Sakit Rindu

77 10 3
                                    

Sudah tiga hari ini Sagara terbaring lemas di dalam kamar kontrakannya. Pagi hari setelah aksi nekadnya menantang hujan di depan indekos Kinanti, ia mulai mengalami demam. Otomatis ia tidak dapat melakoni perannya sebagai pengemudi ojek online tiga hari ini. Ia bahkan harus menggunakan jasa ojek online juga untuk membeli makanan.

Tampaknya malam itu Sagara melupakan satu hal. Tubuhnya sama sekali tidak bisa diajak beramah-tamah dengan air hujan. Kena air hujan sedikit saja, ia akan langsung tumbang berhari-hari.

Dulu, Audi akan menjewer kuping Sagara kecil sambil mengomel panjang lebar ketika ia ngeyel bermain air hujan bersama teman sebayanya. Meskipun begitu, ibunya akan tetap merawat Sagara setelahnya. Mengingat kenangan itu membuat hatinya berdenyut nyeri. Ah, lagi-lagi perasaan bersalah itu datang menghampiri.

Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Sagara tengah memijat keningnya ketika mendengar suara ponsel berdering. Bergerak mengambil benda pipih itu dari atas nakas, ia melihat nama yang muncul di layar.

"Halo..." suara Sapri terdengar ketika Sagara mengangkat panggilan itu.

Sagara bergerak mengeratkan selimut yang membungkus rapat tubuhnya. "Ya, Bang?" sahutnya parau.

"Posisi dimane?"

"Kontrakan, Bang. Kenapa?"

"Kagak nape," suara Sapri terdengar melirih, "masih sakit lo?"

Sagara menghela napas pelan sebelum menjawab. "Iya, masih lemes banget badan gue."

"Gue kesitu boleh kagak?". Sapri masih berbisik di seberang sana. Seperti takut suaranya terdengar oleh orang lain.

"Mau ngapain, Bang?"

"Main aja...," terdengar jeda sejenak sebelum Sapri melanjutkan, "gue ngajak temen tapi...."

Sagara yang mengira bahwa Sapri mungkin akan mengajak salah seorang teman pengemudinya. Tanpa pikir panjang ia langsung menyetujui. Sagara sempat menitip untuk dibelikan sarapan dan obat pada Sapri. Ia belum memakan apapun sejak bangun tidur tadi.

Sagara meletakkan kembali ponselnya ketika panggilan itu berakhir.

Tinggal sendirian di kontrakan ini membuatnya tidak ada yang mengurus ketika sakit. Beda ketika ia tinggal di apartemen, setiap sakit ia akan langsung meminta tolong pada Tirta atau sahabatnya yang lain untuk datang membantunya.

Di kontrakan ini tidak ada satupun tetangga yang akrab dengannya, hanya saling menyapa seperlunya. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Kebanyakan yang tinggal di kontrakan ini memang telah berkeluarga.

***

Sapri rupanya telah selesai melakukan panggilan. Pria itu berjalan mendekat ke tempat Kinanti berdiri.

"Si Elang lagi sakit di kontrakannya," tutur Sapri pelan, "mau saya anterin ke sana?"

Tadinya Sapri tidak ingin memberitahukan alamat Sagara pada Kinanti. Tetapi melihat nada kekhawatiran pada raut wajah gadis itu, membuat ia tidak tega untuk membiarkanya pergi dengan tangan kosong. Akhirnya Sapri terpaksa membohongi Sagara jika ia akan datang menjenguk bersama seorang teman.

Kinanti tersenyum lebar. Akhirnya ada titik terang juga, batinnya. "Memangnya nggak merepotkan, Mas?"

"Kagak...," Sapri menggeleng, "saya juga mau sekalian jengukin dia." Kini Sapri malah cengengesan. "Dia pasti bakalan langsung sembuh kalo dijenguk mbaknya."

COMFORT ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang