinya spontan berteriak dan berlari memasuki kost untuk memberitahu teman-temannya yang sedari tadi masih setia berkumpul di ruang televisi. Sungguh ia sangat bersyukur saat ini.
"Aaaa.. Alhamdulillah.."
"Kinan, lo nggak papa kan? Kenapa lo kenapa?
"Alhamdulillah Kinan dapet panggilan interview besok pagi. Mohon do'anya ya mbak-mbak, semoga Kinan diterima."
"Beneran lo, Nan?"
Resti bertanya untuk meyakinkan dirinya yang sedikit merasa tidak percaya. Masalahnya, Kinan baru sekali memasukkan lamaran dan langsung mendapat panggilan interview.
"Iyaa.. Mbak Res, nih lihat. Kinan seneng banget, Mbak. Meskipun belum tentu diterima tapi Kinan akan terus berusaha yang terbaik."
Kinanti menunjukkan pesan yang tadi masuk ke dalam ponselnya.
"Alhamdulillah, selamat ya, Nan. Kita ikut seneng dengernya."
Febri merangkul Kinan akrab. Seakan mereka sudah saling mengenal sangat lama sebelumnya. Vina dan Resti juga ikut bergabung untuk memberikan ucapan selamat pada Kinanti.
"Beruntung banget lo, Nan. Sekali lamar langsung ada yang nyantol. Nah gue inget banget jaman dulu pas gue nyari kerja susahnya ampun-ampunan. Nganggur berbulan-bulan, nggak punya pemasukan. Udah gitu duit bekal gue menipis. Gue bahkan hampir diusir dari kost yang lama gegara nunggak nggak bayar-bayar. Sempet hampir depresi juga. Untung waktu itu ada temen lama gue yang ngasih informasi lowongan di kantor yang sekarang. Beuh.. Saking senengnya dapet gaji pertama, gue langsung bikin syukuran."
Resti jadi teringat perjuangannya ketika ia pertama kali datang ke Jakarta. Dulu ia sama seperti Kinanti, bermodalkan ijazah SMA dia merantau dari Bandung ke Jakarta. Setelah bertahun-tahun berusaha, ia kini bisa menikmati sedikit demi sedikit hasilnya. Walaupun hanya menjadi seorang staff di sebuah WO, dia sangat bersyukur.
"Yee.. dia sekarang baru keinget waktu susah. Lah terus pas buat maksiat, lo inget masa-masa susah lo kagak?"
Febri mencibir perkataan Resti.
"Yaelah, Feb. Pake segala diungkit. Iya deh iya.. Lo malaikat gue pendosa."
"Gue cuma nanya, Res. Ya udah, kagak lagi gue ungkit-ungkit. Gimanapun, lo kan salah satu sahabat terbaek gue, Res."
"Huhuuu.. Iya Feb iya.. Gue tau kok niat lo baik. Gue juga sekarang udah nggak lagi main-main ke tempat maksiat. Meskipun masih belum sepenuhnya juga sih gue bisa ninggalin maksiat."
Resti menyengir lebar membalas perkataan Febri. Sementara Febri hanya mendengus mendengar ucapan Resti.
"Udah ah.. Jangan sedih-sedih gini. Yuk ah tidur, udah malem. Lo juga tidur, Nan. Jangan begadang. Ntar malah kagak bisa tidur lagi lo."
"Hehe iya, Mbak Feb."
Mereka semua memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing dan beristirahat. Kinan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menerawang ke atas langit-langit ruangan itu. Tidak dapat dipungkiri ia merasa sangat bahagia mendapat panggilan untuk interview besok pagi. Ahh ia sepertinya harus mengirimkan ucapan terima kasih pada Erlangga. Pria itu telah berjasa besar untuk hal yang diraihnya saat ini. Tangan kanan Kinanti meraih ponsel yang tergeletak di samping tubuhnya. Membuka ruang pesan dari kontak yang ia namai Mas Elang
Kinanti K.
Met mlm, Mas. Kinan mau bilang kalo Kinan dpt panggilan interview di perusahaan percetakan tadi.Kinanti K.
Kinan cuma mau ngabarin itu aja sih, Mas. Mksih bnyk karna Mas Elang udh bnyk bntu Kinan dari kmrn.Tangan Kinanti bergerak mematikan data ponselnya. Meletakkannya kembali ke tempat semula. Pikirannya kembali melayang jauh di awang-awang. Hatinya mulai bertanya-tanya. Apakah Kinanti memang harus berhati-hati terhadap Erlangga, seperti yang dikatakan oleh Atika dan teman-temannya tadi?
Kalau dipikir-pikir pria itu memang terlalu baik padanya, padahal mereka baru saling mengenal. Ya, meskipun kemarin ia sempat menanyai alasan mengapa Erlangga melakukan hal itu, entah mengapa ada sedikit perasaan mengganjal di dasar hatinya. Kinanti berusaha keras mengenyahkan perasaan itu sampai tak sadar ia telah berada di alam mimpi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFORT ZONE
ChickLitKinanti terpaksa merantau jauh-jauh dari Jogja menuju Jakarta demi membantu perekonomian keluarganya. Ia baru mengetahui jika keluarganya terlilit hutang yang cukup besar. Rupanya hal itu merupakan bagian dari takdir yang menuntunnya pada seorang L...