10. aku dan dia

82 7 0
                                    

jangan lupa untuk memberi vote, gak bayar dan juga gak nguras biaya, cukup tekan bintang pojok bawah.

•••

Benci dan Cinta akan hadir secara bersamaan. Itu semua hadir hanya untuk mengutarakan rasa, supaya tahu bahwa kesedihan akan datang setelah kebahagiaan dan kebahagiaan datang setelah adanya kesedihan.

•••

"Kepada Dito Cestina kelas XI Bahasa 1 dan Bagas Pradipta kelas XI IPA 2, ditunggu di ruang BK, sekali lagi, Kepada Dito Cestina kelas XI Bahasa 1 dan Bagas Pradipta kelas XI IPA 2, ditunggu di ruang BK, terima kasih,"

pengumaman itu terdengar ke penujuru SMA Gardens ini, Dara menatap Dito yang bangkit dan pergi melenggang keluar, wajahnya tenang seperti tidak takut apapun yang terjadi pada dirinya. Dara yang merasa terlibat dengan masalah ini pun ikut bangkit, tetapi lengannya decekal oleh Karin. "mau kemana lo?"

"lepas Rin!"

Karin mencekal tangan Dara lebih kuat. "Lo mau kemana? itu urusannya Dito,"

"gue terlibat! lepasinh Karin!"

Karin memutar bola matanya malas, kemudian ia melepaskan lengannya dan membiarkan Dara pergi ke ruangan BK. Dara berlari kencang, nafasnya tersengal sengal, Dara menajamkan pendengarannya berusaha mencerna yang dikatakan pak Rohmat. "Dito, maaf kamu harus di DO,"

Bagas tersenyum sinis ke arah Dito. sementara Bagas tidak terkena sanksi apapun, Dara yang mendengar itu langsung menggebrak pintu masuk, dengan wajah yang memarah, ia menunjuk wajah pak Rohmat. "pak! saya gak terima Bagas di DO! Dia gak salah! lagian ini cuma masalah sepele!"

"Dara! siapa yang menyuruhmu masuk dengan seenaknya! itu tidak sopan!" bentak pak Rohmat. "saya akan tetap mendroup out Dito karena dia memukuli Bagas,"

Dara maju satu langkah, tak peduli dia dikata anak jkurang ajar. Tapi Dara ingin membela Dito, Dara berbalas budi kepadanya, karena dulu Dito banyak membantu dirinya. "siapa yang menyuruh bapak untuk men DO Dito?"

Pak Rohmat diam saja, bibirnya kelu untuk menjawab pertanyaan Dara karena Bagas menatapnya dengan tatapan memohon. "Sa.. Saya,"

"Jawab pak!"

Pak Rohmat menghela nafasnya, entah mengapa rasanya sulit sekali berbohong kepada Dara. "Bagas,"

Dara menatap Bagas dengan sinis, kemudian ia menghampiri Bagas dengan tangan yang dilipat. "Lo gak usah sok deh ngatur urusan guru BK, lo pikir ni sekolahan punya nenek moyang lo?"

"Gue hanya ingin dia kena konsekuensi nya," Jawabnya santai.

"Lo jugalah! Jangan sok berkuasa, jangan mentang - mentang bokap lo pejabat kaya yang bisa ngatur segala keinginan lo, lo gak kena konsekuensi apa yang telah lo perbuat!" Ujar Dara yang berhasil menikam Bagas dalam - dalam. "Lagian ngapain sih lo? Ngerasa jadi pahlawan, terus biar gue kagum? Gak usah mimpi, Gas!"

Dara tidak tahu bahwa perkataannya membuat hati Bagas berkecamuk. Bagas masih mencintai Dara, tetapi Dara terlanjur membencinya. "Pak, saya mohon pertimbangkan ini semua, walaupun saya tahu bahwa Dito dan Bagas bertengkar, apa tidak ada cara lagi selain DO?" Tanya Dara.

"Benar pak, lagi pula Dito anak yang pintar di kelasnya, jangan sampai murid kebanggan saya di DO," Tambah bu Dewi memperkuat Dara.

Diam - diam Dito bangga dengan Dara yang membelanya. Dito tidak tahu harus membalas kebaikan Dara apa lagi, dulu Dara sering membantunya saat kesulitan di masa MOS. Pak Rohmat mengangguk. "Baiklah, saya akan men-scores kalian berdua, Bagas, benar yang dikatakan Dara. Kamu tidak bisa seenaknya saja, kamu pun harus menerima konsekuensinya,"

 Dara & Elang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang