Bagian ke_enam (AKDJYD)

563 60 7
                                    

...

[[ Kejujuran itu penting. Katakan bosan jika ingin mengakhiri hubungan, ketimbang mendua dan menghadiahinya pengkhianatan. ]]

...

"Please, Mas. Kita akhiri ini, aku tidak bisa membohongi Arum lebih lama lagi." Shelo mendorong Dika agar keluar dari kamarnya. Dia lelah dan merasa bersalah.

"Bagaimana denganku? Kamu pikir setelah membuatku begini, kemudian lepas tanggung jawab?!" Dika bertahan di posisinya. Berapa tenaga Shelo, gadis itu mendorong tapi hatinya enggan melepas. Atau, gadis di depannya ini pura-pura demi dipertahankan? Sedikit munafik.

"Kamu tidak bisa memutus sepihak." Dika balik mendorong Shelo kembali ke kamar. Mereka sudah jatuh bersama, menyelesaikan pun bersama.

"Ingat Arum, Mas. Dia yang akan tersakiti." Shelo tidak tahu kenapa bayang-bayang Arum begitu menyiksanya. Mengingat senyum sahabatnya tersebut menjadikannya semakin berdosa. Namun dia tidak bisa nengabaikan apa yang dilakukan Dika saat ini.

Pernyataan dan tubuhnya saling mengkhianati. Dia menerima Dika lagi dan lagi, bahkan sekarang melupakan Arum dan perasaan sahabatnya itu demi kepuasan yang ingin diraih.

Flashback on....

Dika menatap Shelo tidak suka. Jika gadis itu sudah berniat mengakhiri, kenapa harus datang lagi?

"Apa kau berubah pikiran?" bidik Dika tepat sasaran. Ya, Shelo memang berubah pikiran. Dia mulai menyukai hubungan mereka yang saling membutuhkan. Bukan kenapa-kenapa, Adrian hanya tidak bisa menyenangkannya karena laki-laki itu selalu menjaga seorang wanita layaknya berlian.

Lalu bagaimana dengan Arum, sahabat baiknya? Mungkin terdengar egois. Gadis itu memiliki banyak hal, jadi diambil sedikit pasti tak apa. Dan lagi, akhir-akhir ini dia mulai cemburu karena mereka berdua bersikap romantis di depannya. Memamerkan hal-hal yang sangat dibencinya. Kebahagiaan Arum.
Entah kenapa dia tidak suka melihat sahabatnya tersenyum bahagia saat menceritakan impian bersama sang kekasih. Rencana-rencana besar mereka. Sesuatu yang tidak bisa didapatkannya dari seorang Adrian.

Shelo tahu, Dika hanya menyukai tubuh dan perhatiannya. Sesuatu yang sama sekali tidak didapat dari Arum.

Shelo hanya mengambil kesempatan. Dan malam ini dia berharap akan berhasil. Dia bukan robot tanpa perasaan jadi Dika harus membayar tunai perbuatannya.

...

"Arum pergi bukan?" Shelo mendekat, tangannya terulur untuk menggoda laki-laki yang kini menatap sinis padanya. Dia tidak plinplan, bukankah dia begini juga karena Dika? Bermalam-malam mereka habiskan bersama, saling memuaskan. Lalu setelah bosan ditinggal begitu saja?
Shelo tidak keberatan ditatap sinis. Dia amat mengerti Dika melakukannya untuk membentengi diri. Terbukti dari tidak ditepis perbuatannya oleh laki-laki itu.

...

Ketika sedang fokus dengan jalan, seseorang menepuk bahu pelan. Refleks aku berjingkat dan mendapati tawa dari pelaku.

Aku merengut tak suka. Bisakah tidak membuat kaget, bagaimana kalau aku punya riwayat penyakit jantung? Mungkin saat ini sudah dilarikan ke rumah sakit.

"Mau kemana?" tanyanya masih berusaha menahan senyum. Dan entah perasaanku saja atau bagaimana, seorang Adrian tersenyum. Bahkan terlihat manis. Bukankah selama ini dia mahluk paling dingin, itu kenapa Shelo mudah bosan.

Aku tak langsung menjawab, menunjukkan paperbag dan sebuah nota dari toko.

Adrian mengangguk mengerti.
"Pacarmu?"

Lagi-lagi aku hanya mengangguk.

"Ayo, biar kuantar!" tanpa menunggu jawaban dariku, tangannya langsung menggandeng dan menuntun ke mobilnya. Aneh, aku tidak keberatan malah merasa biasa? Padahal kemarin sempat berpikir buruk tentangnya. Ingat saat laki-laki itu berkunjung malam-malam ke rumah Shelo.

Aku, Kau dan Jogja yang DitinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang