Chp. 25, She's Perfect

3.1K 205 19
                                    

Aku sedang bermimpi, kali ini aku berada di rumah ku. Bukan, rumah ini bukan rumah ku melainkan rumah kontrakan. Walaupun tempat ini jauh dari kata kenyamanan, tapi cukup untuk menjadi tempat berteduh untuk mama dan aku.

Aku masih sangat kecil dan satu satu nya tempat yang aku anggap nyaman adalah mama. Kemana pun dunia menghantam ku pergi, kengerian apa pun itu yang harus aku lalui dan saksikan, selama mama masih bisa tersenyum kepada ku, aku akan tersenyum balik.

Bawa aku bersama mu mama, dan aku akan baik baik saja. Aku masih belum mengerti tentang ekonomi, aku tidak mengerti tentang sakit hepatitis, aku tidak mengerti tentang lapar. Julingkan saja mata mu, maka aku akan tertawa.

Aku akan selalu mendengar suara mu di malam hari. Dan suara mu selalu terdengar di setiap kali kamu mengundang seorang teman ke rumah. Terkadang mereka baik kepada ku kadang mereka tidak. Bagaimana aku bisa mengenal mereka jika mereka hanya menginap satu malam di rumah kita?

Aku ingat salah satu mereka yang bernama Bert. Lelaki besar. Perut nya terlihat seperti perut Santa Clause. Dia bahkan mempunyai kumis dan janggut yang sama seperti nya. Tapi aku berharap mama tidak pernah mengundang nya ke rumah.

Karena aku mendengar mu menangis, ma. Dia memukul mu. Aku masih ingat malam itu, disaat aku berjalan di koridor rumah menuju ke kamar mu, aku masih ingat warna tembok yang putih pucat di rumah kita, dan aku mengingat diri ku mengintip dan menyaksikan kedua tangan nya mencekek leher mu.

"hentikan!" aku bersikap seperti seorang pahlawan dan menarik nya dari mu. Tidak begitu membantu tapi aku berhasil membuat tangan nya lepas dari leher mu. Aku terjatuh ke lantai dan menyaksikan nya membuka sabuk celana nya di hadapan ku.

"jangan!" kamu berusaha menjauh kan nya dari ku tapi dia terlalu kuat di banding dengan mu. Aku menutup mata ku disaat aku menyaksikan tangan nya naik untuk mencambuk ku dengan sabuk celana kulit nya.

Aku mengira dengan menutup mata aku dapat menahan rasa sakit itu, tapi ternyata tidak. Rasa perih itu tetap terasa di tubuh ku yang kecil sehingga kamu ikut menangis bersama ku. Kamu menggunakan tubuh mu untuk menjadi tameng ku, tapi aku masih menangis karena aku tahu sekarang kamu yang sedang kesakitan.

Kamu menyuruh ku untuk keluar dari kamar mu, aku harus menutup kedua telinga ku disaat aku terus mendengar jeritan mu dari dalam. Jeritan mu akhir nya berakhir tapi aku masih tidak bisa tidur. Aku mengira kamu telah tertidur, tapi pintu kamar mu terbuka dan yang aku lihat adalah diri nya yang datang menghampiri ku.

After Breakup (girlxgirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang