Tanggal merah telah usai. Saatnya kembali pada kesibukan yang kemarin sejenak ditinggalkan. Paling tidak, hari ini tidak akan seseram hari Senin yang banyak mendapatkan cap horor hampir dari semua orang di dunia.
"Kinan ...." Kinanti sedang berjalan melewati ruang human resource di kantor pusat CV Sumber Jaya ketika sebuah suara menginterupsi langkahnya.
Gadis itu membalik badannya menghadap sumber suara. Ternyata itu adalah suara Sena--salah seorang senior Kinanti yang baru saja keluar dari ruang produksi. Gadis itu berdiri di sana dengan wajah kuyu.
Sena merupakan salah satu graphic designer yang telah bekerja selama hampir tiga tahun di SJ. Gadis itu juga menjadi salah satu orang yang berperan penting dalam membantu Kinanti di awal gadis itu bekerja.
"Ah, Mbak Sena. Kenapa Mbak?"
"Mau nyari makan?" tanya gadis yang 7 tahun lebih tua dari Kinanti itu.
"Iya, Mbak. Mau bareng?"
Sena mengangguk dua kali sebagai jawaban. "Iya ... Temen sedivisi gue lagi pada sibuk semua ngurusin orderan," katanya.
Kinanti dan Sena keluar bersama dari area kantor menuju foodcourt yang terletak di samping kantor.
CV Sumber Jaya merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan digital printing. Perusahaan itu didirikan oleh dua orang sahabat yang ingin mengembangkan bisnis dalam dunia percetakan untuk kebutuhan periklanan.
Ialah Wito Pramono dan Setya Wijaksana. Mereka telah bersahabat dari semenjak masih sama-sama duduk di bangku kuliah. Jika Wito memiliki andil untuk mengatur bisnis secara langsung, maka Setya hanya berperan sebagai investor untuk pendanaan. Setya Wijaksana sendiri memiliki beberapa bisnis lain yang ia urus secara langsung selain CV ini.
Perusahaan yang mempunyai beberapa cabang di kota besar itu membuka jasa dalam pembuatan kartu nama, banner, katalog, kaos, serta masih banyak lagi produk untuk kebutuhan pemasaran. Meskipun jaman sekarang telah dimudahkan dengan adanya teknologi yang lebih maju yaitu internet, namun di luar sana masih banyak perusahaan yang membutuhkan jasa digital printing.
Cukup perusahaan bonafit di Indonesia yang menggunakan jasa percetakan mereka untuk keperluan promosi produk yang ingin mereka pasarkan. Hal itu membuat SJ memiliki omzet yang sangat tinggi di setiap bulannya.
"Huh ... akhirnya bisa makan siang juga. Puyeng pala gue, Nan ... dari tadi pagi ngegarap satu orderan kagak kelar-kelar," gerutu Sena ketika sudah duduk di dalam foodcourt. Di hadapan gadis berambut sebahu itu telah terhidang semangkuk soto dan segelas es teh.
Kebetulan suasana di tempat itu tidak terlalu ramai sehingga mereka bisa langsung mendapat tempat duduk. Biasanya ketika sudah memasuki jam makan siang, mereka akan kesulitan mendapat meja saking ramainya. Pasalnya pembeli di sana tidak hanya berasal dari SJ saja.
Mendengar keluhan Sena, Kinanti yang sedang berkonsentrasi dengan nasi dan lauk di depannya mendongak. "Orderan yang dari Handaya Properti kemarin Mbak?"
"Iya ... Riweuh banget kebanyakan revisi. Dikira nggak capek apa gue bolak-balik ngedit. Pas udah gue edit sesuai sama permintaannya, mereka bilang masih kurang oke. Gue benahin lagi, kurang oke lagi. Gitu aja terus ... sampe pala gue botak."
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFORT ZONE
ChickLitKinanti terpaksa merantau jauh-jauh dari Jogja menuju Jakarta demi membantu perekonomian keluarganya. Ia baru mengetahui jika keluarganya terlilit hutang yang cukup besar. Rupanya hal itu merupakan bagian dari takdir yang menuntunnya pada seorang L...