Chapter 12: A King's Heart

151 25 0
                                    

TOK... TOK... TOK...

Esther terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara ketokan pintu. Dia sendiri tidak menyadari jika dia telah tertidur dan ketika dia melihat luar jendela, dia bisa melihat langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap dan matahari sudah digantikan oleh bulan.

Sudah selama ini aku tertidur? kata Ester tidak percaya.

TOK... TOK... TOK...

Esther mendengar ketukan itu lagi dan dengan segera dia beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Di depan pintu, sudah ada Vesper yang menunggunya.

"Malam, Esther..." sapa Vesper.

"Malam, Vesper..." sapa Esther kembali dengan muka bangun tidurnya.

"Kamu yakin tidak ingin melanjutkan istirahatmu?" tanya Vesper yang menyadari muka kantuk Esther.

"Tidak, aku rasa tidurku sudah lebih dari cukup," kata Esther dan Vesper hanya tertawa kecil.

"Esther, kamu tidak perlu memaksakan dirimu. Yang Mulia juga berpesan padaku jika kamu kelelahan, kamu bisa..." Sebelum Vesper bisa menyelesaikan kalimatnya, Esther sudah memotongnya duluan.

"Tenang saja, Vesper. Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku," kata Esther kemudian Vesper hanya tersenyum kemudian memberikan Esther sebuah gaun polos berwarna biru muda. Setelah selesai berganti pakaian, Vesper mengantar Esther ke istana dalam, tempat Alexander berada. Seperti biasa, Vesper meninggalkan Eshter untuk berjalan di koridor menuju ke ruang istirahat Alexander.

TOK...TOK...TOK...

Esther mengetuk pintu kayu yang sudah tidak diketuknya sehari. Perasaannya bercampur aduk sekarang. Dia bersyukur dia tidak mati namun di sisi lain perasaan bersalahnya masih menyelimuti dirinya karena kejadian kemarin. Setelah menunggu sekian lama, tidak ada jawaban dari dalam kamar yang menyuruhnya masuk. Esther membuka perlahan pintu kayu besar tersebut dan melihat ruangan Alexander yang berantakan.

Alexander terlihat duduk di lantai sambil menyandarkan dirinya di dinding. Mukanya pucat, matanya merah, dan kantong matanya terlihat dengan jelas seperti orang yang sudah tidak tertidur selama tiga hari. Sekarang ini dia bahkan berkeringat dingin dan reaksinya sama seperti melihat hal yang mengerikan.

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" tanya Esther dengan nada khawatir sembari mendekati Alexander, tapi Alexander tidak menjawab.

"Tunggu sebentar, aku akan panggil Vesper," kata Esther tapi Alexander menarik pergelangan tangan Esther dan mencegahnya untuk berbuat demikian meski dia tidak berkata-kata. Tangannya bahkan gemetaran ketika memegang pergelangan Esther.

"Yang Mulia, tangan Anda gemetaran. Anda tidak baik-baik saja," kata Esther. Esther tidak pernah melihat sosok Alexander yang lemah seperti ini. Tatapan tajam Alexander kini malah berubah menjadi tatapan anak kecil yang ketakutan.

"Yang Mulia!" teriak Esther ketika melihat reaksi Alexander yang tiba-tiba panik. Tubuhnya gemetar hebat seperti melihat sesuatu yang mengerikan yang akan memakannya hidup-hidup.

"Aku mohon, jangan bunuh ibuku," kata Alexander tiba-tiba dengan suara yang pelan sambil menekan pergelangan Esther dengan kuat. Halusinasi Alexander bertambah parah. Dia melihat Esther sebagai seorang pengawal yang akan membunuh ibunya 20 tahun yang lalu, makanya dia mencengkram erat tangan Esther seperti melarangnya untuk mengayungkan pedang yang tajam.

"Jangan bunuh ibuku!" katanya lagi dengan ketakutan.

"Yang Mulia, ini aku Esther," kata Esther berusaha menyadarkan Alexander, tetapi Alexander tidak bisa mendengarnya karena terlalu tenggelam dalam halusinasinya.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang