7.perasaan nyata

70 7 0
                                    

Jangan lupa vote, gak bayar juga gak nguras tenaga, tinggal tekan bintang di pojok bawah🖤

•••

Perasaan ini nyata. Mengapa sulit sekali untuk berbicara yang sebenarnya?

Setan kali ah! : sudah ku bilang berapa kali, kau tidak boleh berharap terlalu jauh. Banyak faktor yang membuatmu akan sakit nanti, bersikap biasa saja seperti teman pada umumnya, Dara.

Dara menatap pesan yang terkirim lagi ke ponselnya. Dara dilema, kata - kata yang masuk kedalam pikirannya ini seperti menyuruhnya untuk menjawab teka - teki di sulitnya masalah. Kemudian Dara mengetikkan sesuatu membalas pesan tersebut.

To setan kali ah! : please, lo jangan sok tau dengan masalah hidup gue ataupun itu. Gue gak kenal siapa lo! Lo penguntit ya? Gue gak mempan sama kata - kata lo yang sok puitis itu.

Setelah puas membalas pesan misterius itu, Dara turun ke bawah dan dan membawa mobilnya ke gedung pencakar langit. Dara masuk dengan percaya diri, Dara masuk ke lantai atas, tujuannya saat ini adalah rooftop, sudah lama Dara tak pernah pergi kesana.

Dara duduk di kursi yang biasa ia tempati, angin yang menerpa wajahnya, tak lupa alunan musik yang keluar di aerphone-nya. "udah lama gue gak kesini,"

Ponsel Dara kembali berbunyi, kemudian ia mengambilnya, nama Elang tertera disana, senyum yang merekahnya menyambut panggilan Elang. "Hallo? Kenapa?"

"Lo dimana sih?!"

"Kenapa dih?"

"Haduh! Susah deh jelasinnya, Lyana ngambek sama bokap karena ingkar janjinya, terus dia mogok les balet sama gak mau keluar kamar,"

"Hah? Terus gimana? Gue harus ke rumah lo gitu?"

"Harus banget! Lyana maunya sama lo, gue jemput ya?"

"Eh! Gue sendiri aja ke rumah lo , kebetulan gue lagi diluar,"

"Oh yaudah, lo jangan ngebut, jangan lupa pake jaket, hati - hati,"

Dara mematukan sambungannya, ia terkekeh pelan dengan tingkah Lyana, padahal di umur Lyana yang cukup dewasa tidak mungkin akan merajuk dan mogok les. Tetapi Dara pernah seperti itu.

Dara melakukan mobilnya ke rumah Elang, untungnya jarak dari gedung kantor Selatan ke rumah Elang tak jauh, hanya memakan waktu selama 15 menit. Dara sudah sampai di rumah Elang, ia memencet bel rumah tersebut.

Senja keluar dengan wajah yang kewalahan, kemudian saat melihat Dara disana ia tersenyum senang. "Kamu beneran datang Dara?"

Dara tersenyum seraya mengecup punggung tangan Senja. "Iya tante, Elang bilang Lyana gak mau keluar dan gak mau makan? Udah berapa hari?"

"Dari kemarin, tapi tadi dia tiba - tiba minta biar kamu kesini, tante pusing, harusnya dia ngertiin kalo papanya ada kerjaan,"

Dara memegang pundak Senja. "Namanya juga anak bungsu tan, Dara juga dulu suka gitu,"

Senja terkekeh pelan. "Yaudah ayo masuk,"

 Dara & Elang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang