Chapter 21: Under Beautiful Moonlight

361 38 7
                                    

Aberessian saat ini...

"Lalu apa yang terjadi dengan budak itu, ibu?" tanya Ezekiel karena ibunya tidak menghabiskan seluruh ceritanya dan meninggalkan Ezekiel yang malang penasaran.

"Apakah dia masih menetap di istana? Atau pada akhirnya dia pergi setelah Raja sembuh dari penyakitnya?" tanya Ezekiel dan ibunya hanya tertawa geli melihat anaknya itu.

"Menurutmu?" tanya ibunya.

"Ayolah ibu, beritahu aku!" bujuk Ezekiel kecil sambil menatap ibunya dengan tatapan memelasnya, berharap ibunya akan memberitahukan apa yang terjadi setelah itu.

"Kenapa kamu tertarik sekali dengannya? Lagipula itu tidak penting, bukan? Yang penting adalah Aberessian bisa menikmati hari-harinya tanpa konflik," kata ibunya dan Ezekiel pun mengerutkan dahinya.

"Tentu saja itu penting! Karena aku ingin tahu apakah pada akhirnya Raja dan budak itu hidup bersama? Atau budak perempuan itu memutuskan untuk pergi setelah menyembuhkan Raja?"

"Apakah kamu berharap mereka hidup bahagia?" tanya ibunya lagi.

"Ya, tentu saja!" seru Ezekiel dengan cepat dan semangat.

"Ezekiel, tidak semua cerita berakhir bahagia. Terkadang ada cerita yang juga memiliki akhir yang tragis," kata ibunya sambil menjelaskan.

"Tapi bukankah semua orang pantas bahagia? Aku yakin tidak ada yang namanya akhir cerita yang tragis. Mungkin pemeran utamanya belum menemukan kebahagiaannya," kata Ezekiel dengan naif dan itu membuat sang ibu yang disampingnya tertegun. Wanita itu jelas tidak pernah memikirkan tentang ini.

"Hm... itu pandangan yang menarik. Aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya," kata sang ibu.

"Benar, bukan? Tapi aku yakin budak itu pasti tetap tinggal di kerajaan Aberessian!" katanya lagi dengan yakin dan penuh percaya diri.

"Kenapa menurutmu begitu?" tanya ibunya lagi sambil menyipitkan matanya.

"Karena dia juga menyukai Raja, meskipun dia sering memakinya. Perempuan ini benar-benar tidak gemulai sama sekali! Tapi tidak apa-apa, perempuan seperti itu menarik juga. Aku bisa mengajaknya untuk berpetualang setelah menikah nanti!" seru Ezekiel dengan semangat dan ibunya hanya tertawa mendengar jawaban anaknya yang polos itu.

"Dasar anak kecil! Kamu pikir berapa umurmu sekarang berbicara tentang pernikahan?" Kemudian sang ibu mengacak-ngacak rambut hitam anaknya.

"Baiklah, Ezekiel. Aku sudah selesai bercerita dan sekarang giliranmu menepati janjimu," kata sang ibu pada Ezekiel, menagih janji sang anak.

"Iya, iya. Aku tahu," kata Ezekiel yang menuruti kemauan sang ibu.

"Kalian berdua! Apa yang sedang kalian lakukan di atas pohon malam-malam begini?" teriak seorang laki-laki yang memasuki pekarangan beserta dengan seorang pria lainnya. Laki-laki itu memiliki rambut coklat panjang dan sepasang mata biru. Ezekiel dan ibunya terkejut ketika mendengar suara laki-laki itu.

"AYAH?!!" teriak Ezekiel tidak percaya ketika melihat ayahnya dari atas pohon. Setahunya sang ibu memberitahukannya kalau sang ayah akan pulang dua hari lagi, bukan hari ini.

"Ezekiel Alester Darius, cepat turun sekarang juga!" perintah sang ayah dan Ezekiel pun langsung turun dari pohon tanpa berdebat dengan ayahnya. Dia tahu ayahnya benar-benar kesal.

"Kamu juga, cepat turun dari sana," ujar sang ayah pada istrinya yang masih duduk di atas pohon. Sang istri pun bersiap untuk turun, tapi sayangnya karena terlalu lama tidak memanjat pohon, sang istri lupa cara untuk turun dari pohon tersebut. Dia mencoba perlahan-lahan, tapi dia malah kehilangan pijakannya.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang