Chapter 5: The Truth

210 35 0
                                    

Keesokan paginya, istana dikejutkan lagi dengan ruangan penuh darah baik di dinding maupun di lantai. Bukan hanya tidak enak dipandang di mata, bahkan bau darah seperti besi berkarat juga tercium dengan jelas, tetapi mayat Esther tidak ditemukan di ruangan tersebut.

"Penasehat! Penasehat!" Teriak salah seorang pengawal kepada seorang pria tinggi yang berpakaian rapi. Dia memiliki rambut pirang panjang dengan sepasang mata coklat. Pria yang sedang menulis ini hanya bisa mendengus kesal ketika melihat pengawal tersebut masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu sekalipun.

"Sudah berapa kali kubilang, ketuk pintu sebelum masuk ke ruanganku," kata sang penasehat sambil menatap tajam pengawal tersebut.

"Ma...Maafkan aku, Penasehat Farhan," katanya sambil menunduk.

Farhan Xerxes Darius adalah anak sulung dari Raja Darius. Dengan kata lain, dialah anak dari penikahan Raja Darius dan Ratu Safira — istri kedua sang Raja. Oleh karena perbuatan keji ibunya, Raja memutuskan untuk menempatkan Farhan sebagai penasehat. Padahal dalam adat, seharusnya anak sulunglah yang mendapatkan tahta raja, bukan anak bungsu. Dia sendiri juga tidak mengerti mengapa Raja Darius yang telah mengeksekusi mati ibunya, memberikannya jabatan penasehat karena dia tidak melakukan kesalahan apapun pada sang Raja. Justru sebaliknya, Farhan selalu menuruti keinginan ayahnya itu dan selalu taat pada perintahnya. Dalam urusan birokrasi, hubungan antar kerajaan, dia malah terlihat lebih unggul daripada Alexander. Tapi karena ini adalah keputusan Raja Darius, dia tidak bisa melakukan apapun.

"Untuk apa kamu kemari?" tanya Farhan dengan nada yang kesal.

"Ya... Ya..Yang Mulia lagi-lagi membunuh seorang budak!" kata pengawal tersebut dengan panik.

"Aku kembali ke sini dari tugasku di luar dan kamu datang hanya untuk memberitakan masalah ini? Memangnya sudah berapa tahun kamu bekerja di sini?" tanya Farhan kemudian menghela nafas.

"Bukan begitu, Penasehat. Hanya saja..."

"Kamu sendiri tahu hobi adikku itu. Kamu pikir sudah berapa banyak yang dibunuh olehnya? Aku sendiri bahkan tidak bisa menghitungnya lagi," kata Farhan dengan pasrah.

"Tidak bisakah Penasehat melakukan sesuatu tentang ini? Bahkan ada rumor kalau kerajaan tetangga juga sudah tahu tentang kebiasaan buruk Yang Mulia. Kalau terus seperti ini, bisa-bisa kerajaan ini akan hancur," keluh sang pengawal.

"Aku mengerti maksudmu, tapi aku hanyalah seorang penasehat," balas Farhan mendengarkan keluhan pengawal tersebut.

"Tapi dia adalah adik Anda," kata penjaga itu lagi.

"Dengar baik-baik. Kalau aku bisa menasehati adikku yang tidak berhati itu, sudah dari awal aku akan melakukannya. Tapi nyatanya dia masih saja melanjutkan perbuatan kejinya itu," kata Farhan dan pengawal tersebut tidak bisa berkata apa-apa.

"Pergilah sekarang. Aku akan pergi melihat ke sana sebentar," kata Farhan kemudian pengawal tersebut berpamitan dan keluar dari ruangan Farhan.

Tidak lama kemudian, Farhan bangkit dan pergi menuju ruangan yang dimaksud oleh pengawal tersebut. Dia bisa melihat beberapa pembantu sedang membersihkan ruangan horor itu dengan muka yang pucat dan takut. Farhan bahkan melihat 10 buah ember kayu yang berisikan cairan merah. Farhan hanya menghela nafas yang panjang ketika melihatnya.

"Penasehat Farhan! Anda sudah pulang?" tanya salah seorang pembantu yang kaget melihat Farhan berdiri di depan pintu.

"Aku baru saja sampai pagi hari tadi," jawab Farhan sambil tersenyum kaku.

"Lalu... apa yang Anda lakukan di sini? Tidakkah seharusnya Anda beristirahat setelah menempuh perjalanan yang jauh?"

"Aku mendapat laporan dari salah seorang pengawal yang mengatakan kalau adikku membunuh budak yang tidak berdosa. Dan sepertinya ini terlihat lebih parah dari yang sebelumnya," kata Farhan sambil memperhatikan seisi ruangan berdarah di depan matanya. Sedangkan pembantu tersebut hanya bisa menghela nafas pasrah.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang