Rate 18+
#Ceritamalam...
Seorang gadis, dengan muka tertunduk, dan sebuah kotak abu-abu berpita merah muda di pangkuan. Tampak tak terusik akan keramaian sekitar. Dia terus saja memikirkan, apakah ini benar atau salah? Dia tidak ingin pergi, tapi sebagian kecil hatinya membujuk, 'tidak apa-apa, ini yang terakhir.'
Arum akhirnya mendongak, memantapkan hati dan berdiri. Ya, hanya sekali ini maka dia tidak akan mengunjunginya lagi.
Jogja. Kota yang pernah membuatnya melambung kemudian menjatuhkan hingga dasar adalah kota sama yang amat dibencinya. Seolah tidak ada kebaikan yang dimiliki kota tersebut. Semua kelam-jahat-tak berperikemanusiaan.
Bukan. Arum pernah jatuh cinta. Namun kecintaan yang amat besar menjadi penyebab luka yang besar pula. Dia memutuskan seluruh ikatan dengannya, termasuk Jogja yang sebenarnya tidak bersalah. Dialah yang terlalu cengeng.
"Berhenti di situ!"
Arum mengenal suara itu, suara yang amat dirindukannya belakangan ini. Namun karena keputusan sepihak darinya, mereka saling mendiamkan diri. Dia dengan sikap masa bodoh sedang laki-laki tersebut yang dikuasai arogansi begitu tinggi.
Arum berdiri memunggungi, tapi dia bisa mendengar langkah kaki tersebut mendekat.
"Jangan pergi ke sana!" terdengar penuh permohonan, tapi hatinya tidak akan goyah.
Arum berbalik, mencoba tersenyum. Dia bisa melihat Adrian penuh keputus-asaan. Wajah yang memancarkan kecemasan, sama yang dirasakannya.
"Ketimbang mengkhawatirkanku, seharusnya kau mengkhawatirkan perasaanmu. Karena mungkin setelah ini tidak akan ada kata kita lagi."
Adrian mengepalkan tangan, apa yang diucapkan Arum benar. Dialah yang seharusnya dikhawatirkan, gadis itu tidak akan kembali pada cinta pertamanya.
Arum tersenyum getir, "aku pergi untuk menyelesaikan semuanya. Kisah kami."
Benarkan? Adrian bahkan mematung saat dia mulai berbalik dan melangkah menuju peron. Tidak terdengar langkah kakinya, dia benar-benar sendirian sekarang.
Dalam hidup, Arum pernah ditinggalkan, tapi tidak sesakit ini. Laki-laki pertama yang meninggalkannya memang menimbulkan kekecewaan. Namun luka yang ditimbulkan bisa dengan mudah disembuhkan Adrian, sementara hari ini, dia tidak memiliki siapa-siapa.
Arum memasuki antrean. Beruntung dia lebih awal dari jadwal keberangkatan, jadi tidak perlu berlama-lama melakukan pengecekan. Memperlihatkan tiket, mencoba tersenyum kepada petugas---dia tidak ingin semakin terlihat menyedihkan---kemudian berjalan menuju kereta yang akan membawanya ke Jogja.
Dalam beberapa jam, Arum akan mendapat ucapan selamat datang dari kota yang tiga tahun lalu ditinggalkan. Sama seperti hari ini, dia pergi dengan terluka. Tetapi tidak sesakit ini.
Pertahanannya pecah. Arum tidak bisa mencegah air mata yang mulai menggenang. Hatinya sakit, dan sebagai manusia dia benar-benar menunjukkan kelemahannya.
.Flashback on....
"Untuk apa menelpon?" Arum bertanya dingin. Setelah tiga kali panggilan, barulah dia mengangkatnya. Bagaimana pun juga dulu mereka sangat dekat, sepasang sahabat.
Terdengar isakan dan entah kenapa Arum selalu tak bisa membenci Shelomita? Mungkin karena dia tidak benar-benar menyalahkan takdir mereka yang rumit ini.
"Dika sakit. Dia ingin bertemu denganmu."
"Bukan urusanku." Arum berusaha tak terbujuk.
"Rum, please! Dia membutuhkanmu saat ini," ucap Shelomita terbata. Pasti berat bagi perempuan itu, bagaimana pun dia adalah istri dari Dika dan kini meminta perempuan lain untuk menemui prianya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau dan Jogja yang Ditinggalkan
RomanceAku mencintai kota ini sama besarnya dengan rasa cinta kepadamu. Tidak ada alasan membenci, sebagaimana juga tidak akan benci terhadapmu. Kenapa? Ada begitu banyak alasan dan aku tidak akan mampu menyebutkannya di saat hati dipenuhi bunga-bunga keba...