Chapter 7: Night Storyteller

183 32 0
                                    

Keesokan paginya, Esther dikunjungi oleh Vesper di penjara bawah tanah.

"Esther," panggil Vesper pada Esther yang masih tertidur.

"Esther," panggil Vesper sekali lagi tapi sepertinya Esther terlalu lelap hingga dia tidak mendengarkannya sama sekali. Melihat Esther yang tak kunjung bangun, Vesper membuka gembok dari sel Esther kemudian masuk ke dalam dan jongkok di hadapan Esther.

"Esther, bangun," kata Vesper sambil menepuk ringan pundak Esther dan Esther langsung terbangun.

"Ayah??" tanya Esther yang masih belum bangun sepenuhnya.

"Aku bukan ayahmu, Esther. Dan selamat pagi," sapa Vesper sambil tersenyum.

"Vesper?? Hah? Tunggu, kenapa aku ada di sini?" tanya Esther yang tampaknya lupa dengan keputusan yang dia buat sendiri setelah bermimpi bertemu dengan ayahnya dan anak-anak yang ada di desanya. Sayangnya mimpi indah itu menghilang ketika ia bangun menghadapi realita.

"Esther, kamu memutuskan untuk kembali ke sini. Ingat?" tanya Vesper yang membuat Esther menghela nafas yang panjang.

"Lalu kenapa kamu ada di sini?" tanyanya pada Vesper.

"Aku ke sini untuk mengantarmu ke kamar barumu. Atau kamu sudah terbiasa tidur di sini?" tanya Vesper sambil mengejek Esther. Kemudian mereka berdua keluar dari penjara dan berjalan menuju ke kamar yang dimaksud oleh Vesper. Dan harus diakui Esther, dia pasti akan tersesat jika dia disuruh untuk pergi ke sana sendirian. Dia sendiri bahkan tidak tahu sudah berapa lorong atau pun belokan yang sudah dilaluinya. Sekitar sepuluh menit kemudian, akhirnya mereka berdua sampai di sebuah pintu kayu yang lumayan besar yang didekorasi oleh ukiran geometris. Vesper membuka pintu tersebut dengan perlahan dan mempersilakan Esther untuk masuk duluan.

Esther yang masuk ke kamar tidur barunya hanya bisa takjub melihat betapa indahnya kamar yang disediakan untuknya meskipun ukurannya tidak terlalu besar. Di dalamnya terdapat beberapa buah jendela kayu dan tepat di sudut ruangan terdapat sebuah ranjang kecil yang ditutupi kain tipis berwarna biru. Di lantai bahkan terdapat karpet dengan corak yang indah dengan sebuah meja kecil untuk menulis yang dilengkapi dengan minyak lampu. Di atas langit-langit terdapat tiga buah lentera yang berwarna jingga, kuning, dan hijau.

"Kamu tidak salah ini kamar untukku, Vesper?" tanya Esther dengan ragu.

"Kenapa? Tidak sesuai seleramu?" tanya Vesper balik pada Esther.

"Bukan, maksudku... ruangan ini terlalu bagus untuk pekerja sepertiku. Kamu yakin kamu tidak salah kamar?" tanya Esther lagi yang masih belum bisa percaya.

"Siapa yang bilang kalau kamu itu pekerja biasa?" tanya Vesper yang membuat Esther bingung.

"Mulai hari ini kamu itu adalah pelayan pribadi Yang Mulia. Lagipula Yang Mulia sendiri yang memberikan kamar ini padamu," kata Vesper lagi.

"Iya, tapi tetap saja... ini sedikit berlebihan," kata Esther yang masih terpana dengan kamar tidurnya.

"Oh, tidak. Aku dengar dari Yang Mulia, Anda tidak mau dibayar sama sekali."

"Benar, aku memang tidak memintanya untuk membayarku untuk menebus kesalahan bodohku."

"Makanya dengan itu, Yang Mulia berpikir akan cukup adil jika memberimu kamar yang layak. Aku mengerti jika kamu ingin menebus kesalahanmu, tapi Yang Mulia juga tidak suka menerima sesuatu tanpa bayaran karena dia tidak ingin terkesan orang yang murahan," kata Vesper menjelaskan dan Esther hanya bisa menghela nafas yang panjang.

Atau mungkin dia tidak ingin harga dirinya dinodai, kata Esther dalam hati.

"Tapi Vesper aku penasaran dengan sesuatu."

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang