Chapter 2: Esther

316 54 1
                                    

Namanya: Esther. Dia adalah anak perempuan tunggal dari sebuah keluarga di provinsi kecil yang bernama Lebera. Walaupun merupakan sebuah provinsi yang kecil, tapi Lebera adalah tempat yang sangat menyenangkan. Penduduknya ramah dan mereka hidup harmonis. Sejak kecil, Esther dibesarkan oleh ayahnya karena ibunya meninggal usai melahirkannya. Walaupun tidak pernah menemui sang ibu, tapi ayahnya sering menceritakan tentang wanita yang dikasihinya itu. Ayahnya berkata bahawa Esther sangat mirip dengan mendiang ibunya. Mereka sama-sama memiliki sepasang mata coklat muda dan memiliki rambut hitam yang indah. Hanya saja, rambut Esther tidak sepanjang rambut mendiang ibunya.

Esther yang memiliki rambut pendek sering kali diejek oleh penduduk desa karena dia tidak mirip perempuan lainnya – yang manis dan elegan. Tidak jarang dia terlibat dalam perkelahian dengan laki-laki ketika masih muda, bermain di hujan, ataupun berburu bersama ayahnya. Membesarkan Esther seorang diri bukanlah tugas yang mudah. Selain harus mencari nafkah untuk membiayai kehidupan mereka berdua, ayah Esther juga harus menjadi sosok ibu untuk Esther. Jadi maklum kalau beliau sangat keibuan ̶ dia pandai memasak dan menjahit. Tapi bakat yang paling luar biasa, yang paling dikagumi Esther dari ayahnya adalah kepandaian berceritanya itu. Dulu sebelum tidur, ayah Esther akan menceritakan sebuah dongeng untuk Esther dan setelah itu Esther akan tertidur nyenyak.

Karena bakatnya itu, ayah Esther dijuluki "Pendongeng dari Lebera" oleh penduduk desa. Tidak heran ketika hari menjelang malam, semua penduduk desa, terutama anak-anak, akan datang berkumpul di depan rumah Esther untuk mendengarkan cerita ayahnya, seperti sekarang ini.

"Lalu si Buruk Rupa berubah menjadi seorang pangeran yang tampan dan mereka hidup bahagia selamanya..." kata ayah Esther lalu anak-anak yang duduk di depannya bertepuk tangan dan bersorak ria.

"Selesai dan silakan kembali ke rumah kalian masing-masing," sela Esther sambil mengambil pakaian yang dijemurnya tadi pagi.

"TIDAK!" teriak anak-anak kecil itu karena masih belum puas mendengarkan cerita dari ayahnya.

"Tidak ada alasan. Ini sudah waktunya bagi anak kecil untuk tidur. Kalau kalian tidak pulang sekarang, maka tidak akan ada lagi cerita untuk besok," ancam Esther pada bocah-bocah itu.

"Esther, tidak usah segalak itu," kata ayahnya sambil tersenyum.

"Benar! Karena kegalakanmu itu, tidak ada yang mau menikahimu," celetuk seorang anak kecil pada Esther. Benar, Esther masih belum menikah walaupun usianya sudah memasuki 25 tahun. Padahal di desanya, wanita yang berumur 16 tahun sudah menikah.

"Hei! Dasar tidak sopan!" teriak Esther kemudian mengejar anak tersebut. Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk menangkap anak tersebut kemudian mencubit kedua pipi tembem anak itu.

"Katakan itu sekali lagi maka aku akan membuat mukamu sama seperti si Buruk Rupa yang diceritakan ayah tadi," kata Esther yang membuat anak-anak lain tertawa terbahak-bahak.

"Esther..." tegur ayah Esther mengisyaratkannya untuk melepaskan cubitannya. Esther menuruti perintah ayahnya walaupun sebenarnya dia sedikit kesal karena ayahnya selalu saja memanjakan anak kecil.

"Baiklah anak-anak. Hari ini sampai di sini dulu, besok akan kuceritakan cerita yang baru," kata sang ayah sambil tersenyum pada anak-anak tersebut. Tiba-tiba terdengar suara kaki kuda yang berlari kencang dengan teriakan beberapa penduduk. Perasaan Esther menjadi gundah dan dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Desa mereka yang baik-baik saja beberapa detik lalu sekarang diserang oleh sekelompok bandit.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang