Chapter 17: Betrayal Against Alexander

131 21 3
                                    

Keesokan harinya...

Esther membuka matanya dan hal pertama yang disadarinya adalah kepalanya yang pusing. Dia tidak mengingat apa yang terjadi.

Kenapa empuk sekali? Itulah yang terbesit di pikirannya ketika meraba-raba tempat tidur Alexander.

Spontan, dia langsung terbangun ketika menyadari kalau dia tertidur semalaman di tempat tidur Alexander.

"Sudah bangun, Esther?" tanya Alexander yang ternyata duduk di sisi ranjang kiri Esther sambil membaca sebuah gulungan kertas.

"Y....YANG MULIA?!!!!" teriak Esther sambil berdiri menjauh dari tempat tidur Alexander dan Alexander hanya menutup telinga kanannya.

"Bisakah kamu tidak berteriak, Esther? Matahari belum terbit dan suaramu akan membangunkan satu kerajaan Aberessian," kata Alexander dengan malas.

"Apa yang terjadi semalam?! Kenapa aku bisa berada di tempat tidur Anda?" tanya Esther dengan panik.

"Tidak terjadi apa-apa, Esther," jawab Alexander dengan muka kantuknya yang berat.

"Anda pasti berbohong, bukan? Apa Anda melakukan apa-apa padaku?" tanya Esther memastikan.

"Kenapa aku harus berbohong padamu, Esther? Kalau aku melakukan apa-apa padamu, maka pakaianmu tidak akan berada di tubuhmu sekarang," kata Alexander malas dan Esther langsung merona merah.

"Aku tidak selera dengan perempuan mabuk, asal kamu tahu, Esther," kata Alexander.

"Aku mabuk?! Pantas saja aku tidak mengingat apa-apa," kata Esther pada dirinya sendiri.

"Untung saja aku segera menarikmu keluar sebelum kamu menjadi lebih mabuk lagi, Esther. Aku tidak pernah tahu kalau kamu bisa meneguk begitu banyak anggur merah," kata Alexander dengan takjub.

"Maafkan aku," kata Esther dengan malu. Dia benar-benar malu dilihat Alexander dalam kondisi mabuknya itu. Esther hanya mengingat hal yang terjadi di dalam ruangan pesta, di luar dari ruangan itu, dia tidak mengingat apapun lagi.

"Yang Mulia, berarti Anda tidak tidur seharian?" tanya Esther dengan rasa bersalah.

"Menurutmu?" tanya Alexander balik dan Esther hanya terdiam.

"Oh ya, Esther. Mulai hari ini kamu resmi menjadi selirku. Jadi aku harap kamu bisa memperhatikan tingkah lakumu di hadapan dewan dan pekerja istana. Tapi kalau bersamaku atau Vesper, kamu kuberikan kebebasan untuk menjadi perempuan liar," kata Alexander lagi pada Esther.

"Aku tidak liar! Kenapa Anda selalu saja mengejekku?" protes Esther tidak menerima dirinya disebut perempuan liar dan Alexander berpura-pura tidak mendengarnya.

TOK....TOK...TOK...

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Sepertinya Vesper telah menjemputmu, Esther. Sampai jumpa nanti malam," kata Alexander dan Esther pun berpamitan. Alexander melihat punggung Esther yang menjauh setelah itu menghela nafas yang panjang.

"Perempuan itu benar-benar tidak mengingat apapun?" tanyanya pada dirinya sendiri melihat reaksi Esther yang tidak mengingat ungkapan perasaannya semalam.

"Ini benar-benar merepotkan. Kenapa jadi aku yang malu ketika mengetahui perasaannya padaku?" gerutu Alexander.

Sementara itu Vesper yang menemani Esther kembali memberikan ucapan selamat pada Esther.

"Selamat untuk kelulusanmu, Esther," kata Vesper sambil tersenyum.

"Terima kasih, Vesper. Tapi sejujurnya... aku tidak melakukan apa-apa. Kalau saja bukan Yang Mulia yang membantuku semalam, mungkin aku sudah mati kutu di depan orang banyak," kata Esther mengingat bagaimana Alexander membantunya kemarin.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang