Hana berjalan menuju toilet dekat tangga, berdiri sebentar di depan cermin seraya membasuh wajahnya dengan air. Setelah selesai barulah Hana keluar dari toilet bertepatan dengan bel istirahat yang berbunyi.Hana tersentak kaget begitu namanya dipanggil. "Hana."
Hana tersenyum kikuk lalu menatap dua orang perempuan yang tersenyum lebar.
Yasmin dengan senyum lebar menatap Hana, sementara ada Orin, gadis yang tidak terlalu dikenalnya.
"Tadi ada pembagian kelompok, satu kelompok terdiri dari lima orang, gue, Yasmin, Jidan, sama Tristan satu kelompok."
Sebetulnya ini bukan pertama kalinya belajar secara berkelompok, sebelumnya juga sama. Namun berbeda jika dulu Hana yang akan mengerjakan semua tugas kelompok tanpa dibantu. Meskipun Hana itu kadang suka telat mikir dan ceroboh tapi sering diandalkan dalam hal tugas kelompok. Itu berlangsung jika Hana memiliki kelompok dengan teman yang sulit diajak kerja sama, ia yang akan andil mengerjakan tugas itu sendirian, karena Hana yang kelewat terlalu baik, banyak anak berakhir ingin menjadikannya teman sekelompok, terutama bagi murid yang malas mengerjakan tugas.
"Kalo gue bikin grup via WhatsApp lo gak keberatan 'kan Na?"
Hana mengangguk ragu. Namun tetap membenarkan ucapan gadis di depannya.
"Nanti materinya gue share ke grup ya, presentasi tentang teori relativitas," ucap Orin
"Eh bentar masalahnya kerja kelompok nya dimana?" tanya Orin beralih ke arah Hana. "Gak papa 'kan kalo kerja kelompoknya besok?"
"Iya gak papa," jawab Hana sekedar nya.
"Jangan di rumah gue plis, Ibu gue ngadain arisan tiap Minggu, pasti rame kalo di sana." Orin memelas, karena tak mau jika kerja kelompok di rumahnya. Pasti bakalan rame. Ditambah teman-teman Ibunya.
"Jangan di rumah gue juga, Bokap gue punya penyakit jantung."
"Lah masalahnya sama kerja kelompok apa?" tanya Orin
"Lo berisik kalo ada yang teriak terus Bokap gue kaget, bisa gawat jadinya."
Orin memutar bola matanya malas, sedangkan Hana tersenyum tipis. Ada-ada saja Yasmin.
"Terus kalo bukan di rumah gue atau di rumah lo terus di mana?" tanya Orin lagi.
Yasmin memandang Hana berbinar. "Di rumah lo gak papa 'kan? Lo keberatan" tanya Yasmin ragu, ia takut jika Hana tak setuju.
Hana mengangguk setuju, Yasmin dan Orin serempak tersenyum lebar. Hana bisa menangkap jika Yasmin bernagas lega di depannya.
"Oke besok kita kerja kelompok ya, nanti untuk pembagiannya kita atur besok aja."
"Oke aku setuju."
"Ada hal lain?" tanya Hana memastikan, ia ingin beranjak pergi dari sini.
Kepala Yasmin dan Orin serempak menggeleng. "Kita mau ke kantin." Lagi keduanya berucap bersamaan. Hal itu sontak membuat ketiganya tertawa karena menganggap hal itu tampak lucu.
"Gak mau ikut kita ke kantin?" ajak Orin di sela-sela tawanya.
"Lain kali, aku bawa bekel soalnya. Aku duluan," pamit Hana lalu melenggang pergi, sedangkan Orin dan Yasmin melangkah menuju kantin.
🍁
Jidan duduk di bangkunya, melipat kedua tangannya serta menaruh kepalanya diatas lipatan tangannya. Matanya memejam, seiring dengan angin yang menerpa wajahnya.
"Jidan."
Namanya dipanggil, Jidan mendongakkan kepalanya dengan malas, menatap suara perempuan yang memanggil namanya.
"Minta nomer handpone lo." perempuan di depannya menyodorkan handphone, alis Jidan terangkat satu, merasa aneh.
"Tugas kelompok IPA, gue 'kan satu kelompok sama lo, gue mau masukin lo ke grup," jelasnya membuat Jidan mengerti.
Jidan mengambil handphone tersebut jari-jarinya mengetik di sana dengan cepat. "Kapan kerja kelompok nya?" tanya Jidan cepat seraya mengembalikan handphone kepada sang pemilik.
"Besok pulang sekolah di rumah Hana, Hana gak kasih tau lo ya?" tanya Orin.
Jidan tak menjawab, sedangkan Orin menghela nafas panjang.
"Yaudah deh thanks ya," ucap Orin sambil beranjak pergi.
Orin kembali ke bangkunya, urutan pertama dekat pintu. Duduk sebangku dengan Yasmin.
"Eh Hana," panggil Orin begitu Hana memasuki kelas.
Hana berhenti, lalu menatap Orin, keningnya berkerut.
"Tugasnya udah gue share ke grup ya."
Hana mengangguk sebagai jawaban.
"Nanti lo baca-baca lagi, gue juga bakalan baca, pas di rumah lo tinggal ngerjain."
Lagi lagi Hana hanya mengangguk, perempuan tersebut tak tau harus menjawab apa. Lebih tepatnya bingung, takut salah ucap.
"Pulang sekolah mau ikut gak?" ajak Yasmin kali ini.
"Kemana?" tanya Hana pelan.
"Cafe baru samping sekolah, ada minuman kopi buy one get one, sekalian nongkrong. Bye the way anak Pusaka sering kesitu. Cuci mata liat yang cakep-cakep," ajak Yasmin.
"Goblok, mana mau Hana ikut. Lo jangan cuci otak Hana deh Min, Hana itu seringnya ke perpus kalo gak toko buku. Bukan macem lo yang otaknya isinya cuma cowok ganteng."
"Ye gak ngaca, please mirror sama aja kali lo juga."
Orin menatap Hana lalu tersenyum lebar. "Udah Na jangan ikutin ajaran sesat Yasmin. Gak bener anaknya."
Yasmin memukul keras kepala Orin dengan buku yang digulung. Sementara Orin nampak meringis memegangi kepalanya.
Hana yang melihat itu tersenyum tipis. "Yaudah aku duluan ya," pamit Hana setelahnya.
Yasmin mengangguk menyatukan jari telunjuk dan jempolnya hingga terlihat seperti lingkaran. "Oke," ucap Yasmin.
🍁
Next
Makasih yang udah mau baca sorry kalo ada typo ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Berpisah
Подростковая литература[Lengkap] "Berhak rindu tapi tak pantas kembali." Hana pernah merasakan begitu beruntung, hidupnya diliputi warna kebahagiaan karena hadirnya sosok laki-laki bernama Jidan Rajendra Ilalang. Sebelum Hana divonis sakit, semuanya masih terasa sempurna...